Saat asyik membaca buku Biografi Gus Dur karya Greg Barton, tiba-tiba Aa Akil, anak kedua yang tengah giat berlatih baris-berbaris dan bercakap lewat semapore, bertanya polos,
“Bah, kenapa setiap Pramuka harus upacara?”
Dengan santai kujawab, “Supados disiplin, mandiri, A!”
Bocah kelas 5 ini semakin penasaran, “Kalau Perjusa (Perkemahan Jumat-Sabtu) atau Persami (Perkemahan Sabtu-Minggu) nggak ada ya?”
Sambil tersenyum, “Muhun atuh, aya kemping.”
Justru pikiranku melayang ke kampung halaman di Bungbulang, Garut Kidul yang terkenal dengan cerita mistik Halimun, Puncak Guha, Tanjakan Kapten, semakin terpesona dengan batu akik uhen, dan keindahan pancawarna yang tiada duanya.
Dahulu, saat masih kecil di Kampung Darussalam sangat terpaut dengan aktivitas agustusan yang sederhana tapi penuh makna, terutama pada saat berkemah di lapangan (Barukalili, Cihikeu, Bojong), mendirikan tenda di tengah sawah (Tegal Alun), melintasi jurit malam, susur lintas alam, jelajah kampung, dusun, dan menyalakan api unggun yang menghangatkan badan, jiwa raga.
Lagu Pramuka berkumandang tanpa henti yang terus memberikan energi nyala, semakin membara di tengah gelapnya malam.
Upacara pagi menjadi titik awal petualangan. Barisan rapi, bendera berkibar, dan Dasa Dharma dibacakan dengan lantang dan serentak. Bubaran upacara menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu, bisa bermain bebas, berjalan pulang sambil tertawa, bersuka ria dengan kawan-kawan, guru.
Suasana langit cerah dan jalan perkampungan yang berlubang, bebatuan, tanah merah yang belum tersentuh aspal menjadi semacam panggung kebebasan, kemerdekaan. Hore! Salam Pramuka!

Sekilas Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka mulai diperkenalkan secara resmi pada 14 Agustus 1961 yang merupakan organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Kata Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
Gerakan Pramuka tingkat nasional dikelola langsung oleh Kwartir Nasional (Kwarnas). Saat ini jumlah satuan dalam Gerakan Pramuka yaitu, 1 Kwartir Nasional, 34 Kwartir Daerah, 514 Kwartir Cabang, 5.277 Kwartir Ranting, dan 239.877 Gugus Depan.
Untuk peringatan Hari Pramuka ke-64 Tahun 2025, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka mengusung tema "Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”
Tema ini secara tegas menyoroti dan menegaskan peran strategis Gerakan Pramuka dalam mendorong kolaborasi lintas sektor. Tujuannya untuk memperkuat fondasi ketahanan bangsa di berbagai dimensi, meliputi ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dengan tema ini, Pramuka diharapkan terus mengukuhkan posisinya sebagai agen perubahan positif, pilar kekuatan bangsa, dan organisasi yang relevan serta adaptif sepanjang 64 tahun perjalanannya yang penuh dedikasi. Ini menjadi panggilan bagi seluruh elemen Gerakan Pramuka untuk bersinergi dan berkontribusi nyata bagi kemajuan Indonesia.(www.pramuka.or.id dan detikNews Selasa, 12 Agu 2025 19:03 WIB).
Wadah Strategis Bentuk Karakter
Ingat, Gerakan Pramuka bukan sekadar kegiatan seremonial (aktivitas luar ruang belaka), melainkan wadah strategis dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia.
Melalui latihan baris-berbaris, penjelajahan, hingga simulasi tanggap darurat, anak-anak dan remaja ditempa untuk memiliki kedisiplinan, tanggung jawab, dan jiwa kepemimpinan yang kuat.
Tak heran, bila banyak tokoh nasional yang mengakui masa-masa kepramukaan sebagai fondasi penting dalam perjalanan hidup mereka.
Salah satu nilai utama yang diajarkan Pramuka adalah kemandirian. Sejak usia dini, peserta diajak mengelola kebutuhan pribadi, bekerja sama dalam kelompok, serta menyelesaikan masalah secara mandiri.
