Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

Fadli Ilham Subekti
Ditulis oleh Fadli Ilham Subekti diterbitkan Kamis 23 Okt 2025, 15:27 WIB
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)

Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender atau biasa kita dengar dengan singkatan LGBT. Baru-baru ini terjadi beberapa perdebatan di salah satu platform media sosial tentang apakah LGBT harus dikecam atau kita harus hidup berdampingan dan menyambut baik komunitas homoseksual ini.

Banyak sekali pendapat dari berbagai sudut pandang individu. Ada yang menganggap bahwa homoseksual merupakan penyimpangan, ada juga yang menganggap bahwa homoseksual itu bukanklah suatu penyimpangan.

LGBT sendiri terasa bak begitu mudah untuk ditemui di media sosial. Tidak hanya platform-platform tertentu, hampir di semua platform media sosial bisa kita temui semua tentang LGBT.

Namun, pernahkan anda berpikir mengapa LGBT akhir-akhir ini seperti begitu marak di media sosial, atau bahkan di dunia nyata sekalipun? Artikel ini akan membahas alasan dibalik maraknya LGBT dari sudut pandang Sejarah Psikologi.

Jika kita berpikir bahwa LGBT hanya mulai tumbuh akhir-akhir ini, maka kita sangat salah. Sebagian besar mungkin tahu tentang homoseksual sudah ada sejak cerita Nabi Luth dalam kepercayaan ibrani.

Setelah itu, beberapa orang mungkin berpendapat bahwa homoseksual merupakan penyimpangan atau kelainan mental. Argumen tersebut tidak sepenuhnya salah, karena memang homoseksual sempat dikategorikan sebagai penyakit mental.

Sejarah Singkat Penghapusan LGBT dari Salah Satu Gangguan Kejiwaan

Sejak awal abad ke-20, homoseksual merupakan satu dari sekian gangguan mental, dan ini tercantum dalam DSM (Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorders) yang menjadi alat diagnosa gangguan mental di dunia Psikologi. Lebih tepatnya pada DSM-1 dan DSM-2, awalnya memang homoseksual merupakan gangguan mental. Lalu, mengapa sekarang tidak lagi?

Sejak pertengahan abad ke-20, banyak studi ilmiah menunjukkan bahwa orientasi seksual tidak berkaitan dengan gangguan kepribadian ataupun gangguan fungsi psikologis. Penelitian yang dilakukan oleh Evelyn Hooker pada tahun 1957 membandingkan pria heteroseksual dan homoseksua yang tidak sedang menjalani terapi psikologis apapun. Hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan dari kesehatan mental mereka.

Desakan dari komunitas juga menjadi pertimbangan yang sangat memengaruhi dihapusnya homoseksual dari kategori gangguan psikologis. Sejak akhir tahun 60-an, banyak sekali muncul gerakan pembebasan gay dari patologisasi, dan menybut bahwa homoseksual adalah bentuk represi medis dan sosial. Ada beberapa peristiwa demonstrasi penting yang menjadi perjuangan dari kaum ini untuk keluar dari stigma buruk masyarakat.

Demonstrasi penting yang pertama terjadi pada tahun 1970. Para aktivis dari kelompok Gay Liberation Front dan Gay Activists Alliance mulai mendatangi konfrensi profesional, termasuk pertemuan tahunan APA (American Psychiatric Assosiation).

Kemudian pada tahun 1971 di pertemuan APA di Washington, D.C, aktivis menyerbu secara langsung podium dan mengambil mikrofon. Beberapa psikiater dan psikolog gay kemudian mulai bergabung dalam komunitas profesi, meskipun beberapa harus menyamar karena takut dikucilkan.

Tidak berhenti hanya sampai sana. Pada tahun 1972, kemunculan Dr. John E. Fryer atau lebih dikenal pada tahun itu sebagai Dr. Anonymous dalam perkenalannya. Ia bersaksi dalam pertemuan APA pada tahun itu bahwa, banyak psikiater gay takut terbuka karena mereka bisa saja kehilangan pekerjaan dan reputasi. Testimoni ini menjadi momen yang sangat emosional dan membuka mata banyak anggota APA.

Akhirnya, pada tahun 1973 APA menghapus homoseksualitas dari DSM-2. Setelah diskusi panjang pun tekanan internal dan eksternal, APA mengadakan voting dengan hasil lebih dari separuh anggota Dewan Direksi APA setuju untuk menghapus homoseksualitas sebagai gangguan mental. Homoseksual kemudian diganti dengan istilah baru “ego-dystonic homosexuality”, yang hanya akan dianggap sebagai gangguan bila menyebabkan stres yang mendalam bagi individu tersebut.

Dengan dihapusnya homoseksualitas dari DSM, ini memberikan dampak yang cukup besar pada bidang sains, sosial, dan etika profesi. Kebijakan ini mendotong penelitian  seksualitas menjadi lebih netral dan objektif di bidang sains. Dalam bidang sosial sendiri, kebijakan ini menjadi landasan bagi perjuangan hak-hak LGBT di bidang hukum. Sedangkan dalam etika profesi, ini mendorong reformasi etik di tubuh APA dan organisasi psikologi atau psikiatri lain di seluruh dunia.

Penghapusan homoseksualitas dari patologisasi dalam dunia psikologi faktanya tidak diterima masyarakat secara luas, terutama di Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduknya adalah seorang muslim.

Memang benar, dalam beberapa agama, LGBT merupakan bentuk penyimpangan dan ganjaran dari perilaku tersebut adalah dosa. Karena dalam keyakinan tersebut, manusia diciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. Namun, perilaku menindas kaum LGBT tidak dibenarkan secara hukum. Jangan main hakim sendiri, laporkan ke pihak terkait dan berwenang untuk mengatasi komunitasnya. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Fadli Ilham Subekti
Mahasiswa aktif prodi Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 19:34 WIB

Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Perelek, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media.
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 18:40 WIB

Sejarah Tol Cipularang, Jalan Cepat Pertama ke Bandung yang Dibangun dari Warisan Krisis

Sejarah Tol Cipularang dari proyek gagal era 1990-an hingga simbol konektivitas Jakarta–Bandung. Penuh kisah krisis, pembangunan, dan mitos Gunung Hejo.
Tol Cipularang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 18:31 WIB

Diskriminasi Kelompok Minoritas oleh Muslim di Indonesia, Memahami Teori Identitas dan Persepsi Sosial

Membedah fenomena sosial ironis, yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat sosial Indonesia.
Ilustrasi ruangan dalam gereja. (Sumber: Unsplash/Kaja Sariwating)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 17:49 WIB

I'ie Sumirat Legenda Bulutangkis Indonesia dari Bandung

I’ie Sumirat lahir di Bandung pada 15 November 1950 dan mulai menekuni bulutangkis sejak masa remaja.
Pada tahun 1976, puncak karier I’ie Sumirat tercapai saat ia berhasil menjuarai All England bersama pasangannya. (Sumber: Instagram/Badminton Indonesia)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 16:18 WIB

Hikayat Komplotan Bandit Revolusi di Cileunyi, Sandiwara Berdarah Para Tentara Palsu

Kabut malam menutup jejak empat bandit berseragam. Dari Cileunyi hingga Rancaekek, tragedi itu jadi legenda kelam Bandung era revolusi tahun 1950-an.
Ilustrasi truk melintasi jalanan Cileunyi, Bandung, tahun 1950-an.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)