Mengapa Kita Boleh Mengkritik Pemerintah, tapi Tidak dengan Tokoh Agama?

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 24 Okt 2025, 13:29 WIB
 (Sumber: Unsplash/Abdi MS)

(Sumber: Unsplash/Abdi MS)

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kereligiusan yang cukup besar di dunia. Berbagai tokoh agama turut memberikan kontribusinya untuk kemajuan Indonesia. Baik dari masa perang hingga hari ini. Baik dari segi pemikiran atau tindakan.

Sebagai negara dengan sistem demokrasi tentu warganya memiliki kebebasan dalam mengungkapkan ekspresi atau mengeluarkan pendapat. Sebagaimana yang sudah diatur dalam pasal 28E ayat 3 UUD 1945 dan UU No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Dengan demikian setiap warga negara berhak menyuarakan ide, kritik dan aspirasi tanpa rasa takut terhadap ancaman. Tentu kritik yang disampaikan tetap mengikuti batasan hukum dan tanggung jawab.

Beberapa fenomena di tahun 2025 seolah menyiratkan bahwa kebebasan suara sangat bertentangan dengan segala hal yang sudah diatur dalam UUD 1945. Sebagai contohnya ketika menjelang Hut Kemerdekaan Indonesia yang ke-80, sebagian masyarakat mengungkapkan ekspresi kritikan melalui simbol-simbol.

Bermula dari pengibaran bendera one piece yang dikampanyekan oleh supir truk yang kemudian menjamur dan banyak diikuti sejumlah masyarakat lain yang memiliki keresahan yang sama. Lucunya bentuk ekspresi terhadap keresahan dan kritik tersebut disalah-artikan oleh sejumlah pemerintahan. Masyarakat dianggap melakukan makar, pemerintah menganggap bahwa hal ini sebagai provokasi yang mengarah pada pelanggaran hukum terhadap simbol negara. Jadi apa yang begitu pemerintah takutkan dalam bendera dari karakter anime?

Selanjutnya fenomena yang baru terjadi yaitu sejumlah aksi boikot dari sejumlah kalangan ormas yang mengaku dan merasa tindakan kritik yang disampaikan oleh trans 7 melecehkan dan menghinakan sejumlah Kiyai.

Dari kedua fenomena tersebut muncul kesamaan yaitu sikap "Anti-Kritik" tapi perbedaannya terletak dari kelumrahan kritik yang boleh atau tidak boleh disampaikan oleh masyarakat.

Sejauh ini kritik yang disampaikan kepada pemerintah sering disampaikan dengan beragam cara mulai dari halus, sarkas hingga frontal. Meski sesekali mendapat pembungkaman dari pemerintah dengan cara penangkapan dan memasukkan ke penjara. Tapi hanya pihak pemerintah saja yang melarang aksi tersebut sementara rakyat secara umum berpihak kepada masyarakat yang sudah memberikan kritikan tersebut kepada pemerintah.

Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)
Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)

Dari apa yang saya perhatikan bahwa kritikan terhadap pemerintah tidak pernah ada batasan dan etika yang diberlakukan. Jadi masyarakat punya kebebasan berpendapat tanpa penghakiman dari sejumlah masyarakat yang lain. Kritik pedas layak dilayangkan kepada pemerintah tanpa perlu memperhatikan apakah mereka tersinggung atau tidak.

Namun pada kasus kritik yang disampaikan kepada tokoh agama, seringkali orang yang memberikan kritik justru dituntut untuk menjaga sikap dan tata bahasa yang sopan. Padahal menurut saya antara pemerintah dan tokoh agama itu sama-sama manusia, bahkan kita juga masyarakat bagian dari manusia itu sendiri.

Lantas apa yang membedakan? mungkin jika diukur dari sisi duniawi antara masyarakat-pemerintah-tokoh agama yang membedakan hanyalah jabatan dan jabatan pun tidak luput dari pemilihan yang dilakukan sejumlah masyarakat. Kita sama-sama manusia dan yang benar-benar membedakan kita dihadapan sang Pencipta hanya Iman dan Ketaqwaan.

Jika kita punya derajat yang sama sebagai manusia, tentu kita berhak menyampaikan kritikan kepada sejumlah oknum baik pemerintah atau tokoh agama yang melakukan kesalahan atau telah menyimpang dari perilaku yang bersifat kemanusiaan bukan? bukankah kita berhak saling mengingatkan dalam kebaikan?

Bahkan Rasulullah SAW yang sudah mendapat jaminan dari Allah sebagai manusia terbaik sepanjang masa sebagai tokoh yang paling berpengaruh sepanjang masa, pun tak luput dari kritik yang diberikan oleh para sahabat. Lantas ketika para sahabat mengkritik apakah Rasulullah lantas menolak dan menganggap bahwa dirinya tidak pantas di kritik oleh para sahabat?

