Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Dudung Ridwan
Ditulis oleh Dudung Ridwan diterbitkan Kamis 23 Okt 2025, 19:34 WIB
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)

Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)

PERELEK, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media, seiring dengan munculnya kebijakan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), yang mengimbau warga Jawa Barat untuk melakukan pengumpulan dana “Sapoe Sarebu”.

Dana tersebut dianjurkan dikelola pengurus RT atau RW setempat untuk digunakan berbagai manfaat: membantu biaya pengobatan warga ke RS; membantu warga yang kekurangan dan kesusahan; menengok orang sakit, santunan kematian, dan kas “jaga-jaga” untuk keadaan darurat lainnya. Namanya imbauan, sifatnya tidak memaksa. Hanya, berlaku bagi siapa saja yang diberi kelebihan harta dan yang penting ikhlas.

Pro dan kontra pun terjadi: itu tugas negara; rawan penyelewengan, dll. KDM pun mengklarifikasi. Menurut KDM, program ini bukan hal baru. Tetapi, merupakan budaya orang Sunda yang telah ada sejak dahulu kala, yang disebut dengan istilah “Perelek”. Perelek adalah tradisi gotong royong masyarakat Sunda di mana warga mengumpulkan iuran berupa beras (disebut beas perelek) atau uang secara sukarela untuk membantu warga yang membutuhkan. 

Konon, kata perelek (Sunda) berasal dari suara bunyi segenggam beras yang dipindahkan ke dalam karung dan berbunyi … perelek. Gejala ini dalam bahasa biasa disebut onomatope

Contoh yang mirip adalah kata kencleng (kencreng)—yang sama-sama berfungsi sebagai pengumpul dana di masjid—berasal dari bunyi uang logam yang dimasukkan ke dalam kaleng dan menimbulkan bunyi…kencleng. Belakangan kencleng berubah nama menjadi kotak amal. Harapannya, konon agar jamaah tidak memasukkan uang logam lagi.

Waktu saya kecil, di era 70-80 an, di Sukamiskin memang sudah ada program “Beras Perelek”. Pengurus RT atau RW memberikan wadah terbuat dari bambu—mirip kentongan—ke setiap rumah. Warga--jika hendak memasak beras—diimbau menyisihkan dua sendok beras untuk dimasukkan ke dalam wadah yang mirip kentongan tadi. Setelah itu, wadah itu digantungkan di depan rumah dan entah seminggu atau dua minggu sekali petugas RT atau RW akan memindahkan beras yang ada di wadah itu ke dalam karung dan berbunyi …perelek.

Di tempat saya tinggal sekarang di Soreang—puluhan tahun sejak saya kecil—sempat juga ada program Perelek yang akhirnya tidak jalan. Kemudian, diganti program Dana Kematian yang besarnya--dipungut dari setiap warga-- Rp5.000 per bulan. Warga yang meninggal dunia akan mendapat seperangkat kain kafan, padung, dan biaya santunan. Beda program, tetapi tujuannya sama.

Di tempat lain, berbeda lagi. Di Sukajadi, konsep beras “perelek” diganti dan diaplikasikan dalam pengelolaan sampah dengan sedikit modifikasi. Bukan beras yang dikumpulkan, melainkan sampah. Sepekan tiga kali, komunitas Masagi (Masyarakat Bersinergi) mengumpulkan sampah organik dari rumah warga. Sampah anorganik kemudian diserahkan kepada pihak ketiga untuk dikelola.

Sementara, sampah anorganik, seperti botol dan kardus, dikumpulkan sepekan sekali, kemudian dijual kepada pengepul. Nah, uang hasil penjualan digunakan untuk untuk kepentingan sosial, seperti menengok warga yang sakit, melayat warga yang meninggal, membantu konsumsi pengajian hingga membeli makanan balita dan lansia. Dengan demikian, konsep pengumpulan sampah mirip dengan tradisi perelek.

Ilustrasi uang rupiah. (Sumber: Pexels/Ahsanjaya)
Ilustrasi uang rupiah. (Sumber: Pexels/Ahsanjaya)

Saya lihat di Youtube di Lembur Pakuan di Subang beras Perelek diganti dengan uang Rp1.000 dan diambil oleh petugas—sambil mengadakan ronda malam—setiap pukul 24.00 WIB. Jadi, perelek beras atau pun perelek uang dan perelek apa pun merupakan salah satu contoh bentuk dari kegiatan gotong royong seluruh warga di tanah Parahiyangan (baca: Sunda), dalam rangka habluminannas.

