Jejak Kehidupan Prasejarah di Gua Pawon Karst Citatah Bandung Barat

Restu Nugraha Sauqi
Ditulis oleh Restu Nugraha Sauqi diterbitkan Senin 22 Sep 2025, 10:56 WIB
Foto Gua Pawon antara tahun 1920-1932. (Sumber: Tropenmuseum)

Foto Gua Pawon antara tahun 1920-1932. (Sumber: Tropenmuseum)

AYOBANDUNG.ID - Di jalur kapur Citatah, antara Padalarang dan Cianjur, berdiri bukit-bukit karst yang penuh rongga. Salah satu rongga itu bernama Gua Pawon. Dari luar, gua ini tidak lebih dari lubang besar di bukit. Namun siapa sangka, di balik stalaktit dan debu putihnya, tersimpan kisah panjang manusia purba yang pernah menjejak ribuan tahun silam.

Ekskavasi di Gua Pawon sudah dilakukan sejak 2003. Setiap kali tanahnya dikupas, ada saja yang muncul: fragmen tulang, perkakas batu, bahkan kerangka manusia. Para arkeolog Jawa Barat bekerja tekun, seolah sedang menyusun puzzle besar yang tercerai-berai di dalam tanah.

Puzzle itu bukan mainan, melainkan potongan sejarah tentang manusia Pawon—penghuni gua yang hidup sejak akhir Pleistosen hingga awal Holosen.

Baca Juga: Jejak Sejarah Gempa Besar di Sesar Lembang, dari Zaman Es hingga Kerajaan Pajajaran

Pada penggalian 2021, Kepala Tim Arkeologi Jabar, Lutfi Yondri, menjelaskan bahwa Gua Pawon bukan sekadar tempat tinggal. “Karena gua cukup luas, bisa disimpulkan bahwa tempat ini multifungsi. Ada aktivitas mengolah makanan, membuat alat, hingga mengubur kerabat,” katanya.

Jadi, Gua Pawon bukan cuma rumah, tapi juga dapur, bengkel, sekaligus pemakaman.

Di kedalaman sekitar 3,2 meter, ditemukan sisa-sisa aktivitas harian manusia Pawon. Ada pecahan tulang hewan buruan, ada juga alat dari obsidian yang didatangkan jauh-jauh dari Garut atau Nagreg.

Bayangkan betapa repotnya membawa batu obsidian menyeberangi perbukitan hanya untuk dipukul-pukul menjadi perkakas. Namun begitulah, manusia purba tidak kalah rajin dari kurir zaman modern.

Yang paling mengejutkan adalah tulang anak gajah di kedalaman dua meter. Gajah dewasa tentu sulit dimasukkan ke gua sempit di tebing. Jadi yang berhasil diseret masuk hanyalah anaknya. Agaknya, pesta makan gajah bukan hal mustahil bagi penghuni Gua Pawon. Seperti halnya kita sekarang meributkan pesta daging kurban, mereka mungkin juga punya tradisi pesta gajah kecil.

Baca Juga: Batulayang Dua Kali Hilang, Direbus Raja Jawa dan Dihapus Kompeni Belanda

Selain gajah, ada pula tulang rusa, tapir, babi hutan, kera, dan fragmen moluska. Menu mereka beragam, tidak monoton. Hari ini makan rusa, besok mungkin kerang, lusa ganti babi hutan. Manusia Pawon jelas bukan vegetarian. Tapi tidak melulu karnivor, karena mereka juga menggali umbi-umbian. Semua itu dikerjakan dengan perkakas sederhana dari batu gamping.

Kerangka manusia menjadi temuan paling berharga. Sampai sekarang sudah tujuh kerangka berhasil ditemukan, dengan usia berbeda-beda. Kerangka ketiga diperkirakan berumur 7.300 tahun, kerangka keempat sekitar 9.500 tahun, sedangkan kerangka ketujuh mencapai 12.000 tahun.

Beberapa kerangka masih utuh dari kepala hingga kaki. Seakan-akan mereka sedang tidur panjang, lalu tiba-tiba lampu senter arkeolog membangunkan.