Jawabannya tentu tidak. Bahkan saat terjadi perang Badar salah satu sahabat Rasulullah bernama Khahab ibn Mundzir memberikan masukan atau kritik terhadap strategi perang Rasulullah untuk menguasai sumur Badar sebelum dikuasai oleh para musuh. Namun Khahab justru menganggap tempat tersebut tidak strategis dan lebih baik pindah ke sumber air terdekat dari keberadaan musuh.

Apakah Rasulullah marah ketika di kritik Khahab? tentu tidak beliau justru berpikir ulang yang dikatakan oleh Khahab dan tersenyum menyetujui usulan tersebut dengan berkata "Pendapatmu sungguh baik". Kemudian malam itu juga Rasul dan para sahabat melaksanakan usulan dari Khahab dan akhirnya Muslim memenangkan peperangan tersebut.

Dari kisah di atas justru ketika seorang pemimpin (terlepas pemerintah atau tokoh agama) mendengarkan saran/masukan/kritik dari sahabat atau di zaman ini bisa dikenal juga dengan masyarakat bisa mendapat keberhasilan dalam sebuah strategi perang.

Sebuah ide yang brilian dan terdapat kemaslahatan tidak selalu keluar dari mereka yang berdiam diri dalam jabatan pemerintahan atau tokoh agama. Karena yang terpenting adalah "Lihatlah apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang menyampaikan"

Kritik yang disampaikan beberapa waktu ke belakang memang menjadi fakta yang selama ini kita tutupi dan tidak mau diakui.

Saya garis bawahi bahwa ini bukan mengkritik terhadap tokoh agama secara umum tapi kritikan ini untuk mereka oknum yang seringkali membuat nama baik sebuah instansi atau agama menjadi buruk.

Mulai hari ini kita perlu membuka mata perihal sebuah ketakdziman yang dibalut atas nama pengabdian. Berlaku sopan tentu wajib tapi ada batasan yang perlu membedakan antara hal yang lazim dilakukan atau justru sudah mengarah kepada tingkat perbudakan. Perbudakan tidak selalu identik dengan penyiksaan tapi perbudakan juga bisa berwujud merampas hak manusia yang memiliki derajat yang sama di hadapan Tuhan-Nya.

Berapa banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi di Indonesia. Pelakunya tentu beragam mulai dari keluarga, masyarakat, pejabat, guru hingga tokoh agama. Tapi dari semua pelaku--ada yang seolah tabu untuk dikritik yaitu tokoh agama. Status kereligiusan telah menempel dengan mereka-- yang menjadikan seolah telah berbuat dosa jika mengkritik kalangan ini.

Berapa banyak narasi yang justru menyudutkan perempuan atau laki-laki yang mendapatkan pelecehan seksual dari tokoh agama. Korban dianggap telah melakukan fitnah yang keji, korban dianggap tidak menjaga marwah (kehormatan) dengan menyalahkan sikap atau pakaian yang dikenakan, bahkan pengakuan korban sering disepelekan dan menganggapnya sebagai "Mungkin perasaan kamu aja" atau "Kamu aja yang berlebihan menanggapinya".

Di antara pelaku kejahatan seksual yang berasal dari masyarakat biasa, justru sering mendapat penghakiman dari masyarakat sekitar. Tapi ketika ada oknum tokoh agama yang sudah jelas dinampakkan fakta bahwa mereka telah melakukan aksi bejat kepada muridnya justru tetap dibiarkan menyampaikan ceramah, menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang justru bertolak belakang dengan kepribadiannya.

Ini bukan sekedar opini tapi bukti nyata kasus ini telah terjadi di lingkungan kita. Seorang oknum tokoh agama bernama Masturo Rohili telah melakukan pencabulan kepada anak angkat serta keponakannya sejak mereka di bawah umur.

Berdasarkan penuturan kedua korban yang menceritakan kejadian menjijikan itu kepada istri dari Masturo, justru tidak mempercayai dan menganggap kedua korban yang terlebih dahulu menggoda suaminya. Bahkan sang istri memilih melaporkan dr. Richard Lee yang sudah memfasilitasi kedua korban untuk dilakukan proses hukum dan penangkapan melalui pengacaranya dengan tuntutan telah mencemarkan nama baik.

Sebuah ironi yang jika tidak mendapat perhatian dan kritikan--maka perilaku menyimpang seperti ini akan terus tumbuh subur dan mencederai agama yang selama ini kita yakini.

Dari keburukan atau penyimpangan sosial yang terjadi justru kita "Jangan melihat siapa orang yang melakukannya tapi apa yang sudah diperbuatnya", dengan demikian tidak ada batasan tabu atau takut dalam mengkritik seseorang yang berada dalam balutan mewah status sosial. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 11 Des 2025, 20:00 WIB

Emas dari Bulu Tangkis Beregu Putra Sea Games 2025, Bungkam Kesombongan Malaysia

Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0.
Alwi Farhan dkk. berhasil membungkam “kesombongan” Tim Malaysia dengan angka 3-0. (Sumber: Dok. PBSI)