Budaya Sunda yang Merefleksikan Kesehatan lewat Hawu dan Seeng

Dias Ashari
Ditulis oleh Dias Ashari diterbitkan Jumat 12 Sep 2025, 08:48 WIB
Alat Masak Tradisional Suku Sunda. (Sumber: Wikimedia Commons/Uchup19)

Alat Masak Tradisional Suku Sunda. (Sumber: Wikimedia Commons/Uchup19)

Di zaman modern semua manusia memimpikan kepraktisan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, penggunaan alat masak dan alat makan, kendaraan, proses tersajinya sebuah makanan dan segala hal yang menunjang kehidupan era modern tak lepas dari segala kemudahan.

Salah satu produk budaya modern adalah kompor dan Rice Cooker. Kedua alat ini sangat mempermudah kegiatan manusia di zaman ini. Dengan kompor manusia bisa memasak apapun yang diinginkan. Dengan Rice Cooker, manusia tidak perlu kerepotan merubah beras menjadi nasi dengan beberapa proses yang membutuhkan banyak waktu.

Dahulu masyarakat Sunda masih menggunakan hawu dan seeng untuk memasak nasi dan bahan makanan. Hawu sendiri berasal dari kata awu (bahasa jawa) yang berarti abu, sementara dalam bahasa sunda abu disebut dengan lebu. Jadi hawu dapat di definisikan sebagai tempat berkumpulnya abu. Masyarakat Sunda memanfaatkan hawu sebagai tungku tempat membuat masakan.

Hawu terdiri dari dua jenis, pertama terbuat dari adonan tanah liat dan bata merah. Kedua hawu yang terbuat dari gerabah yang dilapisi adonan tanah liat. Hawu di desain sedemikian rupa supaya api yang dihasilkan dari kayu bakar bisa keluar melalui lubang yang berada di atas bagian hawu.

Lubang tersebut digunakan sebagai pijakan untuk meletakkan panci, seeng dan wajan saat memasak. Sementara pelengkap hawu disebut songsong, yaitu alat berbentuk pipa panjang yang terbuat dari bambu, digunakan sebagai alat tiup untuk menambahkan udara supaya api bisa menyala lebih besar.

Masyarakat Sunda yang hidup di Pedesaan biasanya masih menggunakan dandang atau seeng sebagai alat untuk memasak nasi. Menanak nasi dengan hawu dan menggunakan seeng biasanya bisa menghasilkan nasi yang penuh dengan aroma dan rasa yang lebih nikmat.

Bahkan abu bekas pembakaran kayu bisa berguna untuk kegiatan domestik lainnya, misalnya abu (lebu) yang digunakan untuk membantu menghilangkan noda hitam yang menempel pada alat masak seperti wajan dan dandang.

Abu bekas pembakaran juga bisa digunakan untuk memasak umbi-umbian, pepes ikan atau memanggang opak. Caraya adalah dengan memasukan bahan yang akan di masak ke dalam kumpulan abu, secara ajaib makanan bisa matang dengan sempurna.

Tanpa disadari kegiatan ini juga membantu mengurangi pengeluaran bahan bakar minyak yang semakin langka ketersediaannya. Bahkan zaman dulu masyarakat memanfaatkan abu yang dimasukan ke dalam setrika tradisonal yang bisa digunakan untuk merapikan baju.

Hal ini juga membantu penggunaan bahan bakar listrik. Dari hal yang sederhana ternyata Budaya Sunda menunjukkan kedekatannya dengan alam sebagaimana yang terejawantahkan melalui Masyarakat Adat Suku Baduy.

Menurut sebuah jurnal gizi dan kesehatan indonesia yang berjudul Karakteristik Pemasakan Nasi Putih Menggunakan Rice Cooker dan Dandang terhadap Kadar Pati dan Kadar Gula Total, hasil penelitian menunjukkan bahwa nasi yang dimasak menggunakan Rice Cooker mengandung pati sebanyak 52.453 dan gula sebesar 58.281, sementara nasi yang dimasak menggunakan dandang mengandung pati sebanyak 30.125 dan gula sebanyak 33.472.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memasak menggunakan dandang atau seeng menghasilkan kadar gula yang lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang dimasak menggunakan Rice Cooker.

Sementara penelitian yang berjudul Studi Komparasi Kadar Glukosa Pada Nasi yang Dimasak dengan Metode Rice Cooker dan Metode Tradisional Pada Berbagai Suhu, hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyata kadar gula dalam penelitian adalah karena perbedaan suhu dan proses pemasakan sehingga terjadi proses pelindian.

Proses inilah yang menyebabkan gelatinisasi pada pati sehingga mudah dicerna karena enzim dalam pencernaan mendapatkan tempat bekerja yang lebih luas.

Hawu. (Sumber: Ayobandung.com)
Hawu. (Sumber: Ayobandung.com)

Sementara menurut Prof. Saptawati Bardosono M,Sc, seorang pakar kesehatan gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, memaparkan bahwa ada kolerasi yang dekat antara diabetes dari nasi yang dipanaskan secara terus-menerus. Makin tinggi kadar glikemik dalam suatu makanan maka akan meningkatkan kemungkinan penyakit diabetes.

