IKN: Antara Kota Masa Depan dan Ruang Kemanusiaan

Bayu Hikmat Purwana
Ditulis oleh Bayu Hikmat Purwana diterbitkan Jumat 24 Okt 2025, 17:15 WIB
Desain resmi IKN. (Sumber: ikn.go.id)

Desain resmi IKN. (Sumber: ikn.go.id)

Bandung selalu punya cara memandang masa depan. Di tengah hiruk pikuk pembangunan, kota ini seolah mengingatkan bahwa kemajuan bukan sekadar deru mesin dan deretan gedung menjulang, melainkan tentang bagaimana manusia tumbuh di dalamnya.

Ketika bangsa menatap Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai simbol masa depan Indonesia, Bandung menatapnya dengan kebijaksanaan, dari ruang belajar, kearifan lokal, dan laboratorium inovasi, serta kemanusiaan. Kota ini seolah berkata: “Bangunlah manusia sebelum kau membangun kotanya.”. Pada konteks ini, LAN RI harus hadir segala perangkatnya untuk merumuskan strategic management tata kelola pembangunan manusia.

Bandung pernah menjadi titik nyala sejarah. Di Jalan Asia-Afrika, se-antero dunia menyaksikan bagaimana kota kembang memantik semangat kemerdekaan bangsa-bangsa yang tertindas. Kini, tujuh puluh tahun lebih setelah Konferensi Asia-Afrika, Indonesia kembali menatap masa depan lewat pembangunan IKN di Kalimantan Timur.

Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2025 tentang Pemutakhiran Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2025 disebutkan bahwa "perencanaan dan pembangunan kawasan, serta pemindahan ke Ibu Kota Nusantara dilaksanakan sebagai upaya mendukung terwujudnya Ibu Kota Nusantara menjadi ibu kota politik pada 2028". Namun bagi Bandung, semua itu bukan sekadar kisah pemindahan pusat pemerintahan, melainkan cermin perjalanan bangsa tentang bagaimana kita memahami makna kearifan di balik kemajuan menuju keseimbangan.

Pelajaran dari Bandung

Tanpa kearifan, kemajuan mudah berubah menjadi kerusakan. Bandung tahu rasanya pernah jadi kota sampah. Juga sungai Citarum, yang dulu menjadi nadi kehidupan, pernah tercatat sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Ruang hijaunya pun masih di bawah standar minimal, dan dalam penilaian UI GreenCityMetric, Bandung bahkan belum masuk daftar nominasi kota hijau di Indonesia.

Namun dari sana pula kota ini belajar. Dari gerakan Citarum Harum, taman-taman tematik, hingga kolaborasi warga menjaga lingkungan, kota ini tidak menyerah pada kesalahan. Kota ini belajar memperbaiki diri. Maka ketika Nusantara dijanjikan sebagai kota hijau, Bandung punya pesan lirih: “Jangan kejar skor hijau di atas kertas, kejarlah keseimbangan hidup antara manusia dan alamnya.”

Bandung menatap IKN dengan penuh harap dan tanya. Harap bahwa pembangunan itu akan membawa keseimbangan bagi negeri yang lama bertumpu di Pulau Jawa. Tapi juga Tanya, di tengah gegap gempita beton dan teknologi, adakah ruang bagi wajah-wajah manusia yang seharusnya menjadi pusat pembangunan? Sebab kota yang hebat bukan diukur dari tingginya menara, tetapi dari hangatnya relasi antar warganya.

Bandung tumbuh dari nilai sederhana: someah ka semah, dan silih asih, silih asah, silih asuh. Nilai-nilai ini mungkin terdengar klasik, tetapi justru itulah fondasi kota yang beradab. Di tengah keberagaman etnis dan budaya, nilai-nilai kebhinekaan harus menjelma menjadi cara hidup yang ramah, inklusif, dan penuh empati. IKN kelak akan membutuhkan jiwa serupa dengan local wisdom yang ada, apalagi ketika sudah terjadi mobilisasi masal ribuan pegawai, jutaan manusia dari berbagai suku, profesi, dengan semua latarbelakangnya. Mereka datang untuk hidup bersama, membangun rumah baru bagi Indonesia.

