Bandung dikenal sebagai kota kreatif dan teknologi, sering dijuluki Paris van Java karena gaya hidup serta budaya kosmopolitan yang berkembang sejak era kolonial.
Julukan ini pertama kali muncul dalam Kongres Internasional Arsitektur Modern (CIAM) pada 1928 oleh arsitek Hendrik Petrus Berlage, saat Bandung sedang dibentuk dengan tata kota dan bangunan estetik bernuansa Eropa.
Pada tahun 1906, Bandung resmi ditetapkan sebagai gemeente (kotapraja) melalui keputusan Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz.
Status ini memberi Bandung otonomi pemerintahan dan menandai dimulainya era pembangunan modern. Jalan-jalan lebar, sistem drainase, taman kota, dan bangunan bergaya art deco mulai bermunculan, menciptakan wajah kota yang terencana dan estetis.
Periode antara 1906–1925 mencatat integrasi konsep garden city dengan arsitektur kolonial tropis, menampilkan harmoni antara ruang hijau dan bangunan pemerintahan. Sejak 1913, Bandung mulai dipimpin oleh seorang burgemeester (wali kota).
Sosok arsitek seperti F.J.L. Ghijsels dan Thomas Karsten memainkan peran penting dalam desain tata kota dan arsitektur modern yang hingga kini masih mewarnai suasana Bandung.

Bandung Lautan Api: Babak Heroik Perlawanan
Salah satu babak paling heroik dalam sejarah Bandung adalah Bandung Lautan Api, yang berlangsung pada 23 Maret 1946, beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan.
Pasukan Sekutu bersama NICA mengancam akan merebut Bandung jika militer dan warga tidak segera meninggalkan wilayah selatan kota—tuntutan yang sulit diterima.
Untuk menegakkan kemerdekaan, Kolonel A.H. Nasution memimpin perintah evakuasi disertai pembumihangusan. Sekitar 200.000 warga Bandung membakar rumah mereka, termasuk bangunan penting seperti Bank Rakyat, kawasan Braga, dan Cicadas.
Api berkobar hingga ke Tegallega, melahap bangunan strategis agar tidak jatuh ke tangan musuh.
Julukan “Bandung Lautan Api” pertama kali dipublikasikan di koran Suara Merdeka pada 26 Maret 1946, hasil laporan wartawan Atje Bastaman yang menyaksikan kobaran api dari puncak Gunung Leutik.
Peristiwa ini kini diabadikan sebagai lambang perlawanan gigih rakyat Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan.

Sejarah Bandung menunjukkan bahwa kota ini bukan sekadar pusat pendidikan, teknologi, dan ekonomi kreatif, tetapi juga medan perjuangan yang melahirkan simbol keberanian rakyat Indonesia.
Sama halnya dengan Yogyakarta yang menjadi ibu kota Republik pada masa genting, Bandung juga menorehkan peran penting dengan caranya sendiri.
Memahami sejarah Bandung adalah bagian dari menghargai identitas bangsa sekaligus mengingat bahwa semangat perjuangan selalu relevan di masa kini. (*)