Bagi peneliti, kerangka itu menjawab pertanyaan besar: sejak kapan manusia mendiami wilayah Bandung. Usia belasan ribu tahun menunjukkan bahwa daerah ini sudah jadi hunian lama sebelum kerajaan-kerajaan Sunda berdiri. Bahkan ketika Danau Bandung purba masih membentang luas, manusia Pawon sudah hidup di tepiannya, memanfaatkan segala sumber daya alam yang tersedia.

Temuan Kapak Perimbas Batu Gamping

Dari semua temuan, yang paling menarik perhatian adalah kapak perimbas dari batu gamping. Di pelajaran sejarah sekolah, kapak perimbas biasanya digambarkan berbahan andesit. Namun di Gua Pawon, bahan yang dipakai justru batu kapur. Ini mengejutkan sekaligus masuk akal. Daerah Citatah kaya batu kapur, sementara obsidian atau andesit harus didatangkan dari jauh. Jadi lebih praktis memakai bahan lokal.

Baca Juga: Hikayat Dukun Digoeng Bantai Warga Cililin, Gegerkan Wangsa Kolonial di Bandung

Penanda lokasi Gua Pawon di kawasan Karst Citatah, Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)
Penanda lokasi Gua Pawon di kawasan Karst Citatah, Bandung Barat. (Sumber: Ayobandung | Foto: Restu Nugraha)

Kapak perimbas batu gamping dipakai dengan cara digenggam. Fungsinya banyak: menusuk hewan, memotong daging, menggali tanah. Kapak genggam ini multifungsi, mirip pisau lipat zaman modern. Bedanya, kapak perimbas tak bisa dilipat dan cukup berat jika dipakai berlama-lama. Namun bagi manusia Pawon, alat itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Lutfi Yondri mengatakan temuan ini menandakan bahwa budaya di Gua Pawon punya jalur tersendiri. Di gua-gua kars Sulawesi, batu gamping baru populer pada masa mesolitik.

Tapi di Gua Pawon, batu gamping sudah dipakai sejak paleolitik. Artinya, manusia Pawon lebih cepat beradaptasi. Mereka tidak menunggu datangnya “zaman baru”, melainkan langsung mengolah bahan yang tersedia.

Selain kapak perimbas, ditemukan juga kapak penetak dan lancipan besar. Ukurannya tidak main-main. Jika kapak genggam masih muat di tangan, lancipan besar ini mungkin lebih cocok disebut tombak pendek. Alat semacam ini jelas berguna saat berburu binatang besar. Satu tusukan bisa melumpuhkan tapir atau rusa, bahkan mungkin anak gajah yang malang itu.

Temuan lain berupa tulang belulang binatang juga memperkuat gambaran kehidupan sehari-hari. Bayangkan suasana gua ribuan tahun lalu: api unggun menyala, beberapa orang sibuk menajamkan batu gamping, sementara yang lain memanggang daging di sudut. Anak-anak berlarian, mungkin sambil mengunyah kerang. Sesekali terdengar suara keras dari tulang dipukul untuk dijadikan perhiasan. Gua Pawon bukan sekadar tempat gelap, tapi panggung kehidupan yang ramai.

Baca Juga: Wajit Cililin, Simbol Perlawanan Kaum Perempuan terhadap Kolonialisme

Perhiasan dari tulang memberi bukti bahwa manusia Pawon bukan hanya memikirkan isi perut. Mereka juga peduli pada penampilan. Ada yang memakai tulang sebagai kalung, ada pula yang menghias tubuh dengan serpihan tulang hewan buruan.

Di balik kesederhanaan, ada jiwa seni yang tidak bisa diabaikan. Ternyata, hasrat tampil keren sudah ada sejak belasan ribu tahun lalu.

Ekskavasi tahun 2021 juga mengungkap gigi manusia dewasa. Meski hanya sepasang gigi, temuan itu cukup penting. Gigi bisa memberi petunjuk usia, pola makan, hingga kondisi kesehatan.

