Sore itu, di sudut sebuah kafe kecil di tengah Kota Bandung, tawa terdengar bersahutan seperti alunan ritme yang akrab. Asap kopi naik perlahan, berbaur dengan obrolan santai para pengunjung yang duduk berjejal di kursi kayu di Jalan Riau, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/10/2025)
Fariq Radhitya (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi di salah satu universitas swasta di Kecamatan Coblong, mengaku hampir setiap hari menggunakan bahasa gaul tersebut dalam kesehariannya.
“Gaskeun, lur!” teriak seorang pemuda sambil mengangkat gelas lattenya. Kata-kata itu bukan sekadar celetukan. Ia hidup, mengalir begitu saja menjadi bahasa pergaulan hangat yang khas anak muda Bandung.
Kebiasaan berbahasa tersebut tumbuh dari suasana akrab khas Bandung yang santai dan terbuka. Dari sekadar meniru ucapan teman, lama-lama gaya bicara ini menjadi kebiasaan yang melekat. Anak muda Bandung menggunakan bahasa gaul bukan hanya untuk bergurau, tetapi juga sebagai cara mengekspresikan diri tanpa meninggalkan kesopanan. Mereka percaya, salah satu wujud Budaya Sunda adalah bahasa slang yang mencerminkan keramahan dan kehangatan masyarakatnya.
“ Kalau ngobrol sama teman tanpa pakai kata ‘ngab’ atau ‘gaskeun’, rasanya kurang nyatu,” ujarnya sambil tersenyum saat ditemui di sebuah kafe di Jalan Riau, Selasa (28/10/2025).
Kebiasaan itu kini juga menjalar ke dunia digital. Di media sosial, bahasa khas Bandung menjadi daya tarik tersendiri karena terdengar lucu dan mudah diingat. Banyak anak muda dari luar kota ikut menirukan gaya bicara ini, membuat bahasa gaul Bandung semakin dikenal luas. Fariq menilai, hal itu justru menunjukkan bahwa bahasa lokal bisa diterima dengan cara menyenangkan.
Baca Juga: Taman Lansia Bandung usai Revitalisasi: Antara Harapan Baru dan Beragam Tantangan di Lapangan
“Bahasa itu menular, apalagi kalau lucu. Lama-lama bisa jadi gaya nasional,” tambahnya.
Bagi lelaki itu, bahasa gaul Bandung bukan sekadar tren internet, melainkan cara menegaskan jati diri. Ia juga menyebut, banyak teman dari luar daerah mulai ikut memakai istilah tersebut karena terdengar seru.
Lebih dari sekadar tren, gaya bicara khas Bandung kini menjadi simbol kebanggaan lokal. Di tengah pengaruh budaya global yang membawa istilah asing dari bahasa Inggris maupun Korea, anak muda Bandung justru mampu menunjukkan bahwa identitas daerah tetap bisa tampil menonjol dan keren. Bahasa gaul bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga cermin kreativitas dan rasa bangga terhadap budaya sendiri. (*)