Olahraga lari kini telah menjadi trend baru yang mulai digemari di kalangan masyarakat, tidak terkecuali di Kota Bandung. Olahraga ini hampir diikuti semua kalangan dan tidak memandang usia ataupun gender. Melalui olahraga lari secara tidak lansung kesadaran kesehatan di masyarakat pun ikut meningkat.
Meski demikian, beberapa kalangan masyarakat menyoroti aktivitas tersebut sebagai FOMO dan trend sosial yang dianggap sebagai ajang pamer semata. Meski banyak narasi yang kurang positif bagi citra masyarakat yang menyukai olahraga lari. Tapi antusias masyarakat tetap meningkat ditandai dengan event lari yang sering dihadirkan di waktu akhir pekan sabtu dan minggu di berbagai jalan di Kota Bandung.
Saya pribadi pernah mengikuti beberapa kali event lari yang diselenggarakan oleh komunitas Masjid Runners dan Yayasan Darul Hikam. Beberapa pelari yang saya temui memang beragam menceritakan alasannya untuk mengikuti event ini. Ada yang memang sudah menjadi hobi, ada yang hanya sekedar ikut trend, ada pula yang ingin mengisi waktu luang bahkan ada yang diajak oleh keluarganya untuk meramaikan aktivitas tersebut.
Ada hal yang menarik ketika saya pernah mengikuti event lari yang diselenggarakan Masjid Runners pada 5 Maret 2024 dengan tema "Lari dari Masjid ke Masjid". Saat itu salah satu speaker dalam acara ini adalah influencer dakwah bernama Mizan. Mendengar apa yang disampaikannya membuat saya terkagum dengan dakwah gaya baru yang diusungnya melalui olahraga lari.
Mizan Zundulloh adalah seorang pelatih futsal dan guru olahraga serta kepala bagian pengasuhan santri di Pondok Pesantren Baiturrahman di Kabupaten Bandung.
Mahasiswa lulusan UPI dengan Jurusan Pendidikan dan Pelatihan Olahraga tersebut sudah tertarik dengan dunia lari sejak duduk dibangku SMP sekitar tahun 2013-2014. Bahkan sejak saat itu mizan sudah kerap berlatih dengan tujuan memperkuat kesehatan fisiknya.
Mizan mulai memasuki dunia konten sejak tanggal 25 Januari 2023 yang menunjukkan postingan pertamanya saat beraktivitas lari. Setelah bertemu dengan seorang ustad, Mizan mendapat nasihat bahwa lari bukan hanya sekedar aktivitas fisik tapi bentuk rasa syukur kepada Allah agar bisa maksimal dalam menjalankan ibadah.
Semenjak itu Mizan berpikir bahwa dirinya harus memaksimalkan ponsel yang dimilikinya untuk aktivitas yang lebih bermanfaat. Akhirnya Mizan memaksimalkan ponsel sebagai alat untuk memproduksi dan menyebarluaskan konten dakwah melalui aktivitas lari.
Melalui konten yang diposting dalam instagramnya, Mizan menunjukkan bahwa dirinya bukan seorang pelari yang FOMO, yang hanya mengikuti arus trend yang ada di masyarakat. Mizan sangat konsisten melaksanakan olahraga lari setelah shalat subuh dan sebelum berangkat kerja. Tak hanya itu Mizan juga konsisten membuat konten lari sambil dakwah 1 sampai 2 video dalam sehari yang dibagikannya melalui instagram dan tiktok.
Mizan kerap membagikan capaian lari melalui aplikasi strava dengan hasil yang beragam. Mulai dari 10.03 km dengan waktu 38.48 detik dan pace 3.51 km/jam, 15.02 km dengan waktu 57.42 detik dan pace 3.51 km/jam,30.00 km selama 1 jam dengan pace 3.53 km/jam hingga 36.00 km dengan waktu tempuh 3 jam 9 detik.
Rata-rata Mizan bisa menyelesaikan 3 menit dalam jarak 1 km, sangat cepat untuk ukuran pelari yang pada umumnya di standarkan pada pace 5-6. Mizan memiliki manajemen yang sangat baik dalam mengatur kecepatan lari, ritme napas, keteraturan berbicara dan kestabilan tangannya untuk memegang ponsel saat merekam aktivitas lari sambil berdakwah.

Lewat lari Mizan tak hanya berhasil membranding dirinya sebagai influencer dakwah tapi telah membawanya menuju Makkah, tanah suci yang paling dicintai oleh umatnya. Mizan juga beberapa kali memenangkan kejuaran dalam setiap event yang diikutinya.
Saat ini juga Mizan telah menjadi Founder sekaligus Coach Santri Runners yaitu sebuah komunitas lari yang menggabungkan kegiatan olahraga dan keagamaan. Melalui Santri Runners Mizan berharap dapat menginspirasi banyak orang untuk tidak hanya menjaga kesehatan fisik tapi juga memperkuat keimanan dan spiritualitas melalui aktivitas lari.
Gaya khas dalam setiap pembukaan konten "Bismillah teman-teman" menjadi sebuah refleksi bagaimana setiap aktivitas larinya diawali dengan doa. Mizan menekankan pentingnya memiliki kondisi fisik yang sehat untuk menjalankan ibadah seperti shalat, umrah, haji dan sebagainya.
Dalam sebuah postingannya Mizan mengatakan bahwa hal yang melandasi dirinya untuk berlari sambil berdakwah adalah ungkapan "Sampaikanlah walau hanya satu ayat, sampaikanlah walau hanya satu riwayat, sampaikanlah sebelum menjadi mayat".
Hari ini dakwah sudah bertransformasi mengikuti zaman, dakwah tak hanya berada di ruang dengan mimbar, mengenakan baju keagamaan atau duduk bersama di tempat ibadah. Kini beberapa ustad sudah menyelenggarakan ceramah keagamaan di ballroom hotel besar, berdakwah melalui audio dan visual. Begitu pun dengan Mizan yang mampu mengemas setiap nasehat, ayat atau hadis tentang keagamaan dengan cara yang ringan.
Contoh di atas menjadi bukti nyata bahwa agama Islam bukan agama yang kaku, karena Islam punya metode yang fleksibel dalam mengikuti arus perkembangan zaman. Dakwah bukan lagi ajang menyampaikan risalah agama dalam satu arah antara guru dengan murid. Kini dakwah bisa menjadi ruang diskusi bagi para pemeluknya untuk menambah keimanan bahkan pemeluk agama lain untuk mencari tahu lebih dalam tentang agama Islam. (*)