Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Di Kota yang Tak Pernah Kehabisan Gaya, Adi Wardana Menyulap Sneaker Jadi Identitas

Kamