Ikan Cirata Terkontaminasi Logam Berat, Pembudidaya Minta Solusi Nyata Bukan Sekadar Peringatan

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Sabtu 28 Jun 2025, 06:58 WIB
Kawasan Waduk Cirata. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha Sauqi)

Kawasan Waduk Cirata. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha Sauqi)

AYOBANDUNG.ID - Waduk Cirata, salah satu sentra budidaya ikan terbesar di Jawa Barat, kini menjadi sorotan setelah Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono menyatakan bahwa ikan hasil budidaya di sana mengandung merkuri tinggi dan tidak layak konsumsi. Ia mengungkapkan kekhawatiran untuk mengambil tindakan tegas karena bisa memicu gelombang protes dari ribuan pembudidaya yang menggantungkan hidupnya di kawasan tersebut.

Pernyataan itu mendapat respons keras dari para pembudidaya keramba jaring apung (KJA) di sekitar waduk. Mereka tidak menampik bahwa pencemaran logam berat di Cirata memang sudah lama menjadi masalah, namun menyayangkan pernyataan sepihak tanpa diikuti dengan solusi konkret dari pemerintah. Asep Sulaeman, salah satu pembudidaya yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Cirata (MPC), mengungkapkan bahwa dirinya telah mengetahui kondisi air tercemar sejak 2009 berdasarkan sejumlah penelitian. Ia menyebut pencemaran diperparah oleh air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang mengalir langsung ke waduk.

Pernyataan Menteri Trenggono dinilai berpotensi merusak kepercayaan pasar terhadap ikan Cirata. Padahal, Cirata dan Jatiluhur selama ini menyumbang produksi ikan air tawar dalam jumlah besar untuk Jawa Barat. Para pembudidaya khawatir, stigma negatif akibat pernyataan menteri akan menurunkan nilai jual ikan mereka di pasaran, tanpa diimbangi tindakan tegas terhadap sumber pencemar utama seperti limbah domestik, industri, dan pertanian.

Berbagai penelitian memang mengonfirmasi tingginya kadar logam berat di Waduk Cirata. Sebuah studi tahun 2009 oleh Adang Saputra menunjukkan bahwa konsentrasi merkuri di sedimen mencapai 26,83 mg/kg, dengan timbal 2,38 mg/kg dan besi 29.495 mg/kg. Studi itu juga mencatat peningkatan kadar logam berat pada ikan patin yang dibudidayakan di keramba setelah enam bulan, dengan kandungan merkuri naik drastis dari 0,0001 mg/kg menjadi 0,025 mg/kg.

Penelitian lain oleh Nandang Priyanto dan tim (2008) mengungkapkan bahwa logam berat dalam air dan sedimen di Cirata kerap melampaui ambang batas aman. Misalnya, kandungan merkuri di outlet waduk sempat mencapai 62,58 ppb, jauh di atas batas aman 2 ppb. Sementara itu, studi dari Universitas Padjadjaran (2020) mencatat bahwa air di beberapa titik pengamatan mengandung timbal 0,0307 mg/L, sudah melewati batas baku mutu untuk budidaya ikan air tawar.

Dalam penelitian terhadap ikan patin yang dipelihara di keramba jaring apung, terjadi peningkatan kadar logam berat setelah enam bulan budidaya.
Dalam penelitian terhadap ikan patin yang dipelihara di keramba jaring apung, terjadi peningkatan kadar logam berat setelah enam bulan budidaya.

Kondisi ini tak hanya membahayakan keberlanjutan usaha budidaya, tetapi juga mengancam kesehatan konsumen yang mengonsumsi ikan atau tutut dari waduk tersebut. Meski beberapa sampel biota masih menunjukkan kadar logam di bawah ambang batas aman, namun fakta bahwa pencemaran telah menjalar ke air dan substrat menandakan bahaya yang kian nyata.

Para peneliti menekankan perlunya langkah pemulihan serius. Penataan ulang kawasan budidaya dan penegakan aturan terhadap sumber pencemaran dianggap sebagai solusi mendesak. Hal senada juga disuarakan Asep, yang menyatakan dukungannya terhadap pemerintah jika benar-benar serius menata ulang kawasan Cirata secara menyeluruh, bukan sekadar mengeluarkan peringatan di media.

Menurut Asep, para pembudidaya sudah terlalu lama menjadi korban dari kondisi lingkungan yang memburuk. Ia menambahkan bahwa program revitalisasi Citarum yang selama ini digaungkan pemerintah belum menunjukkan dampak signifikan bagi perbaikan kualitas air di Cirata.

Jika pemerintah ingin menghentikan budidaya demi menjaga keselamatan pangan masyarakat, para pembudidaya berharap ada kompensasi dan langkah transisi yang adil. Tanpa itu, mereka akan terus berada dalam dilema antara menjaga kesehatan konsumen dan mempertahankan mata pencaharian.

Dalam menghadapi persoalan lingkungan yang kompleks seperti ini, keseimbangan antara keberlanjutan ekosistem dan kelangsungan ekonomi masyarakat menjadi kunci. Tanpa penanganan menyeluruh dan kolaboratif, waduk yang dulu menjadi sumber kehidupan bisa berubah menjadi ancaman diam-diam bagi banyak pihak. (*)

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 21:16 WIB

Sambel Pecel Braga: Rumah bagi Lidah Nusantara

Sejak berdiri pada 2019, Sambel Pecel Braga telah menjadi destinasi kuliner yang berbeda dari hiruk- pikuk kota.
Sambel Pecel Braga di tengah hiruk pikuk perkotaan Bandung. (Foto: Fathiya Salsabila)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:42 WIB

Strategi Bersaing Membangun Bisnis Dessert di Tengah Tren yang Beragam

Di Tengah banyaknya tren yang cepat sekali berganti, hal ini merupakan kesempatan sekaligus tantangan bagi pengusaha dessert untuk terus mengikuti tren dan terus mengembangkan kreatifitas.
Dubai Truffle Mochi dan Pistabite Cookies. Menu favorite yang merupakan kreasi dari owner Bonsy Bites. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 20:08 WIB

Harapan Baru untuk Taman Tegallega sebagai Ruang Publik di Kota Bandung

Taman Tegallega makin ramai usai revitalisasi, namun kerusakan fasilitas,keamanan,dan pungli masih terjadi.
Area tribun Taman Tegalega terlihat sunyi pada Jumat, 5 Desember 2025, berlokasi di Jalan Otto Iskandardinata, Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ruth Sestovia Purba)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 19:38 WIB

Mengenal Gedung Sate, Ikon Arsitektur dan Sejarah Kota Bandung

Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat.
Gedung Sate merupakan bangunan bersejarah di Kota Bandung yang menjadi ikon Jawa Barat. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)