Canda, Hantu, dan 'Jorang' sebagai Makanan Pokok Orang Sunda

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Minggu 12 Okt 2025, 20:04 WIB
Camilan di Atas Karpet, Ketika Orang Sunda Kumpul dan Ngobrol (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Camilan di Atas Karpet, Ketika Orang Sunda Kumpul dan Ngobrol (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Ngawangkong ngalér ngidul, di masa ketika nenek dan kakek masih bersama kita. Masa ketika listrik sering padam, saat segala hal masih terasa bersahaja. Jauh di sana kita masih akrab dengan sepupu dan tetangga. Di sebuah zaman, orang-orang belum terlalu biasa dan lumrah sekolah ataupun kerja jauh ke luar kota.

Bersama kehangatan itu, selalu ada saja yang bisa diceritakan. Pasti ada sesuatu yang menarik untuk disimak dengan antusias. Kita berdongeng sambil menyaksikan hujan turun di pekarangan rumah. 

Kala kopi hitam, rokok kretek, rujak, dan opak, masih dipandang sebagai kemewahan. Meski yang datang hanya tiga orang, kadang ramai sampai berdelapan. Habis magrib, tengah malam, kapanpun juga. Suasananya selalu sama, santai dan seru. Orang Sunda tak pernah kehabisan topik obrolan. Selalu ada isinya receh tak apa-apa, kadang dalam yang bikin pusing, intinya pasti memikat.

Psikolog Hanna Djumhana Bastaman menuturkann dalam acara Keurseus Budaya Sunda: Humor jeung Guyonan Sunda Sawangan Psikologi yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Budaya Sunda Universitas Padjadjaran, bahwa ada tiga tema obrolan yang paling disukai oleh orang Sunda. Ialah sesuatu yang pikaseurieun, pikasieuneun, dan pipanasaraneun.

Tiga topik ini, memang selalu nongol di setiap tongkrongan, riungan, bahkan cukup dalam percakapan di antara dua orang saja. Kita ketawa, takut, dan penasaran bersama-sama. Semuanya diramu jadi satu dalam percakapan yang cair. Entah dalam obrolan singkat sambil lalu, atau malah sering juga terlena hingga tak tahu waktu.

Obrolan adalah cermin dari cara orang Sunda melihat dunia. Ia menerabas ketidaktahuan, menegosiasikan perkara. Dari tawa, kita belajar tentang sisi lain berbagai fenomena yang ternyata tak seserius yang kita kira. Dari rasa takut, kita belajar santun pada hal-hal yang tak biasa. Begitu juga dari rasa penasaran, kita belajar menyalurkan hasrat sebagai kodrat kehidupan yang alami.

Dan mungkin itu sebabnya kita betah berlama-lama sahut-sahutan, meski cuma di bangku kayu atau tikar tipis. Karena di situ kita tumbuh, mengenal banyak kejadian dan pengetahuan, dibentuk menjadi bagian dari manusia Sunda.

Ini Poinnya

Bercanda adalah hal yang paling mudah dikenali. Orang Sunda punya cara sendiri untuk menertawakan hidup. Kadang lewat sisindiran, wawangsalan (pantun), atau tatarucingan (teka-teki), kadang spontan saja dalam percakapan sehari-hari. Dari landian (panggilan nama), borokokok sampai plesetan lagu.

...és krim énak, sarébu salétak, ngoloan budak.

Dari bobodoran cangéhgar di radio sampai cerita Si Kabayan di buku-buku ajar, atau Si Cepot dalam pagelaran wayang golek yang berani mengolok menak dengan jenaka tanpa kehilangan daya kritisnya. Inilah yang disebut pikaseurieun, yang membuat kita tertawa.

Dari masa ke masa, selalu ada tokoh lucu yang jadi legenda. Kang Ibing dengan gaya santainya yang filosofis, Mang Ohang yang ceplas-ceplos. Mereka bukan sekadar pelawak, tapi penjaga kewarasan masyarakat Sunda. Karena bagi kita, tawa adalah katarsis, cara untuk melepaskan tekanan hidup. Bahkan dalam lulucon, banyol, heureuy, gonjak, léléjég, ocon, bojég dan seterusnya, orang bisa menyindir yang berkuasa tanpa membuat suasana tegang. 

Tapi obrolan orang Sunda tak berhenti di sana. Kadang setelah tawa mereda, suasana berubah pelan-pelan. Salah seorang dari kita membuka cerita tentang jurig, dedemit, ririwa, atau siluman kajajadén. Kisah sasakala (legenda asal usul) turut disampaikan dengan suara yang dalam dan nada yang menurun.

