Int(Earth)Religious Dialogue

Arfi Pandu Dinata
Ditulis oleh Arfi Pandu Dinata diterbitkan Minggu 12 Okt 2025, 10:32 WIB
Pohon dan Langit Biru (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Pohon dan Langit Biru (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)

Bayangkan skenario “kiamat iklim” atau climate apocalypse, peradaban manusia hancur akibat krisis. Serem?

Tapi sebenarnya, alam tidak pernah mengenal istilah bencana, wabah, atau sampah. Semua konsep itu lahir dari cara manusia memaknai hubungan mereka dengan alam. Kitalah yang memberi label “alami” atau “katastropik” pada fenomena lingkungan, padahal bagi alam, semua tetap mengalir sesuai caranya.

Ketika isu kerusakan lingkungan dibingkai dengan istilah “kiamat”, narasi ini sering membawa logika agama Abrahamik, agama-agama yang bersumber dari tradisi wahyu.

Dalam kosmologi ini ada awal, ada akhir, waktu yang berjalan lurus, dan manusia ditempatkan sebagai pemegang mandat Tuhan di bumi. Alam pun kerap dibaca sebagai benda mati yang bisa diatur dan dikendalikan, kadang bahkan dikaitkan dengan ide memperbanyak keturunan (prokreasi).

Cara berpikir ini membuat banyak orang fokus pada pertobatan pribadi atau moralitas ritual, sementara aspek ekologis yang lebih luas terabaikan. Dari sinilah lahir eko-teologi, upaya menafsir ulang ajaran agama supaya manusia bisa lebih ramah terhadap alam.

Banyak penganut Yahudi, Kristen, dan Islam mulai menata ulang gaya hidup mereka. Umat diajak buat mengurangi konsumsi, peduli pada limbah, hingga terlibat dalam advokasi agraria dan pelestarian lingkungan.

Namun sebetulnya langkah ini hanya sebagian kecil dari solusi. Karena masih banyak praktik keagamaan lain yang jarang dilibatkan. Jarang kita tengok kacamatanya.

Masalah besar adalah keterbatasan pandangan. Dialog lintas agama-iman dan advokasi lingkungan seringkali hanya menekankan posis dari sudut pandang agama Abrahamik. Sementara agama dan tradisi religius lain, dari ajaran ahimsa di India, konsep wu wei dan qi di Tiongkok, hingga ritual sesaji lokal, jarang diperhatikan.

Padahal tradisi-tradisi ini menawarkan cara pandang yang sejak awal sudah ramah terhadap bumi. Alam bukan hanya objek, tapi subjek yang layak dihormati. Narasi kosmik, energi alam yang ilahiah, dan komunikasi spiritual dengan lingkungan sudah berlangsung ribuan tahun, dan semuanya mengandung pesan ekologis yang unik. Sayangnya, kita sering melewatkan pelajaran ini karena kerangka berpikir kita terbatas pada teks-teks teologi dan aturan institusional.

Di sisi lain, persoalan kebebasan beragama juga terkait erat dengan isu lingkungan. Interpretasi agama yang pro-ekologi atau kritis bisa dianggap menodai ajaran resmi, terutama oleh ortodoksi yang kaku.

Bangunan rumah ibadah, hutan adat, dan praktik warga penghayat yang dekat dengan alam sering terhambat karena intoleransi atau konflik kepentingan ekonomi. Bahkan tidak jarang, eksploitasi sumber daya alam dibungkus dengan agenda keagamaan tertentu. Semua ini menunjukkan bahwa relasi antara manusia, agama, dan alam tidaklah sederhana.

Ilustrasi krisis iklim. (Sumber: Pixabay/Cloud_Purple)
Ilustrasi krisis iklim. (Sumber: Pixabay/Cloud_Purple)

Di sinilah konsep Int(Earth)Religious Dialogue menjadi penting. Dialog ini tidak hanya bicara manusia ke manusia, tetapi melibatkan bumi sebagai subjek yang berhak didengar. Tujuannya bukan hanya menjaga perdamaian antaragama, tetapi juga memaknai ulang relasi kita dengan alam.

Melalui pendekatan ini, bumi tidak lagi menjadi objek yang bisa dieksploitasi semaunya, melainkan partner yang aktif dalam dialog tentang kelestarian, keadilan sosial, dan kebinekaan.

Pendekatan ini juga menekankan keragaman praktik religius.. Bumi tidak hanya berbicara pada satu tradisi, satu interpretasi, atau satu institusi agama. Ia terlibat dalam praktik agama lokal, kultus, agama rakyat, atau agama nominal yang berbeda-beda. Setiap praktik mengandung cara unik dalam membaca hubungan manusia-alam. Dengan cara ini, kebinekaan tidak hanya berlaku di ruang sosial, tapi juga dalam cara kita memandang dan merawat lingkungan.