Dalam kemah, misalnya, mereka belajar memasak, mendirikan tenda, dan menjaga lingkungan aktivitas yang secara tidak langsung menanamkan kepercayaan diri dan kemampuan adaptasi terhadap berbagai situasi.
Aktivitas ini tidak hanya mendekatkan anak-anak pada alam, justru mendekatkan pada realitas hidup yang menuntut daya juang tinggi.
Walhasil, Pramuka menjadi ajang pelatihan kepemimpinan yang aplikatif. Pasalnya dalam struktur organisasi regu dan ambalan, para anggota diberi peran sebagai pemimpin kecil yang bertanggung jawab terhadap timnya.
Mereka belajar mengambil keputusan, menyampaikan pendapat, dan mengarahkan teman-temannya menuju tujuan bersama.
Tentunya model latihan ini merupakan simulasi nyata dari kehidupan bermasyarakat dan berorganisasi, yang kelak menjadi bekal saat mereka terjun ke dunia profesional atau sosial.
Di era digital yang serba instan, kehadiran Pramuka mampu menyeimbangkan tumbuh kembang anak dan remaja agar tidak kehilangan esensi nilai-nilai luhur bangsa.
Dengan berpramuka mendorong interaksi sosial yang sehat, memperkuat rasa cinta tanah air, membentuk karakter yang tahan banting di tengah berbagai tantangan zaman. Melalui program “Saka” (Satuan Karya) dapat memperkenalkan keterampilan khusus, mulai dari teknologi, kesehatan, hingga kebencanaan.
Model pendekatan pendidikan karakter yang menyenangkan dan terstruktur, Pramuka tetap relevan sebagai gerakan pembentuk generasi tangguh. Mendorong anak dan remaja bergabung dalam Gerakan Pramuka ini bukan hanya investasi masa depan pribadi mereka, justru menjadi modal bangsa dalam mencetak pemimpin berintegritas, visioner, dan peduli pada sesama. Jiwa kepemimpinan yang dibangun sejak dini menjadi harapan bagi Indonesia yang lebih kuat dan berkarakter. (RRI 30 Jul 2025 - 12:30).

Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan menengah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan.
Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka. Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi pekerti luhur (SK. Kwarnas No. 231 Tahun 2001).
Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia Pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. (Syukiat, 2020: 63-64)

Ajang Menghidupkan Nilai Kebersamaan
Pramuka (Praja Muda Karana) justru bisa menjadi wahana yang tepat untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa sejak dini dalam menghadapi berbagai disrupsi pada era digital.
Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Scout Association for Regional Cooperation (ASARC) Brata T Hardjosubroto menuturkan, gerakan pramuka memiliki tiga dasar utama yang dikedepankan, yakni tanggung jawab pada Tuhan Yang Maha Esa, tanggung jawab terhadap diri sendiri, dan tanggung jawab terhadap sesama. Dari tiga pondasi itu dijabarkan secara lebih praktis melalui trisatya dan dasa dharma.
Pramuka dilakukan untuk menyiapkan pribadi yang bisa bertanggung jawab pada diri sediri, masyarakat, dan Tuhan. Melalui pramuka, seseorang bisa lebih siap menghadapi hidup dengan baik, bahkan diharapkan dapat membangun bangsa dan menjadi pemimpin bangsa yang berkarakter.
Nilai-nilai yang ditanamkan pun disampaikan kepada anak melalui metode yang menyenangkan, seperti bermain, bernyanyi, bertualang, berkemah yang sarat dengan nilai pendidikan karakter. Pramuka yang identik dengan kelompok (regu) memberikan pelajaran bagi siswa untuk belajar memimpin dan memahami anggotanya dengan baik.
Sejak awal, seorang anak dalam berpramuka selalu masuk dalam suatu regu. Dalam regu ini, anak bisa berperan sebagai ketua ataupun anggota. Setiap inisiatif yang akan diambil harus disepakati oleh seluruh anggota regu. Kerjasama, gotong royong, dan saling berbela rasa selalu diterapkan dalam aktivitas regu. Praktik ini menjadi salah satu bentuk pelatihan yang akan bermanfaat dalam menjalani hidup bermasyarakat di masa depan.
Gerakan pramuka bisa dikemas sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga siswa bisa langsung mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pramuka tidak hanya belajar tali temali dan baris berbaris, namun dapat belajar mengolah limbah elektronik dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Kepramukaan bisa menjadi solusi dalam pembinaan karakter siswa. Apabila nilai-nilai dalam trisatya dan dasa dharma pramuka bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tentu memiliki akhlak dan karakter yang kuat.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengungkapkan, gerakan pramuka bertujuan membentuk pribadi seorang anak yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, serta menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa. Anak dilatih agar memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun NKRI, mengamalkan Pancasila, sekaligus melestarikan lingkungan hidup.
Pegiat pramuka, Sylviana Murni, menegaskan di era globalisasi, kepramukaan sangat dibutuhkan untuk penanaman nilai-nilai kehidupan dan cinta Tanah Air.
Meski demikian, mantan Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Pramuka DKI Jakarta mengakui, sebagian kalangan anak muda masih memiliki stigma kurang tepat terhadap pramuka. Pramuka dianggap kegiatan yang membosankan sehingga mereka mengikutinya hanya sekadar formalitas ekstrakurikuler sekolah saja.
Untuk itu, tantangan saat ini bagaimana mencari metode yang tepat agar pramuka menjadi kegiatan yang kreatif dan inovatif, tetapi tak melepaskan nilai-nilai Dasa Dharma Pramuka itu sendiri. Seharusnya Pramuka bisa disandingkan dengan berbagai ajang internasional lain seperti Robotic Camp, Youth Leadership Camp for Climate Change, dan Startup Bootcamp. Jadi mereka tak hanya ikut pramuka karena kegiatan ekstrakurikuler wajib. (Kompas edisi 14 Agustus 2019)

Dalam rangka memperingati Hari Pramuka, para peserta perkemahan dari berbagai gugus depan berkumpul, berbaur tanpa sekat, dan menjalin keakraban. Di sinilah indahnya kebersamaan terasa begitu nyata. Tak ada perbedaan asal sekolah, daerah, tempat tinggal. Semua melebur menjadi satu keluarga besar Pramuka.
Api unggun malam itu menjadi saksi kemandirian yang telah ditempa sejak pagi. Mulai dari mendirikan tenda, memasak bersama, hingga mengikuti berbagai kegiatan lapangan, baris-berbaris, lintas alam. Setiap peserta belajar mengandalkan diri sekaligus menguatkan kerja sama dan gotong royong.
Nyala api tidak hanya menghangatkan tubuh, tetapi menyuburkan hati yang rapuh. Lagu-lagu Pramuka, tepuk semangat, dan kisah inspiratif dari para pembina membuat suasana semakin meriah. Alam pedesaan yang asri dan udara pegunungan yang sejuk menambah kesan magis. Seolah-olah setiap percikan api membawa pesan persaudaraan dan semangat mencintai tanah air.
Hari Pramuka bukan sekadar peringatan. Melainkan pengalaman berharga yang selalu dikenang mulai dari belajar mandiri, menjaga persahabatan, sampai merasakan indahnya kebersamaan di bawah cahaya api unggun.
Ketika mencari referensi tentang asyiknya kemah bersama di tengah penatnya aktivitas, tiba-tiba Aa Akil bertanya,
"Bah, kapan kemping lagi seperti dulu di Bumi Perkemahan Ranca Cangkuang?"
Pertanyaan itu dilontarkan sambil menunjuk sebuah foto. Aa Akil dengan Abang Fian tengah berpose membentuk tanda cinta, perdamaian di dalam tenda, tepat di depannya ada Papa Ifa, Mama Nur bersama keluarga besar Abah Ilal.
Dengan demikian, berkemah di saat Hari Pramuka (penghujung akhir pekan, pergantian tahun) bulan sekadar perayaan menghilangkan kejenuhan, gaya hidup, melainkan pertemuan hati yang hangat di tengah alam yang dingin, terasa lebih intim, dekat, syarat makna. Agar terus mensyukuri waktu yang telah dilalui dan menyiapkan langkah yang lebih baik di masa depan. (*)