Kegiatan perelek tujuan utamanya adalah:

  1. Mengumpulkan beras atau uang dari seluruh warga. Jika sudah terkumpul akan dipergunakan jika sewaktu-waktu ada warga yang  sakit dan kesusahan.
  2. Melestarikan budaya gotong royong antar warga,
  3. Menjalin silaturahmi yang semakin erat di antara warga.
  4. Sebagai dana kas apabila ada kegiatan yang melibatkan warga.

Tentu saja, kasus penyelewengan di mana pun bisa terjadi. Tetapi, jika program Perelek ini berjalan lancar dan semua warga sudah sadar serta punya rasa memiliki, maka insyaallah lingkungan tempat kita tinggal akan mandiri. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dudung Ridwan
Tentang Dudung Ridwan
Jurnalis dan Pengamat Bulutangkis
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Studi Agama di Dunia Sunda

Ayo Netizen 08 Okt 2025, 16:15 WIB
Studi Agama di Dunia Sunda

News Update

Beranda 13 Des 2025, 20:36 WIB

Arif Budianto dari Ayobandung.id Raih Juara 1 Nasional AJP 2025, Bukti Kualitas Jurnalisme Lokal

Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025.
Arif Budianto, jurnalis dari Ayobandung.id, tampil gemilang dengan meraih Juara 1 Nasional Kategori Tulis Bisnis sekaligus Juara 1 Regional Jawa Bagian Barat dalam AJP 2025. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 13 Des 2025, 17:34 WIB

Jawa Barat Siapkan Distribusi BBM dan LPG Hadapi Lonjakan Libur Nataru

Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Ilustrasi. Mobilitas tinggi, arus mudik, serta destinasi wisata yang ramai menjadi faktor utama meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG). (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 13 Des 2025, 14:22 WIB

Di Balik Gemerlap Belanja Akhir Tahun, Seberapa Siap Mall Bandung Hadapi Bencana?

Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya.
Lonjakan pengunjung di akhir tahun membuat mall menjadi ruang publik yang paling rentan, baik terhadap kebakaran, kepadatan, maupun risiko teknis lainnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 21:18 WIB

Menjaga Martabat Kebudayaan di Tengah Krisis Moral

Kebudayaan Bandung harus kembali menjadi ruang etika publik--bukan pelengkap seremonial kekuasaan.
Kegiatan rampak gitar akustik Revolution Is..di Taman Cikapayang
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:31 WIB

Krisis Tempat Parkir di Kota Bandung Memicu Maraknya Parkir Liar

Krisis parkir Kota Bandung makin parah, banyak kendaraan parkir liar hingga sebabkan macet.
Rambu dilarang parkir jelas terpampang, tapi kendaraan masih berhenti seenaknya. Parkir liar bukan hanya melanggar aturan, tapi merampas hak pengguna jalan, Rabu (3/12/25) Alun-Alun Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Ishanna Nagi)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 19:20 WIB

Gelaran Pasar Kreatif Jawa Barat dan Tantangan Layanan Publik Kota Bandung

Pasar Kreatif Jawa Barat menjadi pengingat bahwa Bandung memiliki potensi luar biasa, namun masih membutuhkan peningkatan kualitas layanan publik.
Sejumlah pengunjung memadati area Pasar Kreatif Jawa Barat di Jalan Pahlawan No.70 Kota Bandung, Rabu (03/12/2025). (Foto: Rangga Dwi Rizky)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 19:08 WIB

Hikayat Paseh Bandung, Jejak Priangan Lama yang Diam-diam Punya Sejarah Panjang

Sejarah Paseh sejak masa kolonial, desa-desa tua, catatan wisata kolonial, hingga transformasinya menjadi kawasan industri tekstil.
Desa Drawati di Kecamatan Paseh. (Sumber: YouTube Desa Drawati)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 18:57 WIB

Kota untuk Siapa: Gemerlap Bandung dan Sunyi Warga Tanpa Rumah

Bandung sibuk mempercantik wajah kota, tapi lupa menata nasib warganya yang tidur di trotoar.
Seorang tunawisma menyusuri lorong Pasar pada malam hari (29/10/25) dengan memanggul karung besar di Jln. ABC, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. (Foto: Rajwaa Munggarana)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 17:53 WIB

Hubungan Diam-Diam antara Matematika dan Menulis

Penjelasan akan matematika dan penulisan memiliki hubungan yang menarik.
Matematika pun memerlukan penulisan sebagai jawaban formal di perkuliahan. (Sumber: Dok. Penulis | Foto: Caroline Jessie Winata)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:44 WIB

