Menata Ulang Arah Kurikulum Pendidikan Hijau di Tengah Bayang-Bayang Krisis Iklim

Yayang Nanda Budiman
Ditulis oleh Yayang Nanda Budiman diterbitkan Rabu 28 Mei 2025, 17:11 WIB
Ilustrasi krisis iklim. (Sumber: Pixabay/Cloud_Purple)

Ilustrasi krisis iklim. (Sumber: Pixabay/Cloud_Purple)

Perubahan iklim yang terjadi dewasa ini bukan lagi ancaman yang jauh di masa depan: ia telah hadir menjadi ancaman nyata yang membahayakan kesehatan, kehidupan, serta memperkeruh ketidakadilan yang telah lama berlangsung di seluruh dunia. 

Namun sayangnya, tingkat partisipasi publik dalam mengatasi perubahan iklim masih tergolong rendah. Hal ini memperlihatkan perlunya peningkatan kesadaran kolektif dan kontribusi nyata dari publik. 

Salah satu indikator penyebab rendahnya partisipasi publik terhadap isu lingkungan adalah metode komunikasi dan akses literasi yang kurang efektif dalam menyalurkan informasi tentang perubahan iklim serta strategi menghadapinya.

Jika tidak ada perbaikan dalam cara berkomunikasi dan langkah edukasi, kesenjangan literasi di masyarakat akan terus terjadi, yang pada akhirnya dapat menghambat upaya penanggulangan krisis ini.

Seiring meningkatnya laju krisis iklim, pendidikan menjadi salah satu motor penggerak utama dalam upaya global menata ketahanan serta meminimalisir dampak terburuk perubahan iklim, utamanya bagi generasi mendatang.

Karena kedudukan yang cukup strategis dalam membuka ruang pemahaman menyoal krisis iklim, pendidikan dapat menjadi pintu masuk pertama bagi anak-anak untuk menyerap pemahaman, memahami situasi dan resiko terburuk yang akan mereka hadapi. 

Sejumlah studi memperlihatkan bahwa pendidikan lingkungan yang berkualitas tak hanya meningkatkan kesadaran iklim di kalangan anak-anak, melainkan juga dapat “menular” kepada orang tua dan keluarga mereka di rumah.

Karena itu, peran pendidikan menjadi sangat penting, khususnya di Indonesia, di mana hanya sekitar 47% penduduk yang percaya bahwa pemanasan global merupakan akibat dari aktivitas manusia.

Komunitas internasional, melalui UNESCO, telah mempertegas akan pentingnya pendidikan dalam mempersiapkan masyarakat menghadapi perubahan iklim.

Karena urgensitasnya, pendidikan iklim saat ini tak lagi dipandang sebatas opsional, melainkan kebutuhan yang mendesak. Pendidikan diharapkan dapat menjadi pondasi untuk menopang masa depan yang berkelanjutan dan adil.

Transformasi yang terjadi di ruang-ruang kelas di seluruh dunia harus diperkuat melalui dorongan pemerintah dan penyusun kebijakan, termasuk dalam merumuskan kebijakan pendidikan dan alokasi sumber daya. 

Menjawab masalah tersebut, pada tahun 2024, Kemendikbud Ristek melalui Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) mempublikasi Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam Program yang berjudul Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka.

Panduan ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Daerah, sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua serta mitra pendidikan untuk mengimplementasikan pendidikan yang memperkuat kesadaran terhadap perubahan iklim dan mendorong strategi kolaboratif dalam penanganannya. 

Padahal jauh sebelum itu, pada 2006, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menjalankan Program Adiwiyata sebagai bagian dari pemberlakuan Pendidikan Lingkungan Hidup melalui jalur pendidikan formal.

Utamanya program ini bertujuan untuk menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Melalui program ini, sekolah didesak untuk memadukan perilaku ramah lingkungan dalam kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, rutinitas sehari-hari, serta melibatkan seluruh elemen sekolah dalam menerjemahkan gaya hidup berkelanjutan. 

Baca Juga: Sejarah yang Terlupa, Mosi Integral Mohammad Natsir dan Kelahiran NKRI

Krisis Iklim dan Adaptasi Sistem Pendidikan

Ilustrasi Krisis Iklim (Sumber: Pixabay | Foto: ELG21)
Ilustrasi Krisis Iklim (Sumber: Pixabay | Foto: ELG21)

Survei YouGov (2020) dan Yale Program on Climate Change Communication (2021) menunjukan bahwa jika dikomparasikan dengan 30 negara lain, responden Indonesia paling sedikit yang mempunyai kesadaran bahwa krisis iklim tengah berlangsung dan disebabkan oleh kegiatan manusia. 

Sementara di sektor kebijakan, pendidikan perubahan iklim di Indonesia masih tergolong marjinal. pendidikan iklim lebih banyak dilakukan melalui medium non-formal seperti pelatihan staf birokrasi, dan sektor swasta strategis, tanpa sistem pemantauan yang akurat. 