Ide Int(Earth)Religious Dialogue menunjukkan satu hal penting bahwa kelestarian lingkungan dan perdamaian antaragama tidak bisa dipisahkan. Jika kita gagal menghargai pluralitas praktik religius sekaligus menjaga bumi sebagai subjek, kita sebenarnya gagal merajut cita-cita kemanusiaan-kesemestaan yang lebih besar.

Sebaliknya, ketika kita menyadari bahwa manusia dan alam saling terkait, kita bisa membangun pendekatan yang inklusif, adaptif, dan bermakna. Sebuah dunia ketika agama dan bumi berjalan berdampingan.

Ini mungkin gagasan, tapi ia menuntut kesadaran, keberanian, dan kreativitas dari setiap orang yang terlibat dalam dialog. Dari ruang komunitas hingga hutan adat, dari ritual lokal hingga aktivitas sehari-hari, bumi harus diakui sebagai partisipan aktif.

Bumi yang hancur adalah keluputan kita dalam merajut keberagaman dan keberlanjutan.Dan sebaliknya, bumi yang dihargai, dirawat, dan diajak bicara, adalah tanda kita berhasil belajar dari semua tradisi agama.

Akhirnya, kita tiba pada satu hal penting bahwa dialog lintas agama-iman tidak cukup hanya antara manusia saja. Bumi juga punya suara, konteks, dan kebutuhan yang harus didengar. Itulah sebabnya istilah Interreligious Dialogue saja terasa kurang. Kita butuh Int(Earth)Religious Dialogue, dialog yang melibatkan bumi. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Arfi Pandu Dinata
Menulis tentang agama, budaya, dan kehidupan orang Sunda
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Studi Agama di Dunia Sunda

Ayo Netizen 08 Okt 2025, 16:15 WIB
Studi Agama di Dunia Sunda

News Update

Ayo Netizen 10 Des 2025, 21:09 WIB

Minat Baca Warga Bandung Masih Rendah meski Fasilitas Mencukupi, Catatan untuk Wali Kota

Menyoroti masalah rendahnya minat baca di Bandung meski fasilitas memadai.
Sebuah Street Library tampak lengang dengan buku-buku yang mulai berdebu di samping Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jumat (05/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Adellia Ramadhani)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:16 WIB

Bubur Mang Amir, Bubur Ayam Termurah se-Dunia Seporsi Cuma Rp5.000

Pengakuan Mang Amir, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun.
Pengakuan Mang Amir, penjual bubur seporsi Rp5.000, ia sudah berjualan bubur ayama selama 25 tahun. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 20:02 WIB

Bandung untuk Mobil Pribadi atau Bandung untuk Warga?

Kota yang terlalu banyak bergantung pada kendaraan adalah kota yang rentan.
Warga bersepeda di kawasan Alun-alun Bandung. (Sumber: Arsip pribadi | Foto: Djoko Subinarto)
Ayo Biz 10 Des 2025, 20:02 WIB

Ketika Pekerja Kehilangan Rasa Aman: PHK Menguak Luka Sosial yang Jarang Terlihat

Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial.
Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK semakin menjadi sorotan publik karena dampaknya yang luas terhadap kehidupan pekerja, pencari kerja, dan dinamika hubungan industrial. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 19:51 WIB

Karya Anak Muda Bandung yang Hadirkan Identitas dalam Brand Fashion Berjiwa Bebas

Brand lokal ini membawa semangat bebas dan berani, mewakili suara anak muda Bandung lewat desain streetwear yang penuh karakter.
Tim urbodycount menata koleksi kaos edisi terbaru di atas mobil sebagai bagian dari proses pemotretan produk di Buahbatu Square Jl.Apel 1 NO.18, Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/11/2025) (Sumber: Rahma Dewi | Foto: Rahma Dewi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 18:19 WIB

Soerat Imadjiner oentoek Maurenbrecher

Sebuah inspirasi unutk Wali Kota Bandung dan wakilnya, demi kemajuan Bandung.
Suasana Jalan Asia Afrika (Groote Postweg) Kota Bandung zaman kolonial Belanda. (Sumber: Tropenmuseum)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 17:34 WIB

Sibuk Romantisasi Tak Kunjung Revitalisasi, Angkot Kota Bandung 'Setengah Buntung'

Kritik dan Saran terhadap Wali Kota Bandung terkait revitalisasi angkot Bandung.
Angkot Kota Bandung yang mulai sepi peminat di Dipatiukur, (7/12/2025). (Foto: Andrea Keira)
Ayo Jelajah 10 Des 2025, 17:03 WIB

Hikayat Terminal Cicaheum, Gerbang Perantau Bandung yang jadi Sarang Preman Pensiun

Sejarah Terminal Cicaheum sebagai pintu perantau Bandung. Terminal ini hidup abadi lewat budaya populer Preman Pensiun saat fungsi aslinya perlahan menyusut.
Suasana Terminal Cicaheum, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 16:26 WIB

Untuk Siapa Sebenarnya Sidewalk Diperuntukkan?

