Sejarah Seblak, Kuliner Pedas Legendaris yang jadi Favorit Warga Bandung

Hengky Sulaksono
Ditulis oleh Hengky Sulaksono diterbitkan Rabu 03 Sep 2025, 17:21 WIB
Ilustrasi seblak, kuliner pedas legendaris dari Jawa Barat.

Ilustrasi seblak, kuliner pedas legendaris dari Jawa Barat.

AYOBANDUNG.ID - Seblak hari ini bisa ditemui di hampir setiap sudut Bandung, bahkan merambah kota-kota besar di Indonesia. Pedasnya cabai dan aroma kencurnya begitu khas, membuat anak muda rela antre demi semangkuk makanan yang awalnya hanyalah cara kreatif warga Sunda untuk menyelamatkan kerupuk basi. Kuliner yang kini hadir di kafe modern ini punya kisah panjang: dari masa sulit di Jawa Barat pada era kolonial, masuk ke kantin sekolah, hingga akhirnya naik kelas jadi ikon street food kekinian.

Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Ria Intani, dalam risalahnya menulis bahwa istilah “seblak” konon mulai terdengar di lingkungan sekolah pada akhir 1990-an. Kala itu, pedagang keliling menjual seblak sederhana dengan bahan seadanya: kerupuk kemplang mentah, cabai rawit atau cengek, bawang putih, kencur atau cikur, garam, dan sedikit air. Cara masaknya pun sederhana tapi cerdik. Kerupuk direndam hingga lemas, bumbu diulek kasar, ditumis, lalu semuanya diaduk hingga kenyal. “Adukan bahan tersebut menjadi kenyal dan itulah yang disebut dengan seblak,” tulis Ria.

Seblak awalnya hanyalah jajanan murah anak sekolah, dijual dengan kantong plastik bening, dimasak pakai kompor pompa berbahan minyak tanah. Meski tampilannya sederhana, pedasnya sukses bikin anak sekolah ketagihan. Bahkan, ada yang rela antre panjang atau berutang demi semangkuk kerupuk basah pedas yang kenyal.

Secara etimologis, kata “seblak” punya arti menarik. Dalam Kamus Basa Sunda disebutkan, “seblak, nyeblak: rasa haté dina waktu inget kana balai,” yang berarti hati seperti tersengat ketika mengingat hal tak menyenangkan. Nama ini juga dianggap singkatan dari segak dan nyegak, istilah Sunda untuk aroma atau rasa menyengat—sesuai karakter kencur yang menjadi ruh seblak.

Baca Juga: Sejarah Bandung dari Paradise in Exile Sampai jadi Kota Impian Daendels

Jika ditelusuri lebih jauh, menurut Ria seblak bisa jadi adalah cucu dari dua kuliner Sunda klasik: kerupuk ceos dan kerupuk ngojai. Ceos adalah kerupuk goreng yang dicelup ke kuah, sedangkan ngojai adalah versi ceos dengan tambahan oncom. Seblak mengambil jalan sendiri: kerupuk mentah langsung dimasak bersama bumbu, menghasilkan sensasi pedas dan kenyal yang khas.

Bagian dari Sejarah Panjang Kerupuk Basah di Jawa Barat

Laman Wikipedia mencatat seblak populer di Bandung pada awal 2000-an. Namun akar sejarahnya disebut jauh lebih tua. Sebelum kemerdekaan, di Garut dan Cianjur Selatan sudah ada kudapan serupa bernama kurupuk leor. Leor berarti lemas, merujuk pada kerupuk yang direndam air hingga lunak. Konon, makanan ini lahir di tengah krisis pangan pada masa penjajahan. Saat beras mahal, masyarakat Sunda mencari cara agar kerupuk basi atau mentah bisa disantap. Caranya sederhana: direndam air agar lemas, lalu dibumbui seadanya.

