Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Kamis 23 Okt 2025, 11:21 WIB
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

AYOBANDUNG.ID - Di Indonesia, nasionalisme kadang butuh bentuk yang bisa disentuh, dikendarai, dan difoto dari berbagai sudut. Mobil Maung buatan PT Pindad adalah salah satunya. Kendaraan taktis ini bukan cuma produk pabrikan pertahanan, tapi juga mitologi baru: harimau dari Bandung yang kini menuruni aspal Istana.

Bandung memang kota yang akrab dengan industri besi, senjata, dan ide besar tentang kemandirian bangsa. Di sinilah PT Pindad beroperasi, perusahaan yang lebih sering mengelas baja ketimbang memoles krom. Dari pabrik mereka lahir senjata, amunisi, kendaraan lapis baja—dan kini, sebuah mobil yang tiba-tiba jadi ikon nasional. Namanya Maung, dari bahasa Sunda berarti harimau. Nama itu bukan kebetulan. Dalam kultur Sunda, maung melambangkan keberanian, keuletan, dan kesetiaan pada wilayahnya.

Kendaraan ini punya tampang seperti hasil perkawinan antara jip perang dan truk off road. Tidak ada lekuk manis. Semuanya tegas, fungsional, dan seolah dibuat untuk menerjang apa pun di depannya. Tapi di balik bentuk keras itu, ada cerita yang jauh lebih menarik: kisah tentang ambisi, eksperimen, dan bagaimana politik bisa mengubah kendaraan militer jadi simbol kebanggaan nasional.

Baca Juga: Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Ceritanya dimulai sekitar 2018. Ide itu datang dari seorang jenderal, Surawahadi, yang waktu itu menjabat Danpussenif. Ia ingin kendaraan cepat untuk operasi infanteri jarak dekat—sesuatu yang gesit tapi kuat, mirip jip perang yang bisa diajak menyelusuri hutan Kalimantan atau gurun Natuna.

Proyeknya diberi nama Bima M-31, dan waktu itu belum ada yang menyebutnya Maung. Pembuatan prototipe diserahkan ke PT MSA, rekanan TNI, yang kemudian menggandeng bengkel off road FAD Works di Bandung, tempat yang lebih akrab dengan lumpur dan suara las ketimbang pendingin ruangan. Daniel Zebedeus, pemilik bengkel, bersama timnya mulai membangun purwarupa dengan semangat "asal bisa jalan, bisa nembus medan."

Mobil itu pertama kali muncul di Indo Defence 2018, pameran militer tahunan yang lebih sering diisi dengan alat tempur buatan luar negeri. Tapi di antara tank Leopard dan kendaraan lapis baja Korea, tiba-tiba ada satu mobil sederhana buatan lokal dengan tulisan Bima M-31. Orang-orang berhenti, menatapnya, dan mulai bicara: “Ini buatan kita, nih.”

Setahun kemudian, proyeknya masuk ke Dislitbang Angkatan Darat untuk uji coba dan pengembangan. PT Pindad dilibatkan untuk memastikan mobil itu bisa naik kelas dari purwarupa ke produksi massal. Setelah berbagai perbaikan dan modifikasi, nama Bima pun ditinggalkan. Mereka mencari sesuatu yang lebih menggigit, lebih lokal, lebih berkarakter. Maka lahirlah nama itu: Maung.

Pada Oktober 2020, Maung resmi masuk jalur produksi di pabrik Pindad, Bandung. Kementerian Pertahanan langsung memesan 500 unit. Tapi yang menarik bukan jumlahnya, melainkan siapa yang pertama kali membeli. Prabowo Subianto, saat itu Menteri Pertahanan, memesan Maung dengan uang pribadinya. Ia ingin memberi contoh, katanya, bahwa mencintai produk dalam negeri itu tidak cukup dengan pidato. Pada 13 Januari 2021, 40 unit pertama Maung diserahkan kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa.

Di luar kompleks militer, orang mulai penasaran. Mobil ini tidak seperti jip biasa. Ada aura “negara” di dalamnya. Bulan Mei 2021, Pindad membuka pemesanan versi sipil. Tanpa bodi antipeluru, tanpa dudukan senapan mesin, tapi tampilannya tetap seperti mobil perang yang sedang menyamar di jalan raya.

Baca Juga: Seabad Lebih Tanpa Nasi, Kampung Cireundeu Pertahankan Kemandirian dan Ketahanan Pangan Lokal Lewat Singkong

Mobil Maung buatan Pindad. (Sumber: Pindad)
Mobil Maung buatan Pindad. (Sumber: Pindad)

Dari Jalan Tempur ke Jalan Protokol

Waktu berjalan cepat. Pada Indo Defence 2022, Maung tampil lagi dengan nama baru: Morino MV Cruiser (Motor Rekacipta Indonesia). Kedengarannya keren, tapi juga terasa terlalu korporat. Orang-orang lebih suka menyebutnya Maung. Harimau tetap lebih berkarisma daripada singkatan panjang.