Keberadaan trotoar yang layak dan aman dapat mendorong masyarakat untuk lebih banyak berjalan kaki serta mengurangi kemacetan dan polusi.
Trotoar di Jalan Braga yang dipenuhi PKL. (Foto: Author)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:30 WIB

Sarana Bus Trans Metro Jabar Terus Meningkat, Halte Terbengkalai Tak Diperhatikan Wali Kota Bandung?

Di balik itu Metro Jabar Trans banyak disukai warga, beberapa halte malah dibiarkan terbengkalai.
Prasarana halte di daerah Mohamad Toha yang terlihat banyak coretan dan kerusakan tak terurus menyebabkan ketidaknyamanan bagi penumpang, pada 30 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nufairi Shabrina)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 14:13 WIB

Penumpukan Sampah di Ujung Berung Sudah Tidak Terkendali, Warga Mulai Kewalahan

Artikel ini membahas tentang kondisi kebersihan yang ada di Kota Bandung terutama di Ujung Berung.
Penumpukan sampah terlihat berserakan di di Jalan Cilengkrang, Kawasan Ujung Berung, pada Senin, 1 Desember 2025 pukul 07.30 WIB. (Foto: Sumber Muhamad Paisal). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Muhamad Paisal)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:37 WIB

Masa Depan Bandung Antara Julukan Kota Kreatif dan Problematika Urban

Kota Bandung telah lama dikenal sebagai kota kreatif atau dengan julukan Prestisius (Unesco City of Design).
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk tapi juga ruang hidup yang terus berdenyut dengan  semangat pluralisme dan kreativitas. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Titania Zalsyabila Hidayatullah)
Beranda 10 Des 2025, 12:37 WIB

Belasan Jurnalis Dalami Fungsi AI untuk Mendukung Kerja Redaksi

Inisiatif ini ditujukan untuk memperkuat kemampuan jurnalis Indonesia, khususnya dalam verifikasi digital lanjutan, investigasi, serta pemanfaatan berbagai teknologi AI generatif.
Training of Trainers (ToT) "AI for Journalists".
di Hotel Mercure Cikini, Jakarta.
Ayo Netizen 10 Des 2025, 12:22 WIB

Cager, Bager, Bener: Filosofi Sopir Online Bandung di Jalanan Kota

Mengutamakan profesionalisme serta nilai-nilai saling menghormati agar perjalanan tetap nyaman dan aman setiap hari.
Seorang driver online tengah tersenyum ramah menunggu penumpangnya di tengah keramaian jalanan, menerapkan nilai cageur, bager, bener dalam layanan transportasi – Bandung, Sabtu (01/11/2025) (Foto: Bunga Kemuning A.D)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 10:29 WIB

Batagor dan Baso Cuankie Serayu, Kuliner Sederhana yang Selalu Ramai di Cihapit

Batagor dan Cuankie Serayu masih mempertahankan daya tariknya hingga kini.
Suasana Antre Batagor dan Baso Cuankie Serayu (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Miya Siti Nurimah)
Beranda 10 Des 2025, 09:42 WIB

Jomlo Menggugat: Saat Urusan Personal Berubah Jadi Persoalan Sosial

Di berbagai fase hidupnya, perempuan tetap saja berhadapan dengan ekspektasi sosial yang meminta mereka mengikuti nilai-nilai yang sudah lama tertanam.
Ilustrasi (Sumber: Pixabay | Foto: congerdesign)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 08:44 WIB

Akhir Pekan di Bandung Bukan Wisata, tetapi Ujian Kesabaran di Tengah Arus Padat

Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan
Kota Bandung kini dikenal sebagai kota yang kaya akan destinasi wisata. Namun, kemacetan yang parah menjadi masalah di setiap akhir pekan. (Dok. Penulis)
Ayo Netizen 10 Des 2025, 07:41 WIB

Knalpot Bising: Dari Keluhan Masyarakat hingga Harapan Kota Tenang

Knalpot bising masih mengganggu warga Bandung. Razia yang tidak konsisten membuat pelanggar mudah lolos.
Suara bising nan kencang memantul di jalanan hingga membuat kita tak terasa tenang. (Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 20:00 WIB

Beban Hidup Mencekik dan Tingginya Pengangguran Bukti Kegagalan Wali Kota Bandung?

Kenaikan biaya hidup dan syarat kerja tidak masuk akal memperparah 100 ribu pengangguran di Bandung.
Tingginya angka pengangguran memaksa warga Bandung beralih menjadi pekerja serabutan. (Sabtu, 06 Desember 2025). (Sumber: Penulis | Foto: Vishia Afiath)
Ayo Netizen 09 Des 2025, 19:53 WIB

Tanggapan Wisatawan tentang Kualitas Fasilitas Bandros di Bandung

Kritik serta saran mengenai fasilitas bandros yang ada di Kota Bandung.
Bandros di Kota Bandung. (Sumber: Dokumentasi Penulis)