Kota Modern yang Tetap Manusiawi

Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)

Membangun kota sejatinya adalah membangun manusianya. Bandung tumbuh bukan karena gedung tinggi atau jalan lebar, melainkan karena warganya yang penuh daya cipta dan daya rasa. Di balik mural di dinding, komunitas kreatif, hingga taman-taman publik yang hidup, ada semangat warga yang percaya bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri.

Bandung juga menjadi laboratorium kemanusiaan, tempat anak muda belajar berbagi gagasan, tempat warga menjaga lingkungan dengan gotong royong, dan tempat pendidikan membentuk watak, bukan sekadar mencetak gelar. Di Bandung, teknologi hanyalah alat, sementara manusia tetap pusatnya. Sebab inovasi sejati lahir dari empati, dari keinginan untuk memperbaiki, bukan sekadar memperlihatkan kemajuan.

IKN tentu akan menjadi kota modern dan berteknologi tinggi. Namun agar kota itu hidup, butuh ekosistem manusia yang berpikir, berempati, dan berkolaborasi. Bandung sudah mencontohkan hal itu. Dari kampus di Dago hingga ruang kreatif di Braga, dari Bandung Command Center hingga komunitas data warga, semua tumbuh dari kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan komunitas.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah pusat, Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) memiliki peluang besar menjadi IKN teladan pembangunan kota hijau di Indonesia. Ke depan, keberhasilan IKN tidak hanya diukur dari indeks hijau seperti UI GreenCityMetric, tetapi dari sejauh mana warganya hidup selaras dengan alam.

Kota hijau yang sejati bukan yang tumbuh di tengah ketimpangan lingkungan, melainkan yang menumbuhkan lingkungannya bersama.

Kota modern sering kali terjebak pada citra efisiensi dan teknologi, tetapi miskin kehangatan sosial. Kota memang tampak indah, tapi terasa kaku. Tampak maju, tapi membuat manusia saling menjauh. Dengan demikian, OIKN perlu merancang pembangunan fisik yang juga membuka tangan lebar bagi siapa pun dan latar belakang apa pun. Kota yang baik bukan hanya ramah bagi lingkungan, tapi juga ramah bagi perbedaan. Inilah harapan besar untuk IKN menunjukkan bahwa kota modern tidak harus individualistis, tetapi bisa menjadi rumah bersama yang hidup, hangat, dan manusiawi.

IKN adalah kota bentukan yang akan berhadapan dengan kota yang tumbuh secara alamiah. Sinergi kebijakan antara pengembang IKN dan pemerintah daerah di sekitarnya menjadi kunci membentuk kota satelit yang berdaya saing dan saling menguatkan.

Pembangunan tidak cukup dengan menaruh “gula” di hinterland (daerah penyangga) kota sambil berharap terjadinya trickle-down effect.

Isu daerah penyangga memang menarik sekaligus sensitif, terutama dalam konteks kebijakan otonomi daerah. Namun sejatinya kota tak pernah hidup sendiri, dia tumbuh bersama lingkungannya. Karena itu, keberhasilan IKN akan sangat ditentukan oleh bagaimana IKN menumbuhkan kesejahteraan bagi wilayah-wilayah sekitarnya.

Pembangunan IKN seharusnya menjadi penggerak bagi wilayah sekitar, bukan sekadar pusat penyerap sumber daya. Infrastruktur, inovasi, dan pendidikan di IKN mesti terkoneksi dengan ekosistem daerah penyangga agar kemajuan tidak hanya berhenti di batas administratif, tetapi menjalar menjadi kesejahteraan kolektif.

Bandung pernah mengalami hal serupa, sebagai kota besar yang dikelilingi kota-kabupaten yang menopang kehidupan warganya. Tantangannya, bagaimana menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keberlanjutan. Dari pengalaman itulah, Bandung memberi pelajaran bahwa kota besar tak boleh tumbuh dengan menutup mata terhadap daerah sekitarnya.

Bandung bukan kota sempurna, tapi kota yang berani belajar. Dan justru dari proses belajar itulah, kota ini bisa memberi inspirasi bagi Nusantara. Bahwa membangun kota tidak cukup dengan menara dan sistem pintar, tetapi dengan ekosistem yang melahirkan manusia pembelajar, pemimpin berintegritas, dan inovator berjiwa sosial, serta komunikasi publik yang mumpuni.

IKN memiliki kesempatan untuk menjadi perwujudan baru dari cita-cita itu. Kota yang tak hanya menampung pemerintahan, tetapi juga menumbuhkan peradaban. Kota yang ramah pada lingkungan, juga ramah pada manusia.

