Bandung Juara Fashion, tapi Bukan Juara Kesetaraan Gender?

Keisya Felisiya
Ditulis oleh Keisya Felisiya diterbitkan Rabu 28 Mei 2025, 08:48 WIB
Ilustrasi perempuan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Ilustrasi perempuan di Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)

Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, telah lama dikenal sebagai kota yang kreatif, modern, dan penuh warna. Julukan seperti "Paris van Java" atau "kota fashion" yang melekat pada Kota Bandung karena citra masyarakatnya yang mengikuti tren dan terkadang awal mula trenn, terutama perempuan-perempuannya yang kerap dianggap tampil menarik dan modis. Media seperti Kompas.com (2021) mencatat bahwa identitas Bandung sebagai pusat mode turut membentuk citra kota ini sebagai kiblat fashion lokal. 

Selain itu, julukan ā€œkota perempuan cantikā€ yang sering terdengar di media dan percakapan sehari-hari tampak memuji, tetapi menyimpan persoalan serius di baliknya Namun, di balik pujian atas penampilan dan gaya hidup, masih banyak persoalan serius yang selama ini kurang mendapatkan sorotan yang setara: ketimpangan gender dan perlindungan terhadap perempuan.

Stereotip kecantikan yang melekat justru kerap membatasi ruang perempuan dalam kontribusi sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas yang lebih luas, seperti yang dikritisi oleh Mojok.co (2023) membatasi ruang mereka dalam kontribusi sosial, ekonomi, dan politik yang lebih luas.

Ketika perempuan hanya dinilai dari fisiknya, peran mereka dalam ekonomi, politik, dan ruang publik menjadi tersisih, atau bahkan tak diakui sepenuhnya.

Kota yang baik adalah kota yang memberi ruang dan kesempatan yang setara bagi semua, baik laki-laki maupun perempuan. Namun faktanya, meskipun Bandung tampak progresif dalam gaya dan budaya, kenyataan sosial menunjukkan bahwa banyak perempuan masih menghadapi kekerasan, diskriminasi, dan keterbatasan akses terhadap hak-hak dasar.

Permasalahan inilah yang mulai disoroti oleh data dan inisiatif pemerintah, termasuk oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung, yang mengungkap adanya ratusan kasus kekerasan terhadap perempuan setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan urgensi untuk meninjau kembali komitmen Kota Bandung dalam mewujudkan kesetaraan gender yang sejati dan berkeadilan.

Baca Juga: Perjalanan Menuju Stasiun Whoosh Tegalluar yang Penuh Rintangan, Kapan Perbaikan?

Fakta Kekerasan Gender di Kota Bandung

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Bandung pada tahun 2022 menjadi cerminan suram dari realitas ini. Tercatat sebanyak 450 kasus kekerasan yang menyasar perempuan dan anak. Berbagai macam kekerasan yang paling sering terjadi berdasarkan laporan adalah kekerasan psikis, disusul oleh kekerasan seksual dan fisik.

Meskipun angka ini menunjukkan penurunan menjadi 200 kasus pada tahun 2024, penurunan tersebut belum serta merta mengindikasikan perubahan yang signifikan dalam hal perlindungan yang komprehensif terhadap perempuan dan anak di kota ini. Angka tetaplah angka, dan dibaliknya tersembunyi kisah-kisah pilu individu yang mengalami ketidakadilan khususnya bagi para perempuan baik anak anak hingga dewasa.

Baca Juga: Plagiat dan Duplikat, 2 Hal Beda yang Mesti Dihindari Penulis Ayobandung.id

Sebagai respons terhadap permasalahan ini, Pemerintah Kota Bandung berupaya mengambil langkah-langkah konkret untuk menekan angka kekerasan. Salah satu inisiatif yang digulirkan adalah penguatan peran Pusat Pelayanan dan Pemberdayaan Perempuan (Puspel PP) di tingkat kelurahan.