Banjir Orderan Cucian Tarif Murah, Omzet Tembus Jutaan Sehari

Laundrypedia di Kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, tumbuh cepat dengan layanan antar-jemput tepat waktu dan omzet harian lebih dari Rp3 juta.
Laundrypedia hadir diperumahan padat menjadi andalan mahasiswa, di kampung Sukabirus, Kabupaten Bandung, Kamis 06 November 2025. (Sumber: Fadya Rahma Syifa | Foto: Fadya Rahma Syifa)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 16:29 WIB

Kedai Kekinian yang Menjadi Tempat Favorit Anak Sekolah dan Mahasiswa Telkom University

MirukiWay, UMKM kuliner Bandung sejak 2019, tumbuh lewat inovasi dan kedekatan dengan konsumen muda.
Suasana depan toko MirukiWay di Jl. Sukapura No.14 Desa Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa, (28/10/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:53 WIB

Bandung Kehilangan Arah Kepemimpinan yang Progresif

Bandung kehilangan kepemimpinan yang progresif yang dapat mengarahkan dan secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meninjau lokasi banjir di kawasan Rancanumpang. (Sumber: Humas Pemkot Bandung)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 15:31 WIB

Tren Olahraga Padel Memicu Pembangunan Cepat Tanpa Menperhitungkan Aspek Keselamatan Jangka Panjang?

Fenomena maraknya pembangunan lapangan padel yang tumbuh dengan cepat di berbagai kota khususnya Bandung.
Olahraga padel muncul sebagai magnet baru yang menjanjikan, bukan hanya bagi penggiat olahraga, tapi juga bagi pelaku bisnis dan investor. (Sumber: The Grand Central Court)
Beranda 12 Des 2025, 13:56 WIB

Tekanan Biological Clock dan Ancaman Sosial bagi Generasi Mendatang

Istilah biological clock ini digunakan untuk menggambarkan tekanan waktu yang dialami individu, berkaitan dengan usia dan kemampuan biologis tubuh.
Perempuan seringkali dituntut untuk mengambil keputusan berdasarkan pada tekanan sosial yang ada di masyarakat. (Sumber: Unsplash | Foto: Alex Jones)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 13:39 WIB

Jalan Kota yang Redup, Area Gelap Bandung Dibiarkan sampai Kapan?

Gelapnya beberapa jalan di Kota Bandung kembali menjadi perhatian pengendara yang berkendara di malam hari.
Kurangnya Pencahayaan di Jalan Terusan Buah Batu, Kota Bandung, pada Senin, 1 Desember 2025 (Sumber: Dok. Penulis| Foto: Zaki)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 12:56 WIB

Kegiatan Literasi Kok Bisa Jadi Petualangan, Apa yang Terjadi?

Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum.
Kegiatan literasi berubah menjadi petualangan tak terduga, mulai dari seminar di Perpusda hingga jelajah museum. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 10:28 WIB

Bandung Punya Banyak Panti Asuhan, Mulailah Berbagi dari yang Terdekat

Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga.
Bandung memiliki banyak panti asuhan yang dapat menjadi ruang berbagi bagi warga. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:20 WIB

Menikmati Bandung Malam Bersama Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse

Seporsi Rib-Eye Meltique di Justus Steakhouse Bandung menghadirkan kehangatan, aroma, dan rasa yang merayakan Bandung.
Ribeye Meltique, salah satu menu favorit di Justus Steakhouse. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Ayo Netizen 12 Des 2025, 09:12 WIB

Seboeah Tjinta: Surga Coquette di Bandung

Jelajahi Seboeah Tjinta, kafe hidden gem di Cihapit yang viral karena estetika coquette yang manis, spot instagramable hingga dessert yang comforting.
Suasana Seboeah Tjinta Cafe yang identik dengan gaya coquette yang manis. (Foto: Nabella Putri Sanrissa)
Ayo Jelajah 12 Des 2025, 07:14 WIB

Hikayat Situ Cileunca, Danau Buatan yang Bikin Wisatawan Eropa Terpesona

Kisah Situ Cileunca, danau buatan yang dibangun Belanda pada 1920-an, berperan penting bagi PLTA, dan kini menjadi ikon wisata Pangalengan.
Potret zaman baheula Situ Cileunca, Pangalengan, Kabupaten Bandung. (Sumber: KITLV)