Bandung yang pernah menyalakan dunia lewat Konferensi Asia-Afrika kini bisa menyalakan kembali semangat kemanusiaan bagi masa depan Nusantara. Karena pada akhirnya, masa depan Indonesia tidak ditentukan oleh siapa yang paling cepat membangun, tetapi oleh siapa yang paling bijak menumbuhkan manusianya. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Bayu Hikmat Purwana
Analis Kebijakan dengan bidang kepakaran pengembangan kapasitas ASN di Pusat Pembelajaran dan Strategi Kebijakan Manajemen Talenta ASN Nasional LAN RI
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Asyiknya Kemah Berjamaah 

Ayo Netizen 15 Agu 2025, 09:15 WIB
Asyiknya Kemah Berjamaah 

News Update

Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:32 WIB

Pungutan Liar Menjadi Cerminan Buruknya Tata Kelola Ruang Publik Bandung

Pungutan liar yang masih terjadi di berbagai ruang publik Bandung tidak hanya menimbulkan keresahan.
Parkir liar yang tidak dibatasi menimbulkan kemacetan di Jln. Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Minggu (5/12/2025) (Foto: Zivaluna Wicaksono)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 16:12 WIB

Nasi Kulit di Cibiru, Harga dan Rasa yang bikin Semringah

Kuliner baru di daerah Cipadung yang cocok untuk mahasiswa, menyajikan makan berat yang enak namun dengan harga yang murah dan ramah di dompet
foto nasi kulit Jatinangor (Sumber: Camera HP | Foto: Alfi Syah)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 15:44 WIB

Sensasi Makan Lesehan di Al Jazeerah Signature Bandung

Al Jazeerah Signature Bandung menawarkan sensasi makan lesehan dengan sajian Kabsah Lamb khas Timur Tengah.
Dua porsi Kabsah Lamb di Al Jazeerah Signature Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Seli Siti Amaliah Putri)
Beranda 16 Des 2025, 15:18 WIB

Antara Urusan Rumah dan Lapak, Beban Ganda Perempuan di Pasar Kosambi

Beban ganda justru menuntut perempuan untuk terus bekerja di luar rumah, sekaligus memikul hampir seluruh pekerjaan domestik.
Punya beban ganda, perempuan pekerja menjadi pahlawan ekonomi sekaligus pengelola rumah tangga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:11 WIB

Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Riwayat Panjang di Balik Ramainya Cibiru

UIN Sunan Gunung Djati Bandung lahir dari keterbatasan lalu berkembang menjadi kampus Islam negeri terbesar di Jawa Barat.
UIN Sunan Gunung Djati Bandung. (Sumber: uinsgd.ac.id)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 15:05 WIB

Wayang Windu Panenjoan, Tamasya Panas Bumi Zaman Hindia Belanda

Jauh sebelum viral Wayang Windu Panenjoan dikenal sebagai destinasi kolonial yang memadukan bahaya keindahan dan rasa penasaran.
Wayang Windu Panenjoan. (Sumber: Tiktok @wayangwindupanenjoan)
Beranda 16 Des 2025, 14:57 WIB

Seni Lukis Jalanan di Braga Hidupkan Sejarah dan Ruang Publik Kota Bandung

Beragam tema dihadirkan, mulai dari potret tokoh terkenal hingga karya abstraksi penuh warna, yang terpampang di dinding-dinding bangunan sepanjang jalan
Ian seorang pelukis lokal dan karya lukisannya yang dipajang di trotoar Jalan Braga. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:57 WIB

Kang Ripaldi, Sosok di Balik Gratisnya Komunitas 'Teman Bicara'

Ripaldi, founder teman bicara yang didirikannya secara gratis untuk mewadahi anak muda yang ingin berlatih public speaking, mc wedding, mc event, mc birthday, hingga voice over secara gratis.
Ripaldi Endikat founder Teman Bicara (Sumber: Instagram Ripaldi Endikat | Foto: Tim Endikat Teman Bicara)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 12:04 WIB

Dari Hobi Menggambar Jadi Brand Fasion Lokal di Bandung

Bringace adalah merek fesyen lokal yang didirikan di Bandung pada tahun 2023.
 T-Shirt "The Unforgotten" dari Bringace. (Istimewa)
Ayo Jelajah 16 Des 2025, 10:07 WIB