Keterbatasan ini semakin parah oleh sistem pendidikan yang terdesentralisasi, di mana daerah mempunyai kebebasan untuk menentukan skala prioritas isu pendidikan, sehingga kurikulum pendidikan iklim seringkali kalah bersaing dengan mata pelajaran lain seperti pendidikan agama atau bahasa daerah. 

Contohnya Jepang sukses mengintegrasikan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (ESD) ke dalam kurikulum nasional, dengan menanamkan nilai-nilai efisiensi energi dan pola hidup berkelanjutan yang selaras dengan arah kebijakan mitigasi nasional.

Sementara di Indonesia, dominasi pertimbangan yang cenderung pragmatis dalam sektor ekonomi dan kebijakan pembangunan—seperti proyek infrastruktur tol, pembangunan ibukota nusantara (IKN) hingga Proyek Strategis Nasional (PSN)—seringkali menenggelamkan isu pendidikan lingkungan.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari sejumlah megaproyek ini, seperti eksploitasi alam secara ugal-ugalan, deforestasi, hingga kenaikan emisi karbon, jarang memperoleh atensi khusus dalam narasi pembangunan, sehingga publik pun kurang memahami implikasinya. 

Baca Juga: Plagiat dan Duplikat, 2 Hal Beda yang Mesti Dihindari Penulis Ayobandung.id

Menata Ulang Ekosistem Pendidikan

Pendidikan di sekolah menjadi pondasi krusial dalam membangun komunikasi risiko perihal krisis iklim. Sekolah dapat membekali siswa dalam mengevaluasi informasi saintifik yang mereka peroleh.

Hal serupa juga dilakukan dalam Studi Mary C. Oliver dan Michael J. Adkins (2020) yang memanfaatkan data Programme for International Student Assessment (PISA) dari 72 negara.

Dalam temuan mereka ada keterkaitan antara model kurikulum, metode pembelajaran, dan akses terhadap sumber literatur dengan tingkat kesadaran siswa terhadap krisis iklim. Salah satu negara dengan skor PISA yang relatif tinggi adalah Swedia.

Temuan ini mengingatkan kita bahwa sosok seperti Greta Thunberg tidak muncul begitu saja, melainkan tumbuh dari sebuah sistem pendidikan yang mendukung dan memperkuat literasi iklim.Indonesia perlu mengikuti jalan serupa, dengan memperkuat pendidikan perubahan iklim sejak dini melalui sejumlah strategi konkret.

Beberapa peneliti mengusulkan setidaknya tiga pembenahan utama untuk pemerintah dan sekolah agar siswa dapat memahami langkah mitigasi dan adaptasi dari perubahan iklim dalam kehidupan aktual mereka.  

Di tengah disrupsi digital, pemerintah perlu memperluas jangkaun konten yang menarik dan relevan tentang perubahan iklim di berbagai platform mata pelajaran.

Indonesia dapat belajar dari Australia yang memiliki sebuah fasilitas bernama “Curious Climate”. Ini merupakan sebuah platform informasi terbuka yang menyajikan studi kasus serta menyediakan ruang interaktif bagi anak-anak untuk bertanya langsung kepada para ahli.

Secara praktisnya, pemerintah juga perlu mengimplementasikan pembelajaran berbasis project yang memungkinkan siswa mengeksplorasi keterampilan mereka dalam berpikir kritis, berkolaborasi dan mengaplikasikan ilmu alam maupun sosial untuk menghadapi kondisi faktual, termasuk perubahan iklim. 

Sementara itu, pemerintah juga perlu membangun kerjasama dengan organisasi lingkungan seperti Greenpeace hingga Walhi untuk memperkaya materi konten di platform pembelajaran, memasifkan pelatihan guru, serta memperkenalkan isu-isu iklim secara aplikatif.

Tak hanya itu, sektor swasta pun mempunyai andil yang sama baik dengan cara menyediakan program magang di bidang pekerjaan hijau hingga memperkenalkan siswa pada solusi nyata krisis iklim. 

Lebih mendasar dari semua upaya tersebut, peran serta orang tua sangatlah penting. Sebagai pihak terdekat dengan anak, keluarga memiliki tanggung jawab untuk mendukung pendidikan perubahan iklim melalui pola interaksi yang inklusif dan demokratis di lingkungan rumah. Dukungan ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran serta mendorong tindakan sederhana terkait iklim sejak usia dini.

Baca Juga: Bandung Juara Fashion, tapi Bukan Juara Kesetaraan Gender?

Dengan demikian, membangun pendidikan perubahan iklim yang optimal di sekolah bukan hanya soal seberapa banyak materi yang disebarluaskan, tetapi juga tentang membentuk generasi yang mampu membaca resiko, beraksi secara kolektif, dan berkontribusi nyata dalam upaya mitigasi ataupun adaptasi iklim.

Oleh karenanya, masa depan iklim berada di genggaman mereka, dan tugas kita hari ini adalah memastikan bahwa mereka diperlengkapi dengan bekal yang terbaik. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Yayang Nanda Budiman
Praktisi hukum di Jakarta, menyukai perjalanan, menulis apapun, sisanya mendengarkan Rolling Stones
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)