Siapa tahu, dari gigi itu bisa diketahui apakah manusia Pawon lebih suka mengunyah daging keras atau kerang lembek. Gigi bisa menjadi “arsip pribadi” yang tersimpan lebih baik daripada catatan medis zaman modern.

Bahan perkakas tidak semuanya lokal. Ada obsidian, rijang, khalsedon, bahkan andesit yang jelas berasal dari luar Citatah. Artinya, manusia Pawon tidak hidup terisolasi. Mereka bergerak, bepergian, atau mungkin menjalin pertukaran dengan kelompok lain. Dengan kata lain, sudah ada semacam “jalur logistik” sederhana ribuan tahun lalu. Kalau sekarang ada jalur distribusi logistik via jalan tol, dulu manusia Pawon sudah lebih dulu punya jalurnya sendiri.

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:35 WIB

Ketika Panggilan 'Sayang' Hanya Bagian dari Jobdesk: Dramaturgi para Ladies Companion (LC)

Menyeruak dunia para LC yang dipenuhi stigma negatif.
Ilustrasi Ladies Companion (LC). (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 12 Nov 2025, 16:21 WIB

Aroma Kopi di Bawah Tegakan, Cibulao dan Gerakan Menyulam Hutan

Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga.
Pola agroforestry memberi ruang bagi pohon kopi tumbuh di bawah tegakan, menjaga kelembapan tanah, sekaligus memberi penghasilan bagi warga. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 16:00 WIB

Bermula Rumah Pribadi Menjadi Museum sebagai Warisan Seni yang Menginspirasi

Museum yang didirikan untuk menghormati dan melestarikan karya Srihadi yang inspiratif dalam dunia seni lukis.
Pengunjung menikmati dan mengabadikan hasil karya Srihadi, Sabtu 01 November 2025, Ciumbuleuit, Kecamatan Cicadap, Kota Bandung (Sumber: Sela Rika | Foto: Sela Rika)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:26 WIB

Dari Usaha Donat Rumahan hingga Berhasil Memperluas Jangkauan ke Lima Toko

Dengan mempertahankan kualitas donat setiap harinya, Pipin Donuts berhasil menjalankan bisnisnya hingga memiliki lima cabang.
Seorang customer yang mengantri untuk membeli Pipin Donuts, Cabang Sukabirus, Kabupaten Bandung, (08/11/2025) (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Asti Alya)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 15:09 WIB

ITB sebagai Wisata Teknologi Era Globalisasi - Bagian 2

Dalam paparan berikut sebagai lanjutan dari bagian ke-1 adalah rencana implementasi konkret untuk menjadikan Institut Teknologi Bandung (ITB).
ITB Jatinangor. (Sumber: Dok. ITB)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:50 WIB

Semangat 1955 Hidup Kembali di Kemeriahan Asia Afrika Festival 2025

Perayaan Asia Afrika Festival 2025 kembali di gelar di Kota Bandung
Suasana Perayaan Asia Afrika Festival (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 14:36 WIB

ACCRA, Dessert Rumahan Rasa Sultan di Bandung

Dessert rumahan dengan cita rasa sultan. ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya.
ACCRA di Kota Bandung siap memanjakan lidah lewat mochi cheesecake dan tiramisu legendarisnya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 13:34 WIB

Hikayat Kasus Reynhard Sinaga, Jejak Dosa 3,29 Terabita Predator Seksual Paling Keji dalam Sejarah Inggris

Kasus Reynhard Sinaga mengguncang dunia. Pria asal Depok itu menyimpan rahasia kelam. Di penjara Wakefield, ia menua bersama 3,29 terabita dosa yang tak bisa dikompresi.
Reynhard Sinaga.
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 12:45 WIB

Menyelami Makna di Balik Mereka(h), Wisata Rasa dan Imajinasi di Tengah Ruang Seni

Tak hanya untuk pecinta seni, Grey Art Gallery mengundang siapa pun yang ingin menikmati keindahan.
Suasana pengunjung Grey Art Gallery yang menjadi bagian dari cerita mereka yang perlahan merekah, 4 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Mutiara Khailla Gyanissa Putri)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)