Diabetes sendiri merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Meski sebetulnya faktor terbesar terjadinya diabetes adalah kurangnya aktivitas tubuh seperti olahraga, kelebihan berat badan (obesitas) atau memiliki keturunan riwayat diabetes.

Namun proses pemanasan nasi mesti menjadi perhatian khusus, terlebih yang sering terjadi adalah nasi yang berada dalam Rice Cooker bisa dipanaskan sepanjang hari hingga nasi benar-benar habis dikonsumsi.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan para peneliti bahwa nasi panas cenderung memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi. Hal ini menjadi salah satu bagian kecil pemicu penyakit diabetes jika polanya tidak segera diperbaiki.

Memasak secara tradisional menggunakan hawu dan seeng bukan hanya sekedar budaya yang merepresentasikan identitas Suku Sunda tapi ternyata menjadi bahan refleksi kesehatan manusia.

Selain itu juga kehadiran hawu dalam dapur suku Sunda bisa merekatkan hubungan antar anggota keluarga. Biasanya keluarga akan berkumpul untuk siduru (menghangatkan tubuh) sambil membicarakan hal-hal kecil yang tidak penting. Bukankah kunci dari kehangatan keluarga adalah komunikasi ? karena membicarakan hal yang tidak penting itu ternyata penting.

Menulis ini membuat saya makin bangga dengan Budaya Suku Sunda karena sudah merepresentasikan banyak hal tentang makna kehidupan. (*)

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Dias Ashari
Tentang Dias Ashari
Menjadi Penulis, Keliling Dunia dan Hidup Damai Seterusnya...
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Religiusitas Pengemis

Ayo Netizen 11 Sep 2025, 14:27 WIB
Religiusitas Pengemis

News Update

Ayo Netizen 12 Sep 2025, 20:25 WIB

Harapan Masa Depan Dunia Pencak Silat Majalengka

Siswa SMPN 1 Kasokandel sukses raih Juara 3 O2SN Pencak Silat tingkat Kabupaten Majalengka Tahun 2025.
Muhammad Vikri Hermansyah: Juara 3 Pencak Silat O2SN Tingkat Kabupaten Majalengka. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Muhammad Assegaf)
Ayo Netizen 12 Sep 2025, 18:18 WIB

Bandung Melayani: Menghidupkan Pesan tentang Cinta, Hormat, dan Harapan

Membangun peradaban kota melalui pelayanan publik berintegritas,. Upaya strategis menghidupkan pesan tentang cinta, hormat, dan harapan.
Suasana Mal Pelayanan Publik (MPP) Kota Bandung. (Sumber: Pemkot Bandung)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 17:52 WIB

Satu Delapan Selfie & Eatery Merancang Ruang yang Menyentuh Psikologi Pengunjung

Dalam era digital yang serba visual, pengunjung kafe tak lagi hanya mencari rasa, tapi juga suasana yang bisa mereka abadikan dan bagikan.
Dalam era digital yang serba visual, pengunjung kafe tak lagi hanya mencari rasa, tapi juga suasana yang bisa mereka abadikan dan bagikan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 12 Sep 2025, 17:14 WIB

Jejak Sejarah Ujungberung, Kota Lama dan Kiblat Skena Underground di Timur Bandung

Sejarah Ujungberung menyatukan mitos Dayang Sumbi, sejarah kolonial, hingga dentuman gitar cadas Ujungberung Rebels di Bandung Timur.
Peta peta topografi Lembar Ujungberung tahun 1910. (Sumber: KITLV)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 16:11 WIB

Dari Gang Tamim ke Cibaduyut: Jejak Belanja Rakyat di Kota Kreatif Bandung

Di balik gemerlap Factory Outlet dan mall modern, tersembunyi jejak sejarah pusat belanja rakyat di kota kreatif Bandung yang tetap eksis hingga kini.
Pasar Cibaduyut telah lama dikenal sebagai sentra sepatu kulit berkualitas sejak 1920-an. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 15:19 WIB

Street Season Wajah Kolektif Skena Bandung yang Tak Pernah Diam

Dari mural di gang sempit hingga dentuman musik indie di panggung terbuka, Bandung hidup dari semangat komunitas yang tak pernah padam.
Dari mural di gang sempit hingga dentuman musik indie di panggung terbuka, Bandung hidup dari semangat komunitas yang tak pernah padam. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 12 Sep 2025, 15:10 WIB

Dakwah Gaya Baru lewat Lari dan Gaya Hidup Sehat

Bagi Mizan, seorang influencer dakwah, olahraga tidak hanya untuk menjaga kesehatan secara fisik tapi juga bisa menunjang semangat beribadah.
Mizan Zundulloh. (Sumber: Instagram/Mizan Zundulloh)
Ayo Jelajah 12 Sep 2025, 14:44 WIB

Tragedi Tanjakan Emen Subang 2018, Rem Blong yang Renggut Kehidupan Puluhan Ibu

Turunan Cicenang Subang populer disebut Tanjakan Emen. Tahun 2018, rem blong bus rombongan Tangsel bikin tragedi tewaskan puluhan nyawa.
Ilustrasi tragedi kecelakaan Tanjakan emen di Subang pada 2018 lalu.
Ayo Netizen 12 Sep 2025, 13:53 WIB