Di sini kita masuk pada babak yang pikasieuneun, yang membuat takut. Obrolan berubah jadi simak menyimak soal kesaksian kawénéhan (melihat hantu bergentayangan), dari lulun samak sampai jurig jarian. Meski tuturan penuh cenah dan cenah (katanya), tetap saja semua ini terasa nyata di depan mata. Jurnalrisa dan Ardan Radio paling jago mengudarakan soal ini. Apalagi kalau sudah menyenggol gosip warga sebelah yang diduga munjung (pesugihan) dan sering kesurupan, tampak bukan bualan omong kosong.

Abdi téh ayeuna gaduh hiji bonéka

Teu kinten saéna sareng lucuna

Ku abdi di erokan, erokna saé pisan

Cing mangga tingali bonéka abdi

Narasi ini adalah cara kita berbagi rasa takut, mengenang hal-hal yang diwariskan dari orang tua, sekaligus menegaskan bahwa dunia tak sepenuhnya bisa dikuasai akal. Dalam alurnya, banyak ajaran moral dan tabu yang tersembunyi dari pamali, cadu, dan buyut. Bahkan pada masalah soal lingkungan hidup.

Ketegangan bisa saja cepat beralih. Tawa kecil kembali muncul, tapi kali ini kita mulai 'bersemangat'. Pipanasaraneun, yang membuat penasaran dan rasa ingin tahu menggoda membawa obrolan pada bahasan yang tipis-tipis membanyol seksualitas.

Dalam dunia Sunda muncul dua narasi yang khas tentang hal tersebut, jorang dan cawokah.

Jorang adalah ungkapan yang lepas tanpa saringan, bisa bikin kikuk dan rasa malu. Sebaliknya, cawokah membungkus topik yang sama dengan halus. Ia seni yang tidak lahir dari nafsu. Sering kali masuk ke ranah peribahasa.

Heunceut ucingeun, maksudnya kan perempuan yang gampang hamil dan punya anak. Begitu juga ungkapan kanjutna tarang, artinya pemalu.

Di Priangan Timur ada kuliner dari olahan kelapa dan gula merah, namanya éwé déét. Ada juga kontol sapi (Banten) dan heunceut rubak (Purwakarta).

Semua sebutan itu adalah kearifan lokal, bukan porno.

Dalam banyak hal, pembahasan tentang tubuh tak sedangkal vulgar. Ia sering kali berhubungan dengan kosmologi dan tradisi. Banyak unsur seksualitas yang tersirat dalam estetika, etika, dan logika khas Sunda, menghadirkan sisi epik kehidupan Sunda. Misal, tampak jelas pada berbagai rangkaian upacara adat jatukrami, simbol-simbol falus dan vulva seiring sejalan.  

Tantangan Ke Depan

Ilustrasi simbol pria dan wanita. (Sumber: Pexels/Tim Mossholder)
Ilustrasi simbol pria dan wanita. (Sumber: Pexels/Tim Mossholder)

Tapi sekarang, semua itu perlahan memudar. Obrolan panjang dan lebar kini disibukkan oleh tenggat kerja, zoom meeting yang tak berujung, dan target produksi yang menekan. Tidak ada lagi waktu untuk leha-leha. Orang makin canggung bercanda, mudah tersinggung, dan takut salah ngomong. Yang tersisa cuma “ketawa karier”.

Cerita horor pun pelan-pelan ditinggalkan. Jurig serta merta dianggap mitos, nalar leluhur dianggap tak ilmiah. Tapi sayang, dunia yang sepenuhnya rasional malah membuat kita makin cemas. Memang tak lagi takut pada makhluk halus, sekarang lebih takut gagal, takut miskin, takut disingkirkan dari FOMO dan tren.

Begitu juga dengan jorang dan cawokah. Rasa ingin tahu tentang tubuh dan seksualitas, kini dibungkam moralitas dangkal. Hal-hal yang dulu dibicarakan dengan penuh kesegaran kini dianggap aib atau topik yang murahan. Seolah-olah semua harus diungkap lewat “kedok” sains yang satu arah. Kita dituntut menjaga marwah.

Jujur saat, kita pasti kangen dengan obrolan daging model ini. Tapi kembali ke masa lalu bukan solusi dan tak perlu juga.

Sebab kalau saja kita peka sisa-sisa tongkrongan itu sebenarnya masih ada. Di kedai kecil, kontrakan “kumuh”, pangkalan, atau angkot malam, percayalah masih banyak percakapan hidup yang berdenyut. Termasuk pada konten-konten orang Sunda di TikTok, kita boleh berkunjung, melepaskan rindu dan menghidupkan kembali topik-topik itu.