Di Ciamis, makanan serupa dikenal sebagai kulub babanggi atau belekem. Fenomena ini menunjukkan bahwa tradisi mengolah kerupuk jadi makanan serius bukan hal baru di Jawa Barat. Generasi demi generasi mewarisi resep sederhana ini, membuktikan bahwa kreativitas kuliner bisa lahir dari masa sulit.

Baca Juga: Sejarah Es Cendol Elizabeth Bandung, Berawal dari Bon Toko Tas

Sementara itu, Sejarawan kuliner Fadly Rahman menyatakan tidak ada bukti tertulis mengenai siapa penemu seblak pertama kali, tapi ia yakin makanan ini lahir di beberapa daerah Jawa Barat. Seblak, seperti banyak kuliner Nusantara, hidup dan berkembang dari ingatan kolektif masyarakat, bukan catatan resmi atau resep berstandar kolonial.

Popularitas seblak mulai melonjak di awal 2000-an, terutama di Bandung, kota yang dikenal gemar melahirkan tren kuliner. Dari jajanan kantin sekolah, seblak merambah ke gerobak-gerobak pinggir jalan, hingga kafe modern. Kini topping-nya makin beragam: makaroni, batagor, ceker, tulang lunak, kerupuk kulit, bahkan brokoli dan mozzarella. Di kawasan elit seperti Dago, harga seblak bisa menyaingi semangkuk ramen.

Seblak kekinian dengan ragam variasi isian. (Sumber: Ayobandung)
Seblak kekinian dengan ragam variasi isian. (Sumber: Ayobandung)

Pada awal 2000-an, Bandung naik daun dan semakin dikenal sebagai kota wisata kuliner. Makanan kaki lima naik kelas berkat kreativitas pengusaha muda dan media sosial. Seblak pun ikut naik pangkat. Jika dulu orang hanya mengenal seblak kerupuk, kini ada seblak ceker, seblak mie, seblak makaroni, hingga seblak “level” pedas yang menguji nyali. Beberapa pedagang bahkan menambahkan seafood, tulang ayam, hingga topping kekinian seperti keju mozzarella.

Seiring dengan popularitas yang naik, harga kudapan pedas ini ikut terangkat. Di kawasan pinggiran, harga seblak masih selevel dengan seporsi cilok atau bubur lemu. Namun di kawasan elit seperti Dago, harga seblak bisa menyaingi semangkuk ramen.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana makanan rakyat bisa bertransformasi. Seblak tak hanya dijual di gerobak, tapi juga hadir di restoran modern. Bahkan, banyak video tutorial seblak viral di TikTok dan Instagram, menjadikannya salah satu makanan khas Jawa Barat yang mendunia secara digital.

Perlatan masaknya pun berevolusi. Kompor pompa minyak tanah diganti kompor gas, kantong plastik diganti mangkuk foam atau keramik, dan bahan-bahan kini disimpan dalam toples akrilik. Namun resep dasar seblak nyaris tak berubah: bumbu diulek, ditumis, kerupuk basah dimasak, lalu disajikan panas. Evolusinya ada pada kemasan, bukan rasanya.

Baca Juga: Jejak Bandung Kota Kreatif Berakar Sejak Zaman Kolonial

Bagi warga Bandung dan Jawa Barat pada umumnya, seblak adalah comfort food: makanan yang sederhana, murah, tapi nikmat. Pedasnya yang “nyeblak” bikin orang ketagihan. Dan seperti yang ditulis Ria Intani, seblak bukan sekadar camilan, tapi bagian dari tradisi kuliner Sunda yang menghargai bahan makanan dan kreativitas dapur.

Kini, seblak tak lagi hanya milik Bandung. Ia bisa ditemukan di Jakarta, Surabaya, bahkan di luar negeri. Namun, aroma kencurnya yang khas tetap menjadi ciri tak tergantikan. Seblak membuktikan bahwa makanan sederhana bisa menembus zaman, ruang, dan budaya. Siapa sangka kerupuk rebus pedas ini, yang dulu mungkin dianggap makanan “kelas bawah”, kini menjadi ikon kuliner yang mengharumkan nama Bandung?

