Puting Beliung Rancaekek Sudah Terjadi Sejak Zaman Belanda

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Minggu 20 Jul 2025, 19:50 WIB
Ilustrasi kerusakan puting beliung Rancaekek zaman baheula.

Ilustrasi kerusakan puting beliung Rancaekek zaman baheula.

AYOBANDUNG.ID - Kalau hari-hari ini orang terkejut melihat video angin meliuk-liuk seperti naga lapar yang sedang mengacak-acak Rancaekek, ternyata orang-orang di masa Hindia Belanda sudah lebih dulu mengalaminya. Bahkan mereka sudah mencatatnya, mengarsipkannya, dan mengirimkannya lewat telegram yang ironisnya juga ikut tumbang diterjang angin puyuh.

Bencanaa angin kencang yang menyapu Rancaekek bukanlah barang baru. Ia bukan fenomena kekinian yang datang gara-gara suhu global yang makin naik atau pembangunan yang makin ngawur. Ini soal geografi. Dan mungkin, juga nasib.

De Indische Courant menulis pada 10 Januari 1927 bahwa angin puyuh telah merobohkan empat puluh tiang telegraf di dekat Rancaekek. Bayangkan, empat puluh! Angka yang cukup untuk membungkam jalur komunikasi Batavia ke seluruh Jawa, kecuali ke Bandung.

“Pengiriman semua telegram ke Jawa dari Batavia ditunda,” begitu laporan kantor berita Hindia Belanda, Aneta, yang dikutip koran tersebut. Hanya jalur Batavia-Bandung yang selamat.

Bencana kala itu bukan hanya soal angin putar, tapi juga soal repotnya petugas pos yang harus menegakkan lagi tiang demi tiang, sambil diterpa hujan dan sumpah serapah bos-bos telekomunikasi zaman kolonial.

Enam tahun berselang, angin kembali datang, kali ini lebih mematikan. Pada 11 Oktober 1933, media De Locomotief, Het Nieuws van de Dag voor Nederlandsch-Indië, dan Emmer Courant sama-sama sepakat: Rancaekek diamuk badai puyuh. Bukan cuma satu sumber, tapi konsensus jurnalistik.

Baca Juga: Kapal Laut Garut jadi Korban Torpedo Jerman di Perang Dunia II

Satu penduduk lokal tewas. Sejumlah rumah hancur. Tepatnya tujuh belas rumah ambruk dan tiga puluh lainnya copot atapnya. Pohon-pohon tumbang, seolah tunduk hormat pada kemarahan langit.

“Seorang warga setempat tewas tersapu angin puyuh yang mengamuk di atas Rancaekek,” tulis De Locomotief dengan getir.

Badai Juga Terjadi di Eropa

Tapi, puting beliung Rancaekek bukan bencana tunggal kala itu. Emmer Courant edisi 11 Oktober 1933 menyebu Rancaekek ternyata hanyalah sepotong kecil dari kepingan badai yang menggila di banyak tempat di muka bumi.

Dalam pada yang sama, tanah Eropa pun tak luput dari murka angin. Inggris disapu badai hebat disertai hujan lebat, menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan ratusan rumah di Wales Selatan. Saking parahnya cuaca, manuver armada Eigel di Laut Utara dibatalkan—laut tak lagi bersahabat bagi kapal-kapal angkatan laut Inggris yang sudah terbiasa menaklukkan gelombang.

Emmer Cournat edisi 11 Oktober 1933.
Emmer Cournat edisi 11 Oktober 1933.

Belgia pun babak belur diterjang angin. Di kota pesisir Ostende dan sekitarnya, banyak rumah serta vila rusak parah. Brussel, ibukota Belgia, terpaksa menutup taman kotanya karena pepohonan tumbang dan patah. Bahkan di Mons, tembok ruang saksi di gedung pengadilan roboh tertiup angin, melukai beberapa orang di dalamnya. Seorang veteran perang yang sudah kehilangan satu kakinya justru mendapat musibah lagi: lengan kanannya patah tertimpa reruntuhan.

Sementara itu, di Italia, Sungai Isonzo (sekarang di Slovenia) meluap karena badai yang tak kalah dahsyat, merusak ladang dan tanaman para petani. Laut juga memperlihatkan keganasannya: di lepas pantai Yarmouth, Inggris Raya, sebuah sekunar berbobot 230 ton bersama sepuluh awaknya terbalik, dan besar kemungkinan semua awaknya lenyap ditelan ombak.