Tidak Hanya Jogja, Bandung Punya Sejarah Panjang Juga dengan Indonesia

Yogyakarta jadi ibu kota RI saat masa genting, sementara Bandung tampil sebagai simbol perlawanan lewat Bandung Lautan Api.
Ilustrasi Kota Bandung (Sumber: Foto: Pemerintahan Kota Bandung)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 12:39 WIB

Dari Motif Oncom hingga Wajit Cililin, Semuanya Ada di Rumah Batik Lembang

Batik sudah lama menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. Jika dahulu batik hanya dianggap sebagai hasil karya tangan dari beberapa daerah, kini posisinya telah naik kelas menjadi produk bernilai
Rumah Batik Lembang. (Foto: GMAPS)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 11:01 WIB

Kerupuk Banjur, Jajanan Klasik yang Makin Digemari

Di antara jajanan jadul yang hampir hilang dari peredaran, ada satu nama yang kembali mencuri perhatian, yaitu kerupuk banjur. Kudapan sederhana ini bukan sekadar kerupuk biasa, melainkan sajian khas
Kurupuk Mie Banjur (Foto: Pixabay)
Ayo Biz 12 Sep 2025, 09:41 WIB

Menikmati Legitnya Awug Hangat di Kota Bandung

Salah satu jajanan tradisional khas Sunda yang masih bertahan hingga kini adalah awug. Kudapan manis ini berbahan dasar tepung beras, gula merah, dan kelapa parut.
Ilustrasi Foto Awug atau Kue Dodongkal. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Sep 2025, 08:48 WIB

Budaya Sunda yang Merefleksikan Kesehatan lewat Hawu dan Seeng

Tanpa disangka budaya Sunda juga dapat merefleksikan kesehatan melalui alat masak seperti hawu dan seeng.
Alat Masak Tradisional Suku Sunda. (Sumber: Wikimedia Commons/Uchup19)
Ayo Netizen 11 Sep 2025, 20:26 WIB

Bandung Kota Talenta: Ketika Creative Hub Menjadi Talenta Hub

Bandung Talenta Hub adalah impian untuk mewujudkan Centre of Human Capital Development di Kota Bandung.
Bandung Talenta Hub adalah impian untuk mewujudkan Centre of Human Capital Development di Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Sewupari Studio)
Ayo Biz 11 Sep 2025, 19:51 WIB

Jabar Media Summit 2025 Sampaikan Rekomendasi Penting untuk Stakeholder

Jabar Media Summit 2025 berikan sejumlah rekomendasi kepada stakeholder, dari skema dukungan keberlanjutan industri media hingga adaptasi era Artificial Intelligence (AI).
Jabar Media Summit 2025 berikan sejumlah rekomendasi kepada stakeholder, dari skema dukungan keberlanjutan industri media hingga adaptasi era Artificial Intelligence (AI). (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 11 Sep 2025, 19:38 WIB

Media Massa Jadi Mitra Strategis dan Sumber Informasi Terpercaya

Media massa menjadi andalan dalam memberikan informasi yang utuh dan terukur di era digital dan sosial media seperti saat ini.
Media massa menjadi andalan dalam memberikan informasi yang utuh dan terukur di era digital dan sosial media seperti saat ini. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 11 Sep 2025, 19:28 WIB

Konten Berdampak Bisa Jadi Opsi Solusi Hadapi Kompetisi Era Disrupsi Digital

Konten berdampak hadir ketika informasi mampu menumbuhkan perubahan nyata, memberi manfaat, atau menciptakan keterlibatan yang lebih dalam antara media dengan publiknya.
Konten berdampak hadir ketika informasi mampu menumbuhkan perubahan nyata, memberi manfaat, atau menciptakan keterlibatan yang lebih dalam antara media dengan publiknya. (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Biz 11 Sep 2025, 19:16 WIB

Peran AI Bantu Kinerja Media

Saat ini AI telah berkembang pesat. AI juga mewarnai berbagai sektor kehidupan.
Sejumlah media ternama di Jawa Barat berkumpul dalam Jabar Media Summit 2025. Mereka berupaya meningkatkan kapasitas menghadapi perkembangan zaman, salah satunya Artificial Intelligence (AI). (Sumber: Ayobandung.com | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Sep 2025, 18:01 WIB

Dari Bandung 'Balakecrakan' ke Lengkong Kecil 'Culinary Night'

Lengkong Culinary Night menawarkan pengalaman kuliner yang beragam dan memuaskan.
Kuliner malam di Lengkong Kecil, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Muslim Yanuar Putra)
Ayo Netizen 11 Sep 2025, 16:26 WIB

Vox populi, vox Dei

Ungkapan “Vox populi, vox Dei” menegaskan bahwa kekuasaan politik pada akhirnya bersumber dari rakyat.
Ungkapan “Vox populi, vox Dei” menegaskan bahwa kekuasaan politik pada akhirnya bersumber dari rakyat. (Sumber: Pexels/Daris Ardiansyah)