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 21 Okt 2025, 13:23 WIB

Wajah Baru dan Nostalgia, Mengulas Film Rangga dan Cinta

Film yang sedang menjadi perbincangan hangat dan trending di media sosial.
(Sumber: Sumber Foto: instagram @filmranggacinta)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 11:55 WIB

Dari 2 Siluman sampai Sekarang, Perkembangan Film Horror di Indonesia

Apakah kamu tahu bagaimana perkembangan film horror di Indonesia? Mari menelisik sejarah.
Berbagai Genre Film Horror Indonesia. (Sumber: Kolase Poster Film)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 10:02 WIB

Relevansi Tingkat Pengangguran, Pola Konsumsi, Limbah Makanan, dan Krisis Iklim

Di tengah fakta Jawa Barat yang masuk sebagai kategori provinsi termiskin di Indonesia.
Fakta Jawa Barat sebagai provinsi termiskin ke dua justru berbanding terbalik dengan pola konsumsi yang tinggi yang menghasilkan limbah terbanyak kedua setelah limbah styrofoam. (Sumber: Freepik)
Beranda 21 Okt 2025, 09:15 WIB

Lembur Jurig Kiaracondong: Rumah Hantu dalam Gang, Penggerak Kreativitas dan Kemandirian Ekonomi Warga

Dari wisata malam ke kemandirian ekonomi warga. Itu yang kami rencanakan. Meski masih skala kecil, Lembur Jurig telah menjadi buah bibir di karang taruna lain.
Karang Taruna di RW 5 Sukapura, Kecamatan Kiaracondong menggelar Lembur Jurig setiap sabtu malam yang diminati ratusan pengunjung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 08:58 WIB

Menyelamatkan Kebosanan Beragama dari Para Penganutnya

Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara.
Agama mengubah dunia dengan cara yang sangat manusiawi, lewat cerita, kebersamaan, simbol, dan upacara. (Sumber: Pexels/Muhammed Zahid Bulut)
Ayo Netizen 21 Okt 2025, 07:13 WIB

Ironi Kota Inovasi: Bandung Raya Tereliminasi dari 10 Besar Kabupaten Kota Berkelanjutan 2025

Refleksi analitis atas pengumuman UI GreenCityMetric 2025 dan relevansinya bagi Bandung Raya
Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. (Sumber: Pexels/Matafanaku)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 20:21 WIB

Gowes di Kota Kembang, Sepeda Menjadi Simbol Gaya Hidup Sehat dan Peluang Bisnis Berkelanjutan

Hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung tak lagi hanya didominasi oleh deru mesin mobil dan motor. Kini, sepeda turut meramaikan jalanan, menjadi simbol baru gaya hidup sehat.
Hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung tak lagi hanya didominasi oleh deru mesin mobil dan motor. Kini, sepeda turut meramaikan jalanan, menjadi simbol baru gaya hidup sehat. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 19:46 WIB

Semangat Berkarya sebagai Anak Muda

Berkarya adalah bagian dari perjalanan hidup manusia untuk mengekspresikan dirinya.
Ilustrasi anak muda yang semangat berkarya. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 18:39 WIB

Pentingkah Green City Metric bagi Clean Government?

UI Green City Metric adalah pemeringkatan oleh Universitas Indonesia yang menilai keberlanjutan kota/kabupaten di Indonesia.
Masjid Al-Jabar di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Andry Sasongko)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 17:26 WIB

Pariwisata Berbasis Media Sosial, Gen Z sebagai Penentu Tren dan Narasi Wisata

Gen Z menawarkan pendekatan baru dalam menikmati perjalanan. Tak sekadar melancong, tapi juga membangun identitas digital melalui setiap langkah kaki dan jepretan kamera.
Gen Z menawarkan pendekatan baru dalam menikmati perjalanan. Tak sekadar melancong, tapi juga membangun identitas digital melalui setiap langkah kaki dan jepretan kamera. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 20 Okt 2025, 15:52 WIB