Denmark juga mencatat tragedi: kapal uap Jerman “Anita Peters” yang tengah berlabuh di Nyköbing terlepas dari tali tambatannya, menghantam jembatan pendaratan hingga patah. Tiga belas orang yang ada di atasnya terjebak; seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun akhirnya tenggelam, meski beberapa penumpang lain berhasil diselamatkan setelah potongan jembatan hanyut ke darat.

Bahkan di Thisted, Denmark, seorang gadis muda berusia 17 tahun tewas tertimpa atap rumah yang roboh diterjang angin.

Rancaekek Langganan Badai

Rupanya, dalam beberapa dekade terakhir, kawasan ini juga seolah ditakdirkan untuk menjadi jalur keganasan pusaran angin tropis yang orang kita kenal sebagai puting beliung, kadang juga disebut tornado kalau sudah kelewat dahsyat.

Pada 13 April 2011, langit Desa Jelegong, Kampung Papagungan, Kecamatan Rancaekek, tiba-tiba menghitam di siang bolong. Angin berputar cepat, mencabik-cabik bangunan yang berdiri tak berdaya. Hasilnya: delapan rumah rusak berat, puluhan rumah rusak sedang, dan puluhan lainnya rusak ringan. Empat orang luka berat, 33 lainnya luka ringan.

Untungnya, tak ada nyawa melayang. Tapi bagi warga yang rumahnya berubah jadi puing, hari itu pasti terasa panjang, panas, sekaligus dingin—dihantam kenyataan betapa rapuhnya tembok dan genting di hadapan murka angin.

Baca Juga: Kala Rancaekek Diamuk Tornado Pertama di Indonesia

Belum kering trauma, delapan tahun kemudian, 11 Januari 2019, giliran Perumahan Rancaekek Permai II yang disergap pusaran angin. Jam tiga sore lewat sedikit, angin kencang menggiring awan kelam yang menutup matahari. Hanya lima menit, tapi cukup untuk membuat atap beterbangan seperti kertas, pohon roboh menimpa jalanan, dan listrik padam.

BPBD Kabupaten Bandung mencatat sedikitnya 15 rumah rusak berat, sementara ratusan lainnya rusak ringan. Seorang warga luka berat, dan belasan lainnya luka ringan. Video amatir yang viral memperlihatkan pusaran putih menjulur dari dasar awan, seperti tangan gaib yang sedang meraih bangunan di bawahnya.

Lima tahun berselang, angin datang lagi. Kali ini tak hanya puting beliung biasa. Rabu, 21 Februari 2024, sekitar pukul 15.30 WIB, pusaran besar muncul dan terus menari hingga setengah jam lamanya. Bukan cuma satu dua kampung, tapi lima kecamatan sekaligus diterjang: Jatinangor dan Cimanggung di Sumedang, serta Rancaekek, Cicalengka, dan Cileunyi di Kabupaten Bandung.

BPBD mencatat hampir seratus rumah dan belasan pabrik rusak parah, termasuk PT Kahatex di Rancaekek yang atapnya porak-poranda. Truk-truk terguling, jalanan berantakan, dan langit seperti tak kenal belas kasihan.

Kali ini, banyak ahli menyebutnya tornado, bukan sekadar puting beliung. Tornado, kata para meteorolog, biasanya terbentuk dari badai supercell, jauh lebih besar, lebih kuat, dan lebih lama daripada puting beliung tropis yang hanya muncul dari konveksi lokal. Di Indonesia yang beriklim tropis, tornado dianggap mustahil; tapi Rancaekek membuktikan, angin bisa lebih nekat dari yang kita kira.

