Bandung bukan sekadar kota pendidikan. Dengan banyak perguruan tinggi, sekolah unggulan, dan komunitas kreatif yang dinamis, Kota ini menyimpan potensi besar menjawab tantangan skill gap dan menyiapkan generasi unggul. Namun, potensi riset dan inovasi/kreativitas yang lahir dari kampus dan komunitas kerap berhenti di jurnal dan media sosial, tanpa terhubung dengan kebijakan daerah maupun dunia usaha.
Dalam rangka mempercepat transformasi SDM, Pemerintah Kota Bandung membuka pintu kolaborasi dengan berbagai institusi pendidikan, dunia usaha, media, dan komunitas. Bentuk kolaborasi ini meliputi riset bersama, kurikulum berbasis industri, program magang atau praktik lapangan, pemberdayaan masyarakat, dan kegiatan kolaboratif lainnya.
Kolaborasi tersebut dilakukan untuk memperkuat ekosistem Bandung Smart City. Komitmen ini semakin nyata, ketika pada bulan Maret 2025, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menegaskan optimalisasi peran Bandung Creative Hub (BCH).
Fasilitas ini dikelola oleh UPTD Padepokan Seni, Kreativitas dan Kebudayaan di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung. BCH menjadi ruang inkubasi 17 subsektor ekonomi kreatif, bekerja sama dengan Sarinah, Bank BJB, dan Dekranasda Kota Bandung. Tujuannya untuk mendukung seniman, desainer, pelaku UMKM kreatif agar ide-idenya berdampak bagi masyarakat.
Gagasan BCH menunjukkan bagaimana kreativitas bisa menjadi motor pertumbuhan kota. Namun, agar potensi tersebut tidak berhenti pada produk semata. Bandung seyogyanya membutuhkan wadah yang mampu menghimpun, mengasah, dan menghubungkan talenta lintas bidang. Dari sini lah lahir gagasan Bandung Talenta Hub.
Bandung Talenta Hub

Bandung Talenta Hub adalah impian untuk mewujudkan Centre of Human Capital Development di Kota Bandung. Sebuah Kawah Candra Dimuka pengembangan talenta unggul berkelanjutan, yang tidak hanya berdaya saing lokal, tetapi nasional dan global.
Orientasi utama Talenta Hub mencakup empat hal, yaitu: membangun ekosistem kolaborasi, inkubasi talenta, penyediaan jembatan karier (career bridge), dan pengembangan berkelanjutan.
Dalam lingkup pemerintah, Talenta Hub mempunyai dua wajah yang tidak bisa dipisahkan. Di satu sisi ada ASN sebagai pelayan publik, di sisi lain ada masyarakat sebagai pihak penerima layanan. Oleh karena itu, Talenta Hub hadir untuk menjangkau dua sasaran utama, yakni publik dan ASN.
Talenta Hub Publik, fokus pada pengembangan kapasitas masyarakat, khususnya generasi muda. Programnya mencakup talent mapping publik dan skill academy (pelatihan vokasi, digital, hingga green economy), startup & UMKM incubator, serta career bridge yang menghubungkan pendidikan dengan dunia kerja. Tujuannya untuk memperkuat daya saing generasi muda, menekan angka pengangguran, dan menumbuhkan wirausaha baru.
Talenta Hub ASN, ditujukan untuk memperkuat birokrasi berbasis talenta. Strateginya meliputi talent mapping ASN melalui sistem digital; reskilling dan upskilling di bidang pelayanan publik, smart city, dan digital governance; talent mobility berbasis data untuk rotasi dan promosi; serta inkubator inovasi ASN, guna memperkuat mindset perubahan, membangun kompetensi digital yang humanis, mengembangkan budaya kerja modern, serta melahirkan terobosan pelayanan publik yang cepat, sederhana, dan berdampak.
Kolaborasi keduanya menghadirkan ekosistem talenta yang utuh. Masyarakat lebih kompetitif, dunia usaha tumbuh, pelayanan publik membaik, dan ASN memiliki arah karier yang jelas.
Dengan visi ini, Bandung Talenta Hub mendukung misi Kota Bandung untuk meningkatkan kualitas hidup warganya, sekaligus memperkuat peran Bandung sebagai kota pendidikan dan inovasi nasional.
Bandung Spirit 2025

Sejarah mencatat Bandung sebagai kota gagasan global melalui Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Kini, semangat itu dapat dihidupkan kembali melalui Bandung Spirit 2025. Semangat menyatukan masyarakat dan birokrasi dalam membangun kota berbasis infrastruktur talenta.
Dari sisi kelembagaan peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sangat penting dalam Talenta Hub Publik, setidaknya akan melibatkan Dinas Pendidikan mengkoordinasikan talent mapping publik dan skill academy. Disnaker dan Disdagperin fokus pada career bridge, link and match dunia usaha dan dunia industri. Dispora dan Diskop UMKM mengawal pengembangan talenta muda, startup dan UMKM incubator bersama komunitas kreatif. Dan Bapperida menyelaraskan arah riset, inovasi, dan pembangunan jangka panjang kota.
Adapun Dinas Pariwisata dan Kebudayaan tetap menjadi episentrum aktivitas operasional fisik dan inkubasi kreatif kota Bandung melalui BCH. Tulang punggung sosialisasi, kampanye dan publikasi, untuk memastikan Bandung Talenta Hub berjalan terintegrasi, transparan, dan terdigitalisasi diperankan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika.
Sementara itu, peran OPD dalam Talenta Hub ASN melibatkan BKPSDM sebagai leading sector untuk talent mapping, reskilling dan upskilling, dan talent mobility. Bapperida untuk mendukung riset, inovasi, dan pengukuran kinerja birokrasi. serta Inspektorat untuk memastikan tata kelola dan akuntabilitasnya. Lebih jauh, peran pembinaan dari LAN, BKN, dan Kementerian PANRB penting dalam pengelolaan mobilitas talenta lintas instansi pemerintah.
Dengan hadirnya Talenta Hub dua wajah ini, Bandung menggagas model baru pembangunan kota berbasis manusia dan talenta. Sebuah pembangunan yang tidak hanya bertumpu pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada infrastruktur manusia sebagai fondasi peradaban kota.
Jika Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar, maka Bandung berpotensi menjadi Kota Talenta, tempat lahirnya generasi unggul yang tidak hanya berprestasi di kampus, tetapi juga mampu mengubah wajah birokrasi, dunia usaha, dan masyarakat secara nyata. (*)