Versi ketiganya diresmikan oleh Joko Widodo pada 18 Januari 2023, di acara Rapim Kemhan 2023. Tapi bintang sesungguhnya bukan Jokowi—melainkan Prabowo. Sejak itu, setiap kali Prabowo muncul di depan kamera, selalu ada Maung di dekatnya. Dalam berbagai kunjungan, dari markas batalyon sampai istana, mobil itu seperti bayangan yang menempel padanya.

Spesifikasi Maung tidak main-main. Mesin diesel Toyota 2.4 liter atau Isuzu 2.5 liter, transmisi manual 6 percepatan, tenaga 149 HP, torsi 400 Nm, kecepatan maksimal 120 km/jam. Dengan jarak tempuh 800 kilometer, mobil ini bisa melintasi pulau Jawa tanpa isi solar. Sekitar 70 persen komponennya lokal, sementara 30 persen berasal dari SsangYong Korea Selatan.

Harga per unitnya sekitar Rp600 juta. Murah kalau dibandingkan dengan mobil dinas pejabat seperti Alphard atau Mercedes-Benz. Tapi Maung tidak dijual dengan logika kemewahan. Ia dijual dengan logika nasionalisme.

Baca Juga: Keracunan MBG di Bandung Barat, Kronik Tragedi Hidangan Basi di Balik Santapan Bergizi

Pada 20 Oktober 2025, di sidang kabinet paripurna pertamanya sebagai Presiden, Prabowo memberi perintah yang menggema: semua menteri dan pejabat tinggi negara wajib menggunakan Maung sebagai mobil dinas mulai tahun depan. Ia memperbolehkan mereka memakai mobil mewah di luar jam dinas, asal untuk urusan pribadi. Tapi kalau urusan negara, naik Maung.

Kebijakan itu mengguncang. Sebagian menganggapnya populis, sebagian lagi menyebutnya revolusioner. Pemerintah langsung memesan 10.000 unit Maung untuk kebutuhan kementerian, gubernur, dan bupati. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut anggaran sudah siap. Produksi massal dijadwalkan mulai Februari 2026, dengan pengiriman April–Mei 2026.

PT Pindad, yang kini berada di bawah holding pertahanan Defend ID, mencatat pendapatan Rp27 triliun pada 2024. Dengan tambahan proyek Maung, angka itu diperkirakan melonjak. Di Bandung, pabrik mereka berderu siang malam. Para teknisi, yang dulu hanya memproduksi kendaraan tempur untuk PBB, kini membuat mobil untuk para menteri.

Politisi pun ikut bicara. Ada yang bilang kebijakan seperti ini perlu dipaksakan, seperti Malaysia dengan Proton atau China dengan Geely. Maung juga disebut bukan sekadar produk, tapi simbol keteladanan pejabat. Kawendra Lukistian dari Gerindra berjanji mengawal proses produksinya.

Pada Juni 2025, Pindad meluncurkan Maung MV3-EV Pandu, versi listrik dengan jarak tempuh 400 kilometer per pengisian. Kendaraan ini disiapkan untuk mendukung transisi energi hijau di sektor pemerintahan dan militer.

Hingga Maret 2025, sebanyak 700 unit Maung sudah diserahkan ke TNI dan Polri. Maung membuktikan dirinya bukan sekadar gimmick politik. Ia bekerja, berjalan, dan tetap kuat bahkan setelah melewati medan berat.

Sekarang, Maung sudah berubah status. Dari kendaraan taktis yang lahir di bengkel kecil, ia menjelma jadi simbol kebanggaan nasional. Ia parkir di depan kantor kementerian, di halaman istana, di garasi gubernur. Harimau dari Bandung itu akhirnya menuruni gunung, bukan untuk berburu, tapi untuk menunjukkan bahwa negeri ini, kalau mau, bisa membuat mobil sendiri.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)
Beranda 22 Okt 2025, 15:10 WIB

Insinerator Digencarkan, Tapi Bukan Solusi Tuntas Atasi Krisis Sampah di Kota Bandung

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, pun mengakui bahwa penggunaan insinerator tak bisa serampangan.
Salah satu insinerator di tempat pembuangan sampah di Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Jelajah 22 Okt 2025, 13:38 WIB

Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Bjorka bikin polisi kelimpungan tiga kali. Dari Cirebon sampai Minahasa, negara sibuk memburu bayangan di layar komputer.
Ilustrasi hacker Bjorka.
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 12:48 WIB

Film Rangga & Cinta: Mengenang Kembali Kisah Romansa Masa Remaja

Film Rangga & Cinta dikemas dengan nuansa awal 2000-an yang autentik.
 Salah satu adegan film Rangga & Cinta (Sumber: X/@habisnontonfilm)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 11:51 WIB

Mengokohkan Sistem Manajemen Kinerja: Pilar Penggerak Profesionalitas ASN

Penguatan sistem manajemen kinerja ASN bukan sekadar urusan teknis, tetapi langkah strategis membangun birokrasi berdampak.
Aparatur Negeri Sipil (ASN). (Sumber: Pemkot Magelang)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 10:10 WIB

Menakar Ulang Feodalisme Pesantren

Esai ini ditulis dalam rangka memperingati hari santri.
Ilustrasi santri yang sedang belajar di pesantren. (Sumber: Pexels/Mufid Majnun)