Terdengar seperti kebetulan. Tapi dari 1933 hingga 2024, Rancaekek berkali-kali muncul di berita karena amukan angin. Entah nasib, entah takdir, Rancaekek seperti sudah akrab dengan badai sekaligus menjadi catatan kaki sejarah tentang betapa kecilnya gelimang orang di hadapan langit yang sedang murka.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 29 Sep 2025, 05:20 WIB

Henky Timisela Berpulang, Pernah Bawa Persib Juara Kejurnas PSSI usai Tekuk Persija

Henky Timisela berpulang dalam usia 86 tahun. Sejumlah prestasi di sepak bola pernah diraihnya khususnya bersama Persib pada 1961.
Henky Timisela. (Sumber: Pikiran Rakjat)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 19:02 WIB

Bandung, Kota Kreatif yang Kini Menjadi Magnet Ritel Global

Bandung bukan hanya kota kreatif, namun juga barometer pasar ritel Indonesia yang terus bergerak dinamis.
AEON membuka gerainya di Paris Van Java menjadi pengakuan atas kekuatan Bandung sebagai kota dengan denyut ritel yang tak pernah padam. (Sumber: dok. AEON)
Ayo Netizen 28 Sep 2025, 18:01 WIB

Bandung di Persimpangan Kiri Jalan: Dari Ingatan ke Gerakan

Sebuah resensi dari diskusi buku "Bandung Di Persimpangan Kiri Jalan" karya Hafidz Azhar, yang penulis temukan di Pasar Minggu edisi 14 Jl. Garut No. 2 Bandung.
Buku Bandung di Persimpangan Kiri Jalan karya Hafidz Azhar. (Sumber: Istimewa)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 16:34 WIB

Transformasi Lulusan Musik Indonesia di Tengah Revolusi Industri Kreatif

Di tengah gempuran teknologi dan pergeseran pola konsumsi, para lulusan seni musik dituntut untuk lebih dari sekadar berbakat. Mereka harus tangguh, adaptif, dan memiliki wawasan lintas disiplin.
Ilustrasi. Di tengah gempuran teknologi dan pergeseran pola konsumsi, para lulusan seni musik dituntut untuk lebih dari sekadar berbakat. Mereka harus tangguh, adaptif, dan memiliki wawasan lintas disiplin. (Sumber: dok. Universitas Taruna Bakti)
Ayo Biz 28 Sep 2025, 15:49 WIB

Klinik Estetik dan Kesadaran Kulit di Bandung, Antara Tren Kekinian dan Transformasi Diri

Tren perawatan kecantikan 2025 memang menunjukkan pergeseran signifikan. Konsumen kini lebih memilih perawatan yang bersifat personal, minim invasif, dan berkelanjutan.
Ilustrasi tren perawatan kecantikan. (Sumber: Ist)
Ayo Jelajah 28 Sep 2025, 15:37 WIB

Hikayat Konflik Lahan dan Penggusuran Tamansari Bandung 2019

Sengketa status tanah, gugatan hukum, hingga gas air mata. Tamansari 2019 jadi bukti peliknya wajah pembangunan dan politik kota.
Lokasi pembangunan rumah deret (rudet) Tamansari hasil penggusuran warga. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan al Faritsi)
Ayo Netizen 28 Sep 2025, 14:43 WIB

'Ngamumule' Seni Sunda untuk Hidup dengan Silat Gajah Putih

Sudah seharusnya sebagai generasi muda menjadi pendorong pelestarian budaya agar terus hidup dan eksis di era digital.
Penampilan Pencak Silat Putra Layang Pusaka (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Jajang Nurdiansyah)
Ayo Netizen 28 Sep 2025, 11:10 WIB

Membayangkan Sunda Tanpa Kristen (?)

Sunda dan Kristen adalah bagian dari kebudayaan kita.
Bangunan Gereja Kristen Pasundan Jemaat Palalangon di Cianjur, Jejak Interaksi Sunda dan Kekristenan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Jelajah 28 Sep 2025, 10:44 WIB

Hikayat Ledakan Bom ATM Dipatiukur Bandung 2011, Kado Pahit Ultah Polisi

Ledakan dini hari di ATM BNI Dipatiukur disertai selebaran anti-kapitalisme mengejutkan warga Bandung. Ientitas pelaku berhelm merah tak terungkap meski forensik dan penyelidikan nasional.
Tangkapan layar rekaman CCTV bom ATM di Jalan DIpatiukur, Kota Bandung, 2011 silam. (Sumber: Metro TV)
Ayo Netizen 28 Sep 2025, 09:06 WIB

Menghilangnya 'Tugu Sepatu' Ikonik Sentra Sepatu Cibaduyut

Tugu sepatu Cibaduyut punya nilai historis bagi masyarakat sekitar maupun seseorang yang pernah melewati jalan tersebut sebagai penanda.
Tugu Sepatu Cibaduyut tanpa Ikonik Sepatu (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Biz 27 Sep 2025, 10:49 WIB