Sejarah Universitas Padjadjaran, Lahirnya Kawah Cendikia di Tanah Sunda

Sejarah Universitas Padjadjaran bermula dari tekad Jawa Barat memiliki universitas negeri sendiri di tengah keterbatasan awal kemerdekaan.
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:36 WIB

Dari Panggung Gigs ke Aksi Sosial di Flower City Festival 2025

Flower City Festival (FCF) 2025 sukses mengumpulkan dana senilai Rp56.746.500 untuk korban bencana di Sumatera.
Suasana Flower City Festival 2025 di Kopiluvium, Kiara Artha Park, Bandung (11/12/2025) (Sumber: Dokumentasi panitia FCF 2025 | Foto: ujjacomebackbdg)
Ayo Netizen 16 Des 2025, 09:10 WIB

Berjualan di Trotoar, PKL Caringin Menginginkan Ruang Publik dari Wali Kota Bandung

PKL di Caringin yang berjualan di trotoar berharap ada penataan agar mereka bisa berjualan lebih tertib.
Sejumlah pedagang kaki lima yang tetap berjualan meski hujan di malam hari di kawasan Caringin 30-11-2025 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Raifan Firdaus Al Farghani)
Beranda 16 Des 2025, 07:38 WIB

Suara Perempuan di Garis Depan Perlawanan yang Disisihkan Narasi Kebijakan

Dari cerita personal hingga analisis struktural, diskusi ini membuka kembali pertanyaan mendasar: pembangunan untuk siapa dan dengan harga apa.
Suasan diskusi buku “Pembangunan Untuk Siapa: Kisah Perempuan di Kampung Kami” Minggu (14/12) di perpustaakan Bunga di Tembok, Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Beranda 15 Des 2025, 21:18 WIB

Tanda Kerusakan Alam di Kabupaten Bandung Semakin Kritis, Bencana Alam Meluas

Seperti halnya banjir bandang di Sumatera, kondisi alam di wilayah Kabupaten Bandung menunjukkan tanda-tanda kerusakan serius.
Warga di lokasi bencana sedang membantu mencari korban tertimbun longsor di Arjasari, Kabupaten Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Gilang Fathu Romadhan)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 20:05 WIB

Tahun 2000-an, Palasari Destinasi 'Kencan Intelektual' Mahasiswa Bandung

Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung.
 Tahun 2002, Palasari bukan sekadar pasar buku. Ia adalah universitas paralel bagi mahasiswa UIN Bandung (Sumber: ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Farisi)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 19:25 WIB

Benang Kusut Kota Bandung: Penataan Kabel Tak Bisa Lagi Ditunda

Kabel semrawut di berbagai sudut Kota Bandung merusak estetika kota dan membahayakan warga.
Kabel-kabel yang menggantung tak beraturan di Jl. Katapang, Lengkong, Kota Bandung, pada Rabu (03/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Masayu K.)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 18:08 WIB

Menghangat di Hujan Bandung dengan Semangkuk Mie Telur Mandi dari Telur Dadar JUARA

“Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial.
 “Mie Telur Mandi” dari sebuah kedai di Kota Bandung yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:14 WIB

Mengukus Harapan Senja di Jatinangor

Ketika roti kukus di sore hari menjadi kawan sepulang kuliah.
Roti-roti yang dikukus kembali sebelum diberi topping. (Foto: Abigail Ghaissani Prafesa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 17:04 WIB

Selamat Datang di Kota Bandung! Jalan Kaki Bisa Lebih Cepat daripada Naik Kendaraan Pribadi

Bandung, yang pernah menjadi primadona wisata, kini menduduki peringkat sebagai kota termacet di Indonesia.
Deretan kendaraan terjebak dalam kemacetan pasca-hujan di Kota Bandung, (03/12/2025). (Foto: Zaidan Muafa)
Ayo Netizen 15 Des 2025, 16:52 WIB

Cerita Kuliner Nasi Tempong dan Jalanan Lengkong yang tak Pernah Sepi

Salah satu kisahnya datang dari Nasi Tempong Rama Shinta, yang dahulu merasakan jualan di gerobak hingga kini punya kedai yang selalu ramai pembeli.
Jalan Lengkong kecil selalu punya cara menyajikan malam dengan rasa di Kota Bandung, (05/11/2025). (Foto: Zaki Al Ghifari)