Hingga Agustus 2023, sebanyak 151 Puspel PP telah terbentuk, yang berfungsi sebagai garda terdepan dalam menyediakan informasi dan pelayanan bagi para korban kekerasan, sekaligus menjadi wadah pemberdayaan bagi perempuan dan keluarga secara umum. Keberadaan Puspel PP diharapkan dapat mempermudah akses bagi korbban untuk mendapatkan bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan.

Lebih lanjut, pada Maret 2025, Pemerintah Kota Bandung meluncurkan sebuah layanan terintegrasi bernama Katresna. Program ini dirancang untuk memberikan penanganan medis yang cepat dan tepat, serta dukungan psikologis yang mendalam bagi para korban kekerasan.

Tujuan utama dari layanan Katresna adalah untuk membangun sebuah sistem perlindungan yang lebih kokoh dan humanis bagi perempuan dan anak di Kota Bandung. Dengan adanya layanan ini, diharapkan para korban tidak hanya mendapatkan penanganan fisik, tetapi juga pemulihan pikiran dan perasaan yang sangat penting untuk proses mereka menjadi lebih baik secara profesional.

Tantangan Menuju Kota Ramah Gender

Jemari para pengrajin dengan terampil menyelipkan benang-benang menjadi simpul membentuk ornamen motif hingga lembaran kain tenun indah nan cantik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Jemari para pengrajin dengan terampil menyelipkan benang-benang menjadi simpul membentuk ornamen motif hingga lembaran kain tenun indah nan cantik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Namun demikian, di balik berbagai program dan inisiatif yang telah diluncurkan, tantangan dalam mewujudkan kesetaraan gender di Kota Bandung masih cukup tinggi. Kota ini belum dapat dikatakan sepenuhnya ramah gender. Minimnya kebijakan publik yang secara spesifik menjamin keamanan dan kenyamanan perempuan dalam ruang publik menjadi salah satu isu krusial.

Fasilitas umum seperti halte bus dan trotoar, yang seharusnya menjadi ruang aman bagi semua warga, sering kali terasa mengancam dan tidak ramah bagi perempuan, terutama ketika sudah malam. Seharunya rasa aman adalah hak fundamental untuk seluruh masyarakat, namun, karena rasa aman ini belum terjamin bagi perempuan, hal ini jadi penghalang bagi mereka untuk ikut aktif dalam berbagai kegiatan dan kesempatan yang ada di kota.

Dalam upaya untuk memperkuat payung hukum yang melindungi hak-hak perempuan, Pada 2024 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung tengah menggodok Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan. Raperda ini diharapkan dapat menjadi landasan hukum yang kokoh untuk melindungi perempuan dari berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi yang mungkin mereka alami. Keberadaan perda ini diharapkan tidak hanya memberikan sanksi bagi pelaku kekerasan, tetapi juga mengatur langkah-langkah preventif dan mekanisme dukungan bagi korban.

Meskipun berbagai langkah progresif telah diupayakan, kenyataannya masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk memastikan bahwa perempuan di Bandung tidak hanya dikenal dan dikagumi karena keindahan fisiknya, melainkan juga diakui dan dihargai atas hak dan kesempatan yang setara dalam seluruh aspek kehidupan.

Kesetaraan gender bukanlah sekadar jargon, melainkan sebuah kondisi ideal di mana setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki akses yang sama terhadap peluang, sumber daya, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Bandung, dengan segala potensi dan kreativitasnya, memiliki peluang besar untuk bertransformasi menjadi tidak hanya juara dalam fashion dan estetika, tetapi juga menjadi teladan dalam mewujudkan kesetaraan gender. Untuk mencapai visi ini, dibutuhkan kolaborasi yangSolid antara pemerintah, masyarakat sipil, sektor swasta, dan seluruh elemen kota.

Kebijakan publik yang responsif gender, implementasi program yang efektif, serta perubahan paradigma dalam memandang peran dan posisi perempuan dalam masyarakat adalah langkah-langkah krusial yang perlu terus diupayakan.