Menikmati Bandrek dan Bajigur Hangat di Tengah Kota Kembang

Bandrek adalah salah satu minuman tradisional Sunda yang tak pernah lekang oleh waktu. Terbuat dari jahe dan gula merah, bandrek menghadirkan rasa pedas hangat berpadu manis alami yang menenangkan.
Ilustrasi Foto Bandrek (Foto: Pixabay)
Ayo Netizen 27 Sep 2025, 10:02 WIB

'Proyek Besar' Putri Kusuma Wardani Mengalahkan 4 Pemain Top Dunia

Kabar baik kembali datang dari Putri Kusuma Wardani, pelapis kedua sektor Tunggal Putri. 
Pebulu tangkis Indonesia, Putri Kusuma Wardani. (Sumber: Dok. PBSI)
Beranda 27 Sep 2025, 07:35 WIB

Revitalisasi Trotoar di Kota Bandung, Menjawab Kebutuhan Pejalan Kaki atau Pedagang Kecil?

Kalau berhasil dijaga, bukan tidak mungkin wajah Bandung sebagai kota ramah pejalan kaki makin nyata.
Pejalan kaki melintas di trotoar yang sudah diperbaiki di Jalan Lombok, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 27 Sep 2025, 06:43 WIB

Jangan Lewatkan Lumpia Basah Saat Berkunjung ke Bandung

Bandung tidak hanya dikenal dengan udara sejuk dan panorama indah, tetapi juga dengan ragam kuliner khasnya yang menggoda. Salah satu jajanan yang tak pernah kehilangan penggemar adalah lumpia basah.
Ilustrasi Foto Lumpia Basah. (Foto: Freepik)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 20:29 WIB

Sunda dan Buddha yang Langka Kita Baca

Sejarah menunjukkan pada dunia bahwa Sunda milik semua orang.
Mengintip Rupang Sang Buddha dari Samping Jendela Luar di Vihara Buddha Gaya, Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 18:43 WIB

Ombram dan Bandung yang Tak Pernah Sepi Nada

Ombram, band yang digawangi Brahmana Amsal (vokal), Opit Bey (gitar), dan Magi (drum) adalah simbol regenerasi, proyek yang lahir dari pertemuan tak terduga.
Ombram, band yang digawangi Brahmana Amsal (vokal), Opit Bey (gitar), dan Magi (drum) adalah simbol regenerasi, proyek yang lahir dari pertemuan tak terduga. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 18:04 WIB

Advokasi Kebijakan dan Komunikasi Publik: Jalan Menuju Pemerintahan Partisipatif

Pentingnya sinergi advokasi kebijakan dan komunikasi pejabat publik agar aspirasi rakyat tersalurkan dan kebijakan lebih partisipatif.
Pentingnya sinergi advokasi kebijakan dan komunikasi pejabat publik agar aspirasi rakyat tersalurkan dan kebijakan lebih partisipatif. (Sumber: Pexels/Tara Winstead)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 16:55 WIB

Bandung dan Tren Gaya Hidup Terintegrasi, Bobobox Jadi Simbol Inovasi Lokal

Kota Bandung telah lama menjadi pusatnya kreativitas bagi generasi muda yang haus akan eksplorasi, baik dalam seni, teknologi, maupun kuliner.
Chief Commercial Officer Bobobox, Bayu Ramadhan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 26 Sep 2025, 16:01 WIB

Merawat Inovasi: Kunci Keberlanjutan Gerakan Pengelolaan Sampah di Kota Bandung

Bandung jadi gudang inovasi sampah. Keberlanjutan inovasi ASN akan mendorong pengelolaan sampah yang murah dan efektif.
Petugas memasukan sampah organik ke dalam drum komposter di Pasar Sederhana, Kota Bandung, Selasa 15 Oktober 2024. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 26 Sep 2025, 15:28 WIB

Kisah Bebek Kaleyo Menaklukkan Bandung, Ketika Kuliner Legendaris Bertemu Gaya Hidup Kekinian

Dari rendang hingga rawon, dari soto hingga bebek goreng, kuliner Indonesia terus beregenerasi, menjawab selera zaman tanpa kehilangan identitas.
Flagship outlet Bebek Kaleyo di Jalan Sumatera No. 5, Kota Bandung yang mempertemukan kuliner tradisional dengan estetika kekinian. (Sumber: dok. Bebek Kaleyo)