Kita bisa membawanya jadi oleh-oleh buat sekitar yang tampak kering dan gersang. Bercanda sambil mengerjakan tugas atau membuat laporan. Berbisik-bisik tentang bayangan hitam di meja kerja, atau membiasakan diri terbuka pada literasi seksualitas yang sehat sekaligus membumi di malam-malam keakraban. Bisa kan?

Meski dunia Sunda pelan-pelan kehilangan kelenturannya, masih ada jalan untuk interupsi. Tiga bentuk obrolan itu harus kita kembalikan sebagai makanan pokok dan cara hidup khas Sunda yang bermartabat, bukan sekadar hiburan yang dicap murahan.

Mereka adalah jantung dari kebijaksanaan Sunda. Ia menentang budaya wibawa para menak kontemporer yang selalu menjaga batas bercanda, menjaga nalar rasional, dan menegakkan “adab” sensual yang hipokrit. Ayo, bawa budaya rakyat ini ke pusat kekuasaan, percaya diri, dan jangan biarkan ia tersisa hanya sebagai gagasan masa lalu yang antik atau pesona nostalgia semata. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

'Lintas Agama' ala Sunda

Ayo Netizen 07 Okt 2025, 10:28 WIB
Lintas Agama ala Sunda

Studi Agama di Dunia Sunda

Ayo Netizen 08 Okt 2025, 16:15 WIB
Studi Agama di Dunia Sunda

News Update

Ayo Netizen 12 Okt 2025, 20:04 WIB

Canda, Hantu, dan 'Jorang' sebagai Makanan Pokok Orang Sunda

Menentang budaya wibawa yang selalu menjaga batas bercanda, menjaga nalar rasional, dan menegakkan “adab” sensual yang hipokrit.
Camilan di Atas Karpet, Ketika Orang Sunda Kumpul dan Ngobrol (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 14:38 WIB

Pasar Seni ITB sebagai Jembatan antara Dua Wajah Bandung

Pasar Seni ITB bukan hanya sebatas ajang nostalgia, tapi juga bentuk perlawanan lembut,
Konferensi Pers Pasar Seni ITB 2025 di International Relation Office (IRO) ITB, Jalan Ganesha, Kota Bandung, Selasa 7 Oktober 2025. (Sumber: ayobandung.id| Foto: Irfan Al-Farits)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 11:06 WIB

Polemik Tanggal Lahir Persib dan Krisis Kepercayaan Publik terhadap Akademisi

Bagaimana jika sesuatu yang selama ini kita yakini sebagai kebenaran ternyata dianggap keliru oleh sebagian orang?
Pengukuhan Hari Jadi Persib Bandung pada akhir 2023 lalu. (Sumber: dok. Persib)
Ayo Jelajah 12 Okt 2025, 10:58 WIB

Jejak Sejarah Bandung Dijuluki Kota Kembang, Warisan Kongres Gula 1899

Tak cuma karena bunga, julukan Kota Kembang dipoles dengan kisah Kongres Gula 1899 dan para mojang Bandung yang memesona kaum meneer.
Mojang Belanda di Bandung tahun 1900-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 10:32 WIB

Int(Earth)Religious Dialogue

Ide tentang melibatkan alam sebagai subjek aktif dalam dialog lintas agama-iman.
Pohon dan Langit Biru (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 12 Okt 2025, 09:07 WIB

Mispersepsi Penggunaan Obat Amoxillin di Masyarakat

Amoxillin merupakan jenis antibiotik yang penggunaannya tidak pernah tepat guna dan sering menimbulkan resistensi antibiotik.
Amoxillin menjadi salah satu jenis antibiotik yang penggunannya sering mengundang miss persepsi di masyarakat. (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 19:27 WIB

Bandung dan Denyut Motorcross Indonesia yang Kian Menggeliat

Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia.
Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia. (Sumber: Ist)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 15:05 WIB

Ketika Mendaki Menjadi Gerakan Ekonomi dan Pelestarian: Menyatukan Langkah Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan

Di balik geliat pariwisata, muncul tantangan besar, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal secara berkelanjutan?
Digagas oleh Mahameru, Inisiatif seperti Hiking Fest 2025 menjadi ilustrasi bagaimana kegiatan wisata bisa dirancang untuk membawa dampak positif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 13:45 WIB

Jejak Panjang Perjalanan Bisnis Opey: Membangun Dua Brand Lokal Ikonik Skaters dan Mahameru

Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru.
Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)