Baca Juga: Selepas Workshop, Mahasiswa UM Bandung Antusias Menulis di Ayobandung.id

Citra Kota Bandung VS Realita Kesenjangan Gender

Kini sudah saatnya Bandung melampaui sekedar citra "kota perempuan cantik" dan bertransformasi menjadi kota yang benar-benar memberdayakan perempuannya. Perempuan Bandung memiliki potensi yang luar biasa, bukan hanya dalam berpakaian dan paras muka yang cantik, tetapi juga dalam segi kepemimpinan, inovasi, dan kontribusi di berbagai bidang. Mendukung potensi ini adalah kunci untuk membangun Bandung yang lebih adil, inklusif, dan maju.

Coba kita pikirkan lagi pertanyaan di awal tadi: sampai kapan ya, perempuan Bandung itu cuma dilihat dari kecantikannya saja? Nah, jawabannya itu tergantung pada kesungguhan kita semua untuk benar benar memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ini bukan cuma soal omongan saja, tapi harus ada tindakan nyata yang didasari pemahaman yang kuat tentang hak-hak dasar setiap manusia dan pentingnya keadilan dalam masyarakat.

Bandung punya potensi besar untuk jadi yang terbaik, bukan cuma di dunia fashion, tapi juga dalam menghargai dan memberikan kekuatan kepada semua penduduknya, tanpa terkecuali perempuan.

Meskipun Bandung dikenal sebagai kota yang kaya akan budaya, kreativitas, dan identik dengan citra perempuan cantik, realitas di balik sterreotip tersebut menunjukkan masih rendahnya tingkat kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan.

Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak serta terbatasnya fasilitas publik yang aman bagi perempuan menjadi bukti bahwa peran perempuan masih belum sepenuhnya dihargai secara setara dalam ruang sosial, hukum, dan ekonomi. 

Untuk benar-benar mewujudkan Bandung sebagai kota yang ramah gender dan inklusif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakatdalam membangun sistem perlindungan dan pemberdayaan yang efektif dan berkelanjutan. Kesetaraan gender harus menjadi prioritas utama dalam perumusan kebijakan publik, perbaikan infrastruktur, serta perubahan paradigma sosial.

Perempuan Bandung harus diberi ruang tidak hanya untuk tampil, tetapi juga untuk berdaya, memimpin, dan berkontribusi secara setara di segala bidang. Hanya dengan itu, Bandung bisa melampaui sekadar label "kota perempuan cantik" dan tumbuh sebagai kota yang adil dan memberdayakan seluruh warganya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Keisya Felisiya
Mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 ā€œMie Telur Mandiā€ dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:09 WIB

Lampu Lalu Lintas Bermasalah, Ancaman Kecelakaan yang Perlu Ditangani Cepat

Lampu lalu lintas di perempatan Batununggal dilaporkan menampilkan hijau dari dua arah sekaligus yang memicu kebingungan dan potensi kecelakaan.
Kondisi lalu lintas yang berantakan di perempatan Batununggal, Kota Bandung (4/12/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Amelia Ulya)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:56 WIB

Terjangkau namun Belum Efisien, Trans Metro Pasundan di Mata Mahasiswa

Mahasiswa di Bandung memilih bus kota sebagai transportasi utama, namun masih menghadapi kendala pada rute, jadwal, dan aplikasi.
Suasana di dalam bus Trans Metro Pasundan di sore hari pada hari Selasa (2/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dheana Husnaini)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 15:16 WIB

Bandung di Tengah Ledakan Turisme: Makin Cantik atau Cuma Viral?

