Di zaman modern semua manusia memimpikan kepraktisan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, penggunaan alat masak dan alat makan, kendaraan, proses tersajinya sebuah makanan dan segala hal yang menunjang kehidupan era modern tak lepas dari segala kemudahan.
Salah satu produk budaya modern adalah kompor dan Rice Cooker. Kedua alat ini sangat mempermudah kegiatan manusia di zaman ini. Dengan kompor manusia bisa memasak apapun yang diinginkan. Dengan Rice Cooker, manusia tidak perlu kerepotan merubah beras menjadi nasi dengan beberapa proses yang membutuhkan banyak waktu.
Dahulu masyarakat Sunda masih menggunakan hawu dan seeng untuk memasak nasi dan bahan makanan. Hawu sendiri berasal dari kata awu (bahasa jawa) yang berarti abu, sementara dalam bahasa sunda abu disebut dengan lebu. Jadi hawu dapat di definisikan sebagai tempat berkumpulnya abu. Masyarakat Sunda memanfaatkan hawu sebagai tungku tempat membuat masakan.
Hawu terdiri dari dua jenis, pertama terbuat dari adonan tanah liat dan bata merah. Kedua hawu yang terbuat dari gerabah yang dilapisi adonan tanah liat. Hawu di desain sedemikian rupa supaya api yang dihasilkan dari kayu bakar bisa keluar melalui lubang yang berada di atas bagian hawu.
Lubang tersebut digunakan sebagai pijakan untuk meletakkan panci, seeng dan wajan saat memasak. Sementara pelengkap hawu disebut songsong, yaitu alat berbentuk pipa panjang yang terbuat dari bambu, digunakan sebagai alat tiup untuk menambahkan udara supaya api bisa menyala lebih besar.
Masyarakat Sunda yang hidup di Pedesaan biasanya masih menggunakan dandang atau seeng sebagai alat untuk memasak nasi. Menanak nasi dengan hawu dan menggunakan seeng biasanya bisa menghasilkan nasi yang penuh dengan aroma dan rasa yang lebih nikmat.
Bahkan abu bekas pembakaran kayu bisa berguna untuk kegiatan domestik lainnya, misalnya abu (lebu) yang digunakan untuk membantu menghilangkan noda hitam yang menempel pada alat masak seperti wajan dan dandang.
Abu bekas pembakaran juga bisa digunakan untuk memasak umbi-umbian, pepes ikan atau memanggang opak. Caraya adalah dengan memasukan bahan yang akan di masak ke dalam kumpulan abu, secara ajaib makanan bisa matang dengan sempurna.
Tanpa disadari kegiatan ini juga membantu mengurangi pengeluaran bahan bakar minyak yang semakin langka ketersediaannya. Bahkan zaman dulu masyarakat memanfaatkan abu yang dimasukan ke dalam setrika tradisonal yang bisa digunakan untuk merapikan baju.
Hal ini juga membantu penggunaan bahan bakar listrik. Dari hal yang sederhana ternyata Budaya Sunda menunjukkan kedekatannya dengan alam sebagaimana yang terejawantahkan melalui Masyarakat Adat Suku Baduy.
Menurut sebuah jurnal gizi dan kesehatan indonesia yang berjudul Karakteristik Pemasakan Nasi Putih Menggunakan Rice Cooker dan Dandang terhadap Kadar Pati dan Kadar Gula Total, hasil penelitian menunjukkan bahwa nasi yang dimasak menggunakan Rice Cooker mengandung pati sebanyak 52.453 dan gula sebesar 58.281, sementara nasi yang dimasak menggunakan dandang mengandung pati sebanyak 30.125 dan gula sebanyak 33.472.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa memasak menggunakan dandang atau seeng menghasilkan kadar gula yang lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang dimasak menggunakan Rice Cooker.
Sementara penelitian yang berjudul Studi Komparasi Kadar Glukosa Pada Nasi yang Dimasak dengan Metode Rice Cooker dan Metode Tradisional Pada Berbagai Suhu, hasil penelitian menunjukkan perbedaan nyata kadar gula dalam penelitian adalah karena perbedaan suhu dan proses pemasakan sehingga terjadi proses pelindian.
Proses inilah yang menyebabkan gelatinisasi pada pati sehingga mudah dicerna karena enzim dalam pencernaan mendapatkan tempat bekerja yang lebih luas.

Sementara menurut Prof. Saptawati Bardosono M,Sc, seorang pakar kesehatan gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, memaparkan bahwa ada kolerasi yang dekat antara diabetes dari nasi yang dipanaskan secara terus-menerus. Makin tinggi kadar glikemik dalam suatu makanan maka akan meningkatkan kemungkinan penyakit diabetes.
Diabetes sendiri merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Meski sebetulnya faktor terbesar terjadinya diabetes adalah kurangnya aktivitas tubuh seperti olahraga, kelebihan berat badan (obesitas) atau memiliki keturunan riwayat diabetes.
Namun proses pemanasan nasi mesti menjadi perhatian khusus, terlebih yang sering terjadi adalah nasi yang berada dalam Rice Cooker bisa dipanaskan sepanjang hari hingga nasi benar-benar habis dikonsumsi.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan para peneliti bahwa nasi panas cenderung memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi. Hal ini menjadi salah satu bagian kecil pemicu penyakit diabetes jika polanya tidak segera diperbaiki.
Memasak secara tradisional menggunakan hawu dan seeng bukan hanya sekedar budaya yang merepresentasikan identitas Suku Sunda tapi ternyata menjadi bahan refleksi kesehatan manusia.
Selain itu juga kehadiran hawu dalam dapur suku Sunda bisa merekatkan hubungan antar anggota keluarga. Biasanya keluarga akan berkumpul untuk siduru (menghangatkan tubuh) sambil membicarakan hal-hal kecil yang tidak penting. Bukankah kunci dari kehangatan keluarga adalah komunikasi ? karena membicarakan hal yang tidak penting itu ternyata penting.
Menulis ini membuat saya makin bangga dengan Budaya Suku Sunda karena sudah merepresentasikan banyak hal tentang makna kehidupan. (*)