AYOBANDUNG.ID -- Di balik selembar batik yang berwarna-warni, ada kisah tentang impian, ketekunan, dan cinta pada budaya. Maharani Asih, yang akrab disapa Mahe, tak sekadar menjual batik. Ia merajut mimpi, menyulam keberanian, dan membentuk identitas baru bagi batik di mata generasi muda.
Berkenalan dengan Mahe, pemilik butik batik Twelve Bloem, meninggalkan kesan yang hangat dan akrab. Wanita berhijab ini bukan hanya modis, tetapi juga memiliki semangat yang menginspirasi.
Dunia fesyen bukan hal baru bagi Mahe. Sejak kecil, meski dikenal sebagai gadis tomboy dan mantan atlet basket, ia sudah terbiasa mengamati dunia bisnis.
Kecintaannya pada fesyen tumbuh seiring waktu, memperdalam pemahamannya tentang industri yang begitu lekat dengan perempuan.
Setelah menikah, Mahe mengembangkan hobinya menjadi bisnis yang serius. Dengan dukungan suami dan sahabatnya, ia membuka gerai butik yang diberi nama Twelve Bloem.
Ada filosofi mendalam di balik nama tersebut yakni "Twelve" diambil dari angka favoritnya, 12, sementara "Bloem", dalam bahasa Belanda, berarti bunga mekar.
Seperti bunga yang berkembang, butik ini diharapkan terus tumbuh dan memberikan keindahan bagi siapa pun yang mengenakannya.
"Aku kreasikan batik ini sesuai pemilihan warna yang segar dan permainan warna yang dinamis. Tapi tetap mempertahankan kesan klasiknya agar lebih cocok untuk anak muda. Aku juga mau mengkampanyekan batik di mata masyarakat," ungkap Mahe penuh semangat.
Dari butik kecil hingga merambah ke pasar online, perjalanan bisnis Mahe terus berkembang. Awalnya, butik ini lahir dari kebosanannya setelah menikah. Sang suami tidak mengizinkannya bekerja kantoran, tetapi dorongan ibunya membuatnya yakin untuk tetap mandiri.
"Aku inget pesan mamahku, walaupun seorang wanita, kita harus punya penghidupan sendiri. Kita nggak tahu besok suami kita masih ada atau nggak, keuangan kita masih stabil atau nggak. Wanita harus kuat, makanya aku buka butik ini sambil menyalurkan hobiku di dunia fesyen," kenangnya dengan senyum simpul.

Twelve Bloem kini menjadi tujuan banyak perempuan yang ingin tampil modis dengan sentuhan batik modern. Mahe menawarkan batik dengan cuttingan yang santai namun tetap elegan, sehingga tidak hanya cocok untuk orang tua, tetapi juga bagi generasi milenial.
"Aku pengin batik semakin dicintai semua kalangan. Setiap cutting-an batikku punya gaya yang lebih dinamis dan berkelas. Banyak motif yang dipadukan dalam satu baju, seperti Parang Klitik, Piring Lampadan Cirebon, dan motif lainnya," tutur Mahe dengan penuh percaya diri.
Di tengah maraknya bisnis batik, Twelve Bloem tetap memiliki pelanggan loyal. Rahasianya? Sentuhan personal. Mahe memahami bahwa fesyen bagi wanita bukan sekadar pakaian, tetapi juga bagian dari kepercayaan diri dan ekspresi diri.
Selain menjadi penjual, Mahe juga berperan sebagai konsultan fesyen bagi pelanggan butik. Butiknya didesain sebagai tempat yang nyaman, sehingga para pelanggan tak hanya datang untuk berbelanja, tetapi juga berbagi cerita dan membangun komunitas.
Bahkan, berbagai acara diskusi hingga program promo digelar untuk semakin mendekatkan hubungan antara butik dan pelanggan setianya.
Di balik kesibukannya, Mahe menyimpan mimpi besar di mana ingin Twelve Bloem semakin berkembang, menawarkan lebih banyak variasi produk, dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Bagi Mahe, batik bukan sekadar kain bermotif, tetapi identitas, warisan, dan keindahan yang harus terus dilestarikan.
"Sesuai dengan kepribadian aku, dinamis tapi elegan itu ciri dari batik karya Twelve Bloem ini," ujar Mahe.
Informasi umum Twelve Bloem
Store 1: Kartikasari dago lt.2 /UNITY
Store 2: BFS Ciwalk lt.1
Instagram: https://www.instagram.com/twelvebloem
WhatsApp: +62 811-2226-212