Saat Hacker Bjorka Bikin Polisi Kelimpungan Tiga Kali

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Rabu 22 Okt 2025, 13:38 WIB
Ilustrasi hacker Bjorka.

Ilustrasi hacker Bjorka.

AYOBANDUNG.ID - Pada awalnya, ia cuma desas-desus di forum gelap. Tapi begitu namanya muncul di BreachForums pada awal September 2022, orang-orang tahu sesuatu sedang terjadi. Seseorang dengan nama “Bjorka” menawarkan 1,3 miliar data registrasi kartu SIM milik warga Indonesia. Jumlahnya tidak masuk akal. Tapi di dunia siber, angka besar seperti itu justru terasa masuk akal.

Data itu disebut berasal dari sistem pemerintah. Hasil kebijakan wajib registrasi nomor telepon yang mewajibkan warga mengaitkan kartu SIM dengan KTP dan KK sejak 2017. Itu artinya, semua orang bisa saja telanjang digital di depan mata siapa pun yang mau membayar. Nama, alamat, nomor identitas, nomor kartu keluarga, semuanya tersedia.

Bjorka menjualnya murah, dan dengan cepat ia jadi legenda baru di dunia maya Indonesia. Ia bukan sekadar peretas, melainkan semacam seniman provokasi digital. Ia mengolok-olok pejabat, membocorkan data menteri, dan mengacaukan sistem informasi lembaga-lembaga negara sambil mengomentari isu politik yang sedang panas. Di tengah kenaikan harga BBM dan demonstrasi mahasiswa, ia seperti muncul untuk menabuh drum kekacauan.

Selamaa bulan September 2022, ia menyerang banyak target: Kominfo, Pertamina, PLN, bahkan BIN. Data pejabat negara dibocorkan satu per satu. Nama-nama besar seperti Joko Widodo, Luhut Pandjaitan, Erick Thohir dan Puan Maharani ikut menjadi korban doxxing, lengkap dengan sindiran-sindiran politik yang tajam. Di tengah naiknya harga BBM dan gelombang protes publik, Bjorka seperti memainkan peran antagonis yang justru mendapat simpati rakyat.

Orang-orang di internet memujanya. Ia seolah menjadi “Robin Hood digital” karena berani menelanjangi pemerintah. Padahal, apa yang ia lakukan tidak sesuci itu. Ia menjual data, menangguk uang, dan tetap bermain di wilayah abu-abu antara aktivisme dan kriminalitas. Tapi di negeri yang pemerintahnya gagap teknologi, citra heroik itu mudah sekali melekat.

Kominfo, BSSN, dan Polri kebakaran jenggot. Data publik bocor, pejabat jadi bahan olok-olok, dan kepercayaan masyarakat runtuh. Bjorka seperti menampar wajah negara dengan keyboard.

Baca Juga: Gaduh Kisah Vina Garut, Skandal Video Syur yang Bikin Geger

Dan negara pun mulai membalas.

Tak lama setelah kehebohan itu, seorang remaja di Cirebon tiba-tiba jadi tersangka bayangan. Namanya Muhammad Said Fikriyansyah. Umurnya baru tujuh belas tahun, tinggal di desa, dan masih sekolah. Tapi di dunia maya, rumor adalah bahan bakar paling murah untuk histeria. Tuduhan itu bermula dari akun Instagram @volt_anonym yang menyebut adanya kesamaan antara username msff di forum gelap dengan inisial remaja itu.

Remaja asal Desa Sumber itu langsung jadi sasaran. Namanya viral, fotonya beredar di grup-grup WhatsApp, dan keluarganya ketakutan. Polisi akhirnya turun tangan. Ia menyangkal semuanya: tak punya kemampuan hacking, tak punya perangkat canggih, bahkan internet di rumahnya sering putus.

Kasus Cirebon ini memperlihatkan satu hal: publik dan aparat sama-sama bingung membedakan rumor dan fakta di dunia digital. Bjorka tetap berkeliaran, sementara seorang remaja nyaris jadi tumbal.

Salah satu data yang dibocorkan Bjorka.
Salah satu data yang dibocorkan Bjorka.

Beberapa hari berselang, giliran seorang pemuda 21 tahun di Madiun bernama Muhammad Agung Hidayatullah ditangkap. Ia disebut sebagai admin atau “asisten” Bjorka karena menjual kanal Telegram yang dipakai sang hacker. Tapi ternyata, Agung hanyalah pedagang es dari Desa Banjarsari Kulon, Kecamatan Dagangan.

Penangkapannya jadi bahan tertawaan publik. Bjorka muncul lagi secara daring, membocorkan data baru, seolah ingin menegaskan bahwa polisi salah orang. Pemerintah mencoba menambal citra dengan membentuk tim gabungan yang melibatkan Polri, BIN, Kominfo, dan BSSN. Tapi hasilnya nihil.

