AYOBANDUNG.ID -- Di balik keindahan motif batik kontemporer Hasan Batik, tersimpan kisah panjang yang menarik disimak. Didirikan pada 1970-an, Hasan Batik bermula dari kegiatan sang pendiri yang kala itu merupakan dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.
Almarhum ayah Sania Sari, pemilik Hasan Batik saat ini, awalnya memberikan les menggambar batik kepada para mahasiswa dan seniman. Dari sinilah muncul ide untuk mengembangkan batik sebagai produk fungsional yang bernilai estetika tinggi.
Awalnya, karya batik dibuat sebagai lukisan. Namun, seiring waktu, banyak murid dari luar negeri, terutama Jepang, yang tertarik menjadikannya sebagai oleh-oleh.
"Jadi dulu banyak murid Ayah yang pulang ke Jepang bawa oleh-oleh batik dari sini," ungkap Sania pada Ayobandung.id.
Permintaan terhadap produk seperti sarung bantal, tirai, alas piring, hingga taplak meja pun mulai berdatangan. Signature motif Hasan Batik sendiri adalah motif tambal, bunga, dan salur geometris.
Namun perjalanan tidak selalu mulus. Krisis ekonomi 1998 menjadi pukulan telak. Konsumen dari luar negeri banyak menghilang, sehingga pemasukan pun anjlok.
Karena kondisi tersebut, Hasan Batik beradaptasi dengan mengalihkan fokus pada pasar lokal, termasuk menerima pesanan dari para desainer dalam negeri.
Pada 2004, ketika banyak seniman mulai aktif mengadakan pameran seni, adik Sania, yang merupakan lulusan jurusan Kriya ITB, ikut serta memamerkan karya inovatif berupa batik handuk.
Meskipun sempat mendapat kritik dari seniman lain karena dianggap 'bukan batik,' mereka tetap melangkah maju dengan menampilkan sarung dan selendang bermotif batik. Inilah yang menjadi tonggak awal pengenalan batik kontemporer dan modern dari Hasan Batik.
"Iyah dulu dikritik karena motif kami simpel hanya garis-garis saja. Tapi selama prosesnya masih meliputi pemalaman, pewarnaan, dan pelorodan, itu kan masih batik," ungkap Sania.
Salah satu karya unik lainnya adalah batik bermotif khas Kota Bandung yang menggambarkan burung cangkurileung dan bunga patrakomala. Langkah ini menunjukkan komitmen Hasan Batik dalam mengangkat budaya lokal lewat karya tekstil.

Fokus pada Kualitas
Selain tetap menjalankan produksi batik dan membuka kursus membatik, Hasan Batik kembali lagi merambah pasar home decor. Proses batik tulis masih mereka pertahankan, dengan teknik tradisional seperti pemalaman, pewarnaan, dan pelorodan (perebusan malam).
Bahan baku kain didatangkan dari Majalaya, sementara pewarna berasal dari Pekalongan. Para pembatik yang terlibat berasal dari Pekalongan dan Bandung.
Hasan Batik juga mulai mencoba jalur digital, walau belum sepenuhnya konsisten. Mereka hadir di Shopee dan PADI, namun mengakui bahwa menjual kain secara online memiliki tantangan tersendiri.
“Kalau jualan online, kita nggak bisa kasih rasa langsung ke pembeli tentang tekstur dan motifnya,” ujar Sania. Untuk transaksi yang lebih personal, mereka masih mengandalkan WhatsApp.
Dengan tim kecil yang terdiri dari empat orang bagian produksi dan dua orang admin, Hasan Batik terus berupaya bertahan. Tantangan terbesar adalah persaingan harga dan kebutuhan untuk terus berinovasi.
“Kami percaya bahwa selama produk kami punya ciri khas dan kualitasnya terjaga, kami bisa tetap bersaing,” tegasnya.
Sejak UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya tak benda pada 2009, industri batik sempat mengalami puncak kejayaan. Meski kini omzet tidak sebesar dulu, Hasan Batik tetap menjadi tujuan banyak orang untuk belajar batik.
Informasi Umum Hasan Batik
Alamat: Jl. Cigadung Raya Timur No.136, Cigadung, Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40191
Jam Operasional: 08.00 - 16.00 WIB
Telepon: (022) 2501029
Instagram: @hasanbatik
Shopee: https://shopee.co.id/hasanbatik
Alternatif Produk Serupa
1. https://s.shopee.co.id/4Ap4ipVOpE