Saya tidak punya agenda besar saat memilih pergi ke Batu Kuda. Pagi itu, saya hanya ingin melarikan diri sebentar dari rutinitas harian dan mencari lokasi yang tidak membebani. Wisata Alam Batu Kuda, yang terletak di Kampung Cikoneng, Desa Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, terasa cocok untuk itu.
Begitu masuk ke area wisata, atmosfernya langsung berbeda. Barisan pohon pinus yang rapat membuat sinar matahari menyusup tipis ke tanah. Udara lebih dingin, dan langkah saya otomatis melambat. Tidak ada kebisingan kendaraan seperti di perkotaan, hanya suara angin dan daun yang bergesekan yang menemani.
Saya melanjutkan jalan menyusuri jalur utama sampai ke monumen Batu Kuda. Batu besar berbentuk kuda itu tegak kuat di tengah area, sederhana tapi menarik perhatian. Dari dekat, monumen ini tampak alami, seakan menyatu dengan alam sekitar. Saya berdiri sejenak di hadapannya, mengamati tekstur batu dan keheningan yang melingkupi.

Tak jauh dari sana, ada bangku kayu di bawah naungan pohon pinus. Saya duduk di situ dan benar-benar diam. Tidak ada hal spesifik yang ingin saya lakukan. Angin bertiup lembut, membawa bau tanah dan pinus yang basah. Jarum pinus sesekali jatuh pelan tanpa bunyi.
Beberapa pengunjung lain melakukan hal sama. Ada yang duduk sendirian, ada yang mengobrol pelan dengan teman. Tidak ada suara gaduh atau tawa berlebihan. Batu Kuda sepertinya punya aturan tak tertulis: semua orang yang datang akan memperlambat irama hidupnya. Hutan pinus di sekitar monumen menjadi tempat bersama untuk rileks dan menenangkan benak.
Saya menghabiskan waktu lama hanyak dengan berduduk diam, memperhatikan sinar matahari yang bergeser di antara batang pinus. Bayangan monumen Batu Kuda perlahan berubah seiring matahari. Di saat itu, saya sadar bahwa berwisata tidak harus penuh aktivitas. Kadang, diam dan sepenuhnya hadir justru memberikan pengalaman yang lebih dalam.
Baca Juga: Alam sebagai Ruang Pemulihan
Menjelang tengah hari, cahaya matahari semakin terang, tapi udara tetap sejuk. Sebelum kembali, saya berdiri lagi di depan monumen Batu Kuda. Rasanya seperti mengucapkan selamat tinggal pada tempat yang tidak mengenal saya, tapi memberikan ruang untuk tenang.
Wisata Alam Batu Kuda tidak menjanjikan kemewahan atau atraksi spektakuler. Ia tawarkan ketenangan sederhana. Duduk santai di tengah hutan pinus, diam tanpa paksaan, lalu pulang dengan pikiran lebih ringan. Di lereng Gunung Manglayang, Batu Kuda adalah oase tenang yang patut dikunjungi saat ingin jeda dari kesibukan sehari-hari. (*)