Sejarah yang Terlupa, Mosi Integral Mohammad Natsir dan Kelahiran NKRI

Habib Fauzan Syah
Ditulis oleh Habib Fauzan Syah diterbitkan Rabu 28 Mei 2025, 16:01 WIB
Mohammad Natsir. (Sumber: Wikimedia Commons/Rijksvoorlichtingsdienst (RVD))

Mohammad Natsir. (Sumber: Wikimedia Commons/Rijksvoorlichtingsdienst (RVD))

Tahukah Anda bahwa Indonesia hampir tetap menjadi negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS) jika tidak ada mosi integral Mohammad Natsir?

Moh. Natsir, lahir pada 17 Juli 1908 di Alahan Panjang, Sumatera Barat, adalah tokoh yang tak hanya dikenal sebagai ulama dan cendekiawan Muslim, tetapi juga sebagai pemimpin visioner dalam sejarah politik Indonesia.

Dididik di Bandung sejak tahun 1927, ia berguru pada A. Hassan dan dekat dengan tokoh besar seperti Agus Salim. Kiprahnya mulai menonjol sejak bergabung dengan Jong Islamieten Bond (JIB) Cabang Bandung.

Saat Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 dan berhasil menangkap pemimpin republik seperti Soekarno, Hatta, dan Natsir, rakyat sempat dilanda kekhawatiran. Namun, para pemimpin ini sempat menyebarkan pesan perlawanan, yang kemudian diteruskan dalam bentuk stensil dan surat kabar. Pesannya jelas: rakyat harus terus berjuang dan tidak tunduk pada penjajahan kembali.

Lebih jauh lagi, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta melalui “surat kawat” menyerahkan mandat kepada tokoh di luar Jawa, terutama kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Meski surat kawat itu tak sampai, Sjafruddin berhasil membentuk PDRI di Sumatera Barat; dan menjadi bukti bahwa Republik Indonesia masih hidup di tengah tekanan.

Diplomasi dan Keteguhan Menyatukan Mandat

Perjalanan sejarah mencatat pentingnya misi diplomatik Moh. Natsir yang menjadi utusan untuk meyakinkan Sjafruddin agar mengembalikan mandat PDRI kepada Presiden Soekarno.

Setelah menempuh perjalanan berat ke Payakumbuh dan bertemu di Kota Kaciek, pada 6–7 Juli 1949, delegasi yang dipimpin Natsir berhasil meyakinkan PDRI untuk menyerahkan mandat. Inilah titik krusial dalam pemulihan Republik Indonesia.

Baca Juga: Bandung Juara Fashion, tapi Bukan Juara Kesetaraan Gender?

Kelahiran RIS dan Tantangan Persatuan

Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, dibentuklah RIS. Namun, sistem federasi ini justru memecah belah bangsa. Ada 15 negara bagian yang muncul, sebagian besar buatan Belanda.

Keadaan ini menimbulkan keresahan rakyat, yang menilai RIS sebagai taktik Belanda untuk kembali menguasai Indonesia secara tidak langsung.

Rumah kelahiran Mohammad Natsir di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Sonjo 01)
Rumah kelahiran Mohammad Natsir di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Sonjo 01)

Melihat kondisi ini, Mohammad Natsir, sebagai Ketua Fraksi Masyumi di DPR RIS, mengambil langkah berani. Ia menyuarakan aspirasi rakyat dan melakukan lobi politik yang intensif kepada berbagai pihak, termasuk partai non-Islam.

Ia menyimpulkan bahwa negara-negara bagian ingin bersatu dengan Republik Indonesia asalkan dilakukan secara konstitusional, bukan dengan pembubaran sepihak.

Mosi Integral: Jalan Damai Menuju Persatuan

Puncaknya terjadi pada 3 April 1950, saat Natsir menyampaikan pidatonya yang monumental di Parlemen RIS, disusul dengan penyampaian “mosi integral”.

Inti dari mosi itu adalah menganjurkan kepada pemerintah untuk mengambil inisiatif menyusun konsep pemulihan negara secara integral.

Gayung bersambut. Untuk kembali pada bentuk Negara Kesatuan, Piagam Persetujuan antara RIS dan Republik Indonesia (Yogyakarta) ditandatangani pada 19 Mei 1950.

Pada 17 Agustus 1950, bertepatan lima tahun Proklamasi Kemerdekaan, RIS resmi dibubarkan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali ditegakkan.

Baca Juga: Plagiat dan Duplikat, 2 Hal Beda yang Mesti Dihindari Penulis Ayobandung.id

Warisan Tanpa Darah, Perjuangan Tanpa Peluru

Mosi integral Natsir menjadi titik balik sejarah Indonesia. Melalui jalur diplomasi, konstitusi, dan negosiasi tanpa kekerasan, Natsir berhasil menyatukan kembali Indonesia. Sejarawan dan tokoh agama pun sepakat, tanpa Natsir, NKRI mungkin hanya tinggal impian.

Arnold Mononutu berkata, “Tanpa Moh. Natsir, tidak akan ada Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.”

Ketua MUI Jawa Timur, KH Misbach, menambahkan, “Jika tidak ada Mosi Integral Natsir, akan terjadi bentrokan besar antar negara bagian.”

Jejak abadi seorang negarawan, mosi integral Natsir, adalah bukti bahwa politik bisa menjadi alat pemersatu, bukan pemecah. Ia menunjukkan bahwa diplomasi tanpa peluru bisa lebih kuat daripada kekuatan militer.

Maka tidak berlebihan jika Mohammad Natsir dikenang sebagai Bapak Pendiri Negara, negarawan yang menyatukan bangsa tanpa darah, hanya dengan pikiran, keyakinan, dan keberanian moral. (*)

TONTON, YUK! VIDEO MENARIK TERBARU DARI AYOBANDUNG:

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Habib Fauzan Syah
Lewati saja masa sulitnya,jangan Rubah Tujuannya
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Buruh dalam Bahasa Sunda

Ayo Netizen 30 Apr 2025, 21:08 WIB
Buruh dalam Bahasa Sunda

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)
Beranda 22 Okt 2025, 15:10 WIB

Insinerator Digencarkan, Tapi Bukan Solusi Tuntas Atasi Krisis Sampah di Kota Bandung

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pun mengakui bahwa penggunaan insinerator tak bisa serampangan.
Salah satu insinerator di tempat pembuangan sampah di Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Jelajah 22 Okt 2025, 13:38 WIB

Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Bjorka bikin polisi kelimpungan tiga kali. Dari Cirebon sampai Minahasa, negara sibuk memburu bayangan di layar komputer.
Ilustrasi hacker Bjorka.
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 12:48 WIB

Film Rangga & Cinta: Mengenang Kembali Kisah Romansa Masa Remaja

Film Rangga & Cinta dikemas dengan nuansa awal 2000-an yang autentik.
 Salah satu adegan film Rangga & Cinta (Sumber: X/@habisnontonfilm)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 11:51 WIB

Mengokohkan Sistem Manajemen Kinerja: Pilar Penggerak Profesionalitas ASN

Penguatan sistem manajemen kinerja ASN bukan sekadar urusan teknis, tetapi langkah strategis membangun birokrasi berdampak.
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 10:10 WIB

Menakar Ulang Feodalisme Pesantren

Esai ini ditulis dalam rangka memperingati hari santri.
Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)