Gerakan Komunitas Ibu Profesional, Ketika Permainan Menyatukan Keluarga dan Menghidupkan Ketahanan Sosial

Komunitas Ibu Profesional menanamkan keyakinan bahwa ketahanan keluarga bukan sekadar konsep, melainkan perjuangan nyata yang bisa dimulai dari hal sederhana seperti bermain bersama.
Komunitas Ibu Profesional menanamkan keyakinan bahwa ketahanan keluarga bukan sekadar konsep, melainkan perjuangan nyata yang bisa dimulai dari hal sederhana seperti bermain bersama. (Sumber: Ist)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 15:09 WIB

Dari Kekacauan Menjadi Dunia Penuh Emosional, Review Film Everything Everywhere All at Once

Film Everything Everywhere All At Once menghadirkan kekacauan visual yang indah.
Adegan film Everything Everywhere All at Once. (Sumber: primevideo.com/-/id/detail/Everything-Everywhere-All-At-Once)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 13:02 WIB

Bandung dan Paradoks Keberlanjutan: Antara Data, Fakta, dan Kesadaran Warga

Keberlanjutan sejati tidak selalu tercatat dalam data, terkadang ia tumbuh dari kesadaran warga yang terus berbenah.
Jembatan ikonik Jalan Asia Afrika. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Magang Foto/Ilham Ahmad Nazar)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 12:00 WIB

Lalapan dan Spirit Keugaharian

Kalau kita bicara makanan Sunda, hampir pasti yang pertama kali muncul di kepala adalah lalapan.
Kalau kita bicara makanan Sunda, hampir pasti yang pertama kali muncul di kepala adalah lalapan. (Sumber: Unsplash/Keriliwi)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 11:20 WIB

Permasalahan Sampah Styrofoam di Kota Bandung

Bandung yang pernah dinobatkan sebagai pionir di Indonesia dalam pelarangan penggunaan styrofoam, justru fakta berkata lain saat ini.
Ilustrasi Lautan Sampah Styrofoam (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 10:13 WIB

Ayah yang Hilang, Sistem yang Salah: Menelisik Fenomena Fatherless

Ketidakhadiran ayah bukan semata masalah rumah tangga, tapi cermin dari tatanan ekonomi dan budaya yang salah arah.
fatherless, ketiadaan figur ayah, baik secara fisik maupun psikis, dan kini menjadi masalah sosial yang semakin meluas di Indonesia. (Sumber: Pexels/Duy Nguyen)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 09:43 WIB

Seiji Takaiwa, Sosok di Balik Kostum Legendaris Kamen Rider dan Super Sentai

Membahas perjalanan aktor dan stuntman bernama Seiji Takaiwa yang sudah menjadi stuntman dalam serial Kamen Rider dan Super Sentai.
Seiji Takaiwa. (Sumber: Instagram/KAMEN RIDER BLACK/RX)
Ayo Netizen 20 Okt 2025, 07:40 WIB

Mengapa Tidak Satu pun dari Bandung Raya Masuk 10 Besar UI GreenCity Metrics 2025?

Bandung Raya gagal menembus 10 besar UI GreenCity Metrics 2025 karena lemahnya berbagai faktor penting.
Dago, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 19:51 WIB

Bandung dan Gagalnya Imajinasi Kota Hijau

Menjadi kota hijau bukan sekadar soal taman dan sampah, tapi krisis cara berpikir dan budaya ekologis yang tak berakar.
Taman Film di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 19 Okt 2025, 18:34 WIB

Ketika Layar Mengaburkan Hati Nurani: Belajar dari Filsuf Hume di Era Society 5.0

Mengekpresikan bagaimana tantangan prinsip moral David Hume di tengah-tengah perkembangan tekonologi yang pesat.
Pengguna telepon pintar. (Sumber: Pexels/Gioele Gatto)