Artikel ini menyoroti fenomena turisme Bandung yang makin viral namun sekaligus makin membebani kota dan lingkungannya.
Sekarang Bandung seperti berubah jadi studio konten raksasa. Hampir setiap minggu muncul cafe baru dan semuanya berlomba-lomba tampil seestetik mungkin agar viral di TikTok. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:36 WIB

Jalan Baru Literasi dan Numerasi di Indonesia: Berkaca pada Pendidikan Finlandia

Rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia berdasarkan data PISA dan faktor penyebabnya.
Butuh kerjasama dan partisipasi dari berbagai pihak dalam rangka mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak-anak negeri ini. (Sumber: Pexels/Agung Pandit Wiguna)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 14:28 WIB

Tahu Bakso di Pasar Sinpasa Summarecon Bandung: Lezatnya Paduan Tradisi dan Urban Vibes

Di sekitar Pasar Modern Sinpasa Summarecon Bandung, salah satu tenant mampu menarik perhatian siapa saja yang lewat: tahu bakso enak.
Tahu Bakso Enak. (Sumber: dokumentasi penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 12:06 WIB

Polemik Penerapan Restorative Justice di Indonesia sebagai Upaya Penyelesaian Perkara

Polemik restorative justice dibahas dengan menggunakan metode analisis normatif, namun pada bagian penjelasan contoh digunakan juga analisis sosiologis.
Ilustrasi hukum. (Sumber: Pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:19 WIB

Babakan Siliwangi Perlu Cahaya: Jalur Populer, Penerangan Minim

Hampir setiap malam di wilayah Babakan Siliwangi penerangan yang minim masih menjadi persoalan rutin.
Suasana Babakan Siliwangi saat malam hari (4/12/2025) dengan jalanan gelap, mural warna-warni, dan arus kendaraan yang tak pernah sepi. (Sumber: Bunga Citra Kemalasari)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 10:00 WIB

Kunci 'Strong Governance' Bandung

Strong governance adalah salah satu kebutuhan nyata Bandung kiwari.
Suasana permukiman padat penduduk di pinggir Sungai Cikapundung, Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 08:31 WIB

Benarkah Budidaya Maggot dalam Program 'Buruan Sae' Jadi Solusi Efektif Sampah Kota Bandung?

Integrasi budidaya maggot dalam Program Buruan Sae menjadi penegasan bahwa pengelolaan sampah dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyarakat.
Budidaya maggot di RW 9 Lebakgede menjadi upaya warga mengolah sampah organik agar bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Beranda 15 Des 2025, 07:48 WIB

Pembangunan untuk Siapa? Kisah Perempuan di Tengah Perebutan Ruang Hidup

Buku ini merekam cerita perjuangan perempuan di enam wilayah Indonesia, yakni Sumatera, Sulawesi, NTT, NTB, serta dua titik di Kalimantan, yang menghadapi konflik lahan dengan negara dan korporasi.
Diskusi Buku ā€œPembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kamiā€ yang digelar di Perpustakaan Bunga di Tembok, Bandung, Minggu (14/12/2025).
Beranda 15 Des 2025, 07:32 WIB

Diskusi Publik di Dago Elos Angkat Isu Sengketa Lahan dan Hak Warga

Dari kegelisahan itu, ruang diskusi dibuka sebagai upaya merawat solidaritas dan memperjuangkan hak atas tanah.
Aliansi Bandung Melawan menggelar Diskusi Publik bertema ā€œJaga Lahan Lawan Tiranā€ pada 12 Desember 2025 di Balai RW Dago Elos, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Biz 15 Des 2025, 07:16 WIB

Berawal dari Kegelisahan, Kini Menjadi Bisnis Keberlanjutan: Perjalanan Siska Nirmala Pemilik Toko Nol Sampah Zero Waste

Toko Nol Sampah menjual kebutuhan harian rumah tangga secara curah. Produk yang ia jual sudah lebih dari 100 jenis.
Owner Toko Nol Sampah, Siska Nirmala. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 14 Des 2025, 20:09 WIB

Good Government dan Clean Government Bukan Sekadar Narasi bagi Pemkot Bandung

Pentingnya mengembalikan citra pemerintah daerah dengan sistem yang terencana melalui Good Government dan Clean Government.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan,