Jejak Sejarah Kabupaten Bandung, Lahir 1641 karena Pemberontakan Dipati Ukur

Fira Nursyabani
Ditulis oleh Fira Nursyabani diterbitkan Senin 29 Sep 2025, 14:37 WIB
Foto para wedana di Banjaran sebelum tahun 1880. (Sumber: KITLV)

Foto para wedana di Banjaran sebelum tahun 1880. (Sumber: KITLV)

AYOBANDUNG.ID - Tanggal 20 April 1641 tercatat sebagai hari lahir Kabupaten Bandung. Catatan itu muncul lewat Piagam Sultan Agung, raja besar Mataram yang saat itu tengah menata ulang wilayah Priangan. Di balik tanggal tersebut, ada kisah pemberontakan, pengkhianatan, hingga urusan siapa yang berhak memimpin Tatar Ukur, daerah subur yang kelak jadi jantung Priangan.

Pemicunya adalah pemberontakan Dipati Ukur. Tokoh ini tadinya orang kepercayaan Mataram, diberi tugas memimpin pasukan ke Batavia untuk menggempur VOC. Namun, entah karena hitung-hitungan politik atau urusan gengsi, Dipati Ukur berbalik arah, lalu melawan Mataram. Sultan Agung yang terkenal dengan disiplin keras tak mau tinggal diam. Pemberontakan Dipati Ukur berhasil dipadamkan, meski menyisakan ketidakpercayaan raja terhadap sistem pemerintahan lama di Priangan.

Untuk mencegah hal serupa terulang, Sultan Agung mengambil keputusan drastis. Ia memecah wilayah Priangan menjadi tiga kabupaten baru: Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang, dan Kabupaten Sukapura. Inilah cara raja Mataram mengendalikan Priangan, sekaligus memastikan tidak ada satu pemimpin lokal yang bisa terlalu berkuasa.

Piagam Sultan Agung tanggal 9 Muharram tahun Alif atau 20 April 1641 bukan sekadar simbol. Dari piagam itu, lahirlah bupati pertama Kabupaten Bandung: Ki Astamanggala, umbul Cihaurbeuti yang kemudian digelari Tumenggung Wiraangunangun. Ia memimpin selama empat dekade, dari 1641 hingga 1681, sebuah masa jabatan yang panjang bahkan menurut standar modern.

Baca Juga: Jejak Kehidupan Prasejarah di Gua Pawon Karst Citatah Bandung Barat

Sebagai bupati baru, Tumenggung Wiraangunangun mesti menentukan pusat pemerintahan. Pilihannya jatuh pada Karapyak, wilayah yang kini lebih dikenal sebagai Dayeuhkolot. Alasannya sederhana, tapi masuk akal pada masanya: dekat Sungai Citarum, sungai besar yang menjadi jalur transportasi vital di Priangan. Dengan begitu, urusan logistik, perdagangan, dan komunikasi bisa lancar.

Karapyak kemudian dikenal sebagai Bumi Tatar Uur Gede. Dari sana, kendali pemerintahan dijalankan. Luas wilayah Kabupaten Bandung pada masa awal juga tidak main-main. Catatan sejarah menyebut daerah kekuasaannya meliputi Timbanganten, Gandasoli, Adiarsa, Cabangbungin, Banjaran, Cipeujeuh, Majalaya, Cisondari, Rongga, Kopo, Ujungberung, Kuripan, Sagaraherang, hingga Tanahmedang. Kalau hari ini orang Bandung suka bilang “jauh-jauh masih Kabupaten Bandung,” mungkin ada benarnya, sebab sejak dulu wilayah ini sudah sangat luas.

Seiring waktu, kekuasaan Mataram di Priangan mulai melemah. Pada akhir 1677, Kabupaten Bandung resmi terlepas dari cengkeraman Mataram. Saat itulah giliran Belanda masuk, lewat bendera VOC, untuk menguasai wilayah ini. Bandung pun tak bisa lepas dari arus kolonialisme yang sedang menggulung Nusantara.

Selama di bawah pengaruh VOC, kursi bupati silih berganti diisi oleh tokoh-tokoh yang masih berhubungan darah dengan pendahulunya. Setelah Tumenggung Wiraangunangun wafat, tampuk kepemimpinan jatuh ke Tumenggung Ardikusumah (1681–1704). Lalu diteruskan oleh anaknya, R. Ardisuta, yang bergelar Tumenggung Anggadireja I (1704–1747). Nama ini juga dikenal dengan sebutan Dalem Gordah.

Baca Juga: Sejarah Gelap KAA Bandung, Konspirasi CIA Bunuh Zhou Enlai via Bom Kashmir Princess

Berlanjut kemudian ke Demang Hatapradja yang bergelar Tumenggung Anggadireja II (1747–1763). Setelah itu, kepemimpinan diambil alih R. Anggadireja III dengan gelar R.A. Wiranatakusumah I (1763–1794). Dari generasi ke generasi, jabatan bupati tampak seperti urusan keluarga besar, sebuah dinasti kecil di tengah kepungan kekuatan kolonial.

Situasi Nagreg sekitar tahun 1910an. (Sumber: KITLV)
Situasi Nagreg sekitar tahun 1910an. (Sumber: KITLV)

Perpindahan Ibu Kota

Perubahan besar datang pada masa R.A. Wiranatakusumah II (1794–1829). Ia dikenal sebagai bupati yang mengambil keputusan paling menentukan dalam sejarah Kabupaten Bandung: memindahkan ibu kota dari Karapyak ke tepi Sungai Cikapundung.

Terdapat dua alasan utama di balik keputusan ini. Pertama, Karapyak dianggap sudah tidak layak lagi sebagai pusat pemerintahan. Lokasinya rawan banjir, jalurnya pun makin sulit dijangkau. Kedua, pemindahan ini sejalan dengan proyek ambisius Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, yang sedang membangun Jalan Raya Pos atau Grote Postweg. Jalan sepanjang Anyer–Panarukan itu menjadi jalur vital militer dan perdagangan.

Baca Juga: Hikayat Ledakan Bom ATM Dipatiukur Bandung 2011, Kado Pahit Ultah Polisi

Supaya tidak tersisih dari percaturan jalur besar itu, pusat Kabupaten Bandung dipindahkan ke tempat yang lebih strategis. Lokasi pilihan jatuh di sekitar alun-alun yang kini menjadi jantung Kota Bandung. Dari sinilah perkembangan Bandung sebagai kota bermula, dengan alun-alun sebagai pusat pemerintahan sekaligus titik temu ekonomi.

Kabupaten Bandung yang terbentuk dari keputusan Sultan Agung dan diperkuat oleh para bupati penerusnya bukan sekadar nama wilayah administratif. Sejak awal, ia memegang peran penting sebagai simpul ekonomi Priangan. Sungai Citarum menjadi jalur distribusi, sawah dan ladang di dataran subur menjadi lumbung pangan, sementara letaknya yang strategis membuatnya jadi rebutan kekuasaan, baik Mataram maupun Belanda.

Dari generasi ke generasi, bupati-bupati Bandung memainkan peran menjaga agar wilayah tetap terkendali. Sebagian besar adalah tokoh lokal, yang meski tunduk pada VOC, tetap berusaha mempertahankan identitas daerahnya. Perpindahan ibu kota ke Cikapundung menjadi tonggak penting, sebab dari situlah lahir wajah baru Bandung yang kini dikenal.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 20:18 WIB

Ngaruat Gunung Manglayang, Tradisi Sakral Menjaga Harmoni Alam dan Manusia

Ngaruat Gunung Manglayang adalah tradisi tahunan untuk menghormati alam.
Warga adat melakukan ritual ruatan di kaki Gunung Manglayang sebagai bentuk ungkapan syukur dan doa keselamatan bagi alam serta masyarakat sekitar.di Gunung Manglayang, Cibiru, Bandung 20 Maret 2025 (Foto: Oscar Yasunari)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 18:23 WIB

Desa Wisata, Ekonomi Kreatif yang Bertumbuh dari Akar Desa

Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas.
Wajah baru ekonomi Jawa Barat kini tumbuh dari desa. Desa wisata, yang dulu dianggap sekadar pelengkap pariwisata, kini menjelma sebagai motor ekonomi kreatif berbasis komunitas. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:21 WIB

Lenggak-lenggok Jaipong di Tengah Riuh Bandung dan Pesona Tradisi

Tari Jaipong tampil memukau di West Java Festival 2025. Gerak enerjik dan musik riuh membuat penonton antusias.
Penampilan tari Jaipong menghiasi panggung West Java Festival 2025 dengan gerakan energik yang memukau penonton, Minggu (9/11/2025). (Sumber: Selly Alifa | Foto: Dokumentasi Pribadi)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 17:07 WIB

Curug Pelangi Punya Keindahan Ikonik seperti di Luar Negeri

Wisata alam Bandung memiliki banyak keunikan, Curug Pelangi punya ikon baru dengan pemandangan pelangi alami.
Pelangi asli terlihat jelas di wisata air terjun Curug Pelangi, Kabupaten Bandung Barat (2/11/25) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Tazkiya Hasna Putri S)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:55 WIB

Wayang Golek Sindu Parwata Gaungkan Pelestarian Budaya Sunda di Manjahlega

Pagelaran Wayang Golek Sindu Parwata di Manjahlega gaungkan pelestarian budaya Sunda dan dorong generasi muda untuk mencintai budaya lokal sunda.
Suasana pagelaran Wayang Golek di Kelurahan Manjahlega, Kecamatan Rancasari, Kota Bandung, Jumat (5/9/2025), di halaman Karang Taruna Caturdasa RW 14. (Sumber: Dokumentasi penulis | Foto: Ayu Amanda Gabriela)
Ayo Netizen 20 Nov 2025, 16:30 WIB

Menyoal 'Sora' Sunda di Tengah Sorak Wisatawan

Sora Sunda tidak harus berteriak paling keras untuk tetap hidup dan bertahan. Ia cukup dimulai dari kebiasaan kecil.
Mengenalkan budaya dan nilai kesundaan bisa dilakukan lewat atraksi kaulinan barudak. (Sumber: ayobandung.com | Foto: Kavin Faza)