Baca Juga: Sejarah Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari Zaman SBY Sampai Bikin Jepang Kecele

Bjorka menghilang, lalu muncul lagi dengan kebocoran data paspor jutaan warga. Ia lenyap, lalu datang kembali dengan data pelanggan PLN, KPU, hingga BIN. Ia seperti arwah yang keluar masuk jaringan pemerintah sesukanya.

Di balik semua itu, rumor terus beredar. Ada yang bilang ia tinggal di Polandia. Ada yang bilang ia bukan satu orang, tapi jaringan. Ada juga yang percaya bahwa ia hanya simbol—nama kosong yang bisa dipakai siapa pun untuk membuktikan betapa rapuhnya sistem keamanan negara.

Terlepas dari apa pun kebenarannya, Bjorka telah membuat Indonesia terlihat seperti rumah digital dengan pintu terbuka lebar. Siapa pun bisa masuk, membawa apa pun, dan keluar tanpa ketahuan.

Tiga tahun berlalu. Orang sudah mulai lupa soal Bjorka. Sampai akhirnya, pada akhir September 2025, polisi mengumumkan mereka telah menangkapnya di Minahasa, Sulawesi Utara.

Pelakunya disebut berinisial WFT, 22 tahun, dropout sekolah menengah, belajar komputer sendiri. Polisi menyebut ia sebagai pengendali akun Bjorka di dark web dan pelaku peretasan jutaan data nasabah bank swasta. Ia juga dituduh memeras manajer bank dengan data itu. Polisi berpose di depan kamera, memamerkan wajah pelaku dan barang bukti komputer butut yang katanya digunakan untuk menyerang sistem keuangan.

Semua media memuat berita itu besar-besaran. "Bjorka Tertangkap di Sulawesi,” tulis judul-judulnya. Negara seperti menemukan pahlawan baru—bukan karena menangkap penjahat siber, tapi karena berhasil menutupi luka harga diri digitalnya.

Tapi euforia itu tak bertahan lama.

Beberapa hari setelah pengumuman penangkapan, dunia maya kembali geger. Akun Bjorka muncul lagi. Kali ini dengan serangan yang jauh lebih memalukan.

Ia membocorkan data pribadi 341 ribu personel Polri: nama, pangkat, satuan tugas, nomor ponsel, dan alamat email. Data itu benar. Para pakar keamanan siber membenarkan keasliannya. Polisi kehilangan muka. Orang yang baru saja ditangkap di Minahasa ternyata bukan Bjorka.

Kebocoran itu seperti tamparan telak di wajah institusi penegak hukum. Polisi yang baru saja bersorak karena mengklaim kemenangan, mendadak menjadi korban. WFT tetap ditahan, tapi publik tahu ia hanya kambing hitam berikutnya.

Bjorka seperti tahu cara paling kejam untuk mempermalukan negara. Ia menunggu momen ketika aparat merasa paling percaya diri, lalu menyerang dari balik layar dengan ketenangan yang sinis.

Sebuah unggahan lantas muncul di situs gelap: data pribadi 341.000 personel Polri bocor. Nama, pangkat, satuan, nomor ponsel, alamat email—semuanya tumpah ke publik.

Sejak itu, tak ada lagi yang benar-benar yakin apakah Bjorka adalah satu orang, kelompok, atau bahkan semacam persona yang bisa diambil siapa pun. Ia bisa muncul di mana saja, dengan gaya berbeda, tapi tetap membawa pesan yang sama: sistem keamanan negara ini tidak lebih kuat dari pagar bambu di musim hujan.

Baca Juga: Hikayat Ledakan Bom ATM Dipatiukur Bandung 2011, Kado Pahit Ultah Polisi

Tiga kali polisi kelimpungan, tiga kali pula negara belajar bahwa memburu hacker bukan seperti mengejar pencuri ayam. Bjorka tidak bisa ditangkap dengan cara konvensional. Ia bukan sosok yang duduk di depan satu komputer menunggu disergap. Ia bayangan di jaringan, bergerak di antara celah sistem yang dibiarkan bocor bertahun-tahun.

Setiap kali pemerintah merasa telah menang, ia muncul lagi dan membuktikan sebaliknya. Bjorka menjadi simbol kegagalan sistem keamanan digital Indonesia—negara yang gemar mengumpulkan data warganya, tapi tak tahu bagaimana melindunginya.

Ia bukan sekadar hacker. Ia semacam cermin. Di dalamnya, kita melihat wajah negara yang kikuk, aparat yang panik, dan sistem yang bolong di mana-mana. Ia muncul, membuat gaduh, lalu menghilang.

Dan entah di mana sekarang, mungkin ia sedang tersenyum di balik layar, membaca berita tentang dirinya sendiri, sementara aparat masih sibuk memeriksa komputer orang yang tak bersalah.

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)