AYOBANDUNG.ID - Jika di Kabupaten Bandung Barat marak kasus pembuangan bayi karena alasan ekonomi, maka di Kabupaten Bandung sedang geger kasus penjualan belasan bayi ke Singapura.
Kasus yang sedang viral ini melibatkan jaringan sindikat yang lihai menyulap dokumen palsu agar aksinya bisa lolos dari pengawasan.
Polisi menyebut, setidaknya 25 bayi menjadi korban dalam jaringan ini. Dari jumlah tersebut, 15 bayi diketahui telah dibawa ke Singapura dengan iming-iming adopsi oleh pasangan suami istri dari negara tersebut. Harga yang ditawarkan untuk satu bayi? Antara Rp10 juta hingga Rp16 juta.
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jabar sudah menangkap 13 pelaku. Mereka terdiri dari 12 perempuan dan satu pria. Tiga pelaku lainnya kini masuk daftar pencarian orang (DPO), dan satu di antaranya sudah kabur ke luar negeri.
Dalam konferensi pers di Mapolda Jabar, Kamis, 17 Juli 2025, seluruh tersangka dihadirkan. Mereka tampil dengan tangan diborgol, wajah tertunduk, dan sesekali menutup muka dari jepretan kamera wartawan. Suasana sunyi sesaat berubah ricuh saat salah satu pelaku perempuan melontarkan umpatan.
“Saya benci orang tuanya! Dia yang jual, dia juga yang lapor!” bentaknya, membuat suasana ruangan sesak oleh bisik-bisik kaget.
Ternyata, kasus ini memang bermula dari laporan penculikan yang dilayangkan oleh orang tua bayi. Tapi belakangan, penyelidikan polisi justru membongkar kenyataan berbeda: si pelapor sendiri menjual anaknya karena merasa dibayar lebih murah dari kesepakatan awal.
Pelaku utama berinisial AF mengaku menjalankan perekrutan lewat media sosial. Dia biasanya menyasar ibu muda atau keluarga yang sedang kesulitan ekonomi. Dengan dalih ingin mengadopsi anak karena belum dikaruniai keturunan, AF lalu membangun komunikasi lebih intens melalui WhatsApp.
Setelah terjadi kesepakatan, AF akan membawa sang ibu hamil ke bidan untuk memeriksa kehamilan. Jika waktu persalinan tiba, bayi langsung diserahkan ke tangan pelaku lain dalam jaringan, yang siap menampung dan mengurus dokumen.
Dari Kabupaten Bandung, para bayi digeser ke Jakarta, lalu ke Pontianak, Kalimantan Barat. Di sana, sindikat memalsukan berbagai dokumen seperti akta lahir, Kartu Keluarga, hingga paspor. Nama bayi dimasukkan ke KK palsu, seolah-olah mereka adalah anak kandung dari “orang tua sewaan”.
“Dokumen-dokumen ini dibuat di Pontianak oleh pelaku berinisial S,” ujar Kombes Pol Surawan, Direktur Ditreskrimum Polda Jabar.
Menurut Surawan, tersangka S juga punya tugas merekrut warga yang mau berpura-pura menjadi orang tua bayi. Mereka diberi imbalan antara Rp5 juta hingga Rp6 juta per bayi yang diurus.
Setelah dokumen rampung, para bayi dibawa ke Jabodetabek dan diterbangkan ke Singapura. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga akhirnya polisi berhasil membongkar jaringan dan menangkap 13 pelaku.
Pihak Imigrasi mengaku akan melakukan pemeriksaan internal. Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, menyebut perlunya audit keterlibatan petugas di lapangan. "Mesti didalami apakah ada petugas kita yang terlibat atau tidak," ujarnya saat mengunjungi Kantor Imigrasi Bandung.
Dia juga mengakui bahwa modus yang digunakan para pelaku tergolong cerdik karena berkedok adopsi. "Itu yang membuat pengawasan menjadi lebih sulit," tambahnya.
Kini, pemerintah melalui Kementerian Imigrasi berjanji akan berkoordinasi lebih ketat dengan kepolisian agar ketiga DPO bisa segera ditangkap. Termasuk mengejar satu pelaku yang sudah lolos ke luar negeri.
Sementara itu, perhatian kini juga tertuju pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) di Pontianak. Polda Jabar menyatakan akan memeriksa internal dinas tersebut, karena diduga dokumen palsu dibuat berulang tanpa terdeteksi.
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menyebut sudah ada perintah dari Menteri Dalam Negeri agar semua keterlibatan oknum Disdukcapil ditindak tegas.
"Ini sudah ada atensi dari Mendagri. Bila ada yang terlibat, harus segera ditindak. Dan permintaan itu juga ditujukan kepada kepolisian," tegas Hendra.
Saat ini, polisi masih melacak keberadaan empat bayi lain yang disebut-sebut sudah sempat dijual tapi gagal diberangkatkan ke luar negeri. Nasib keempat bayi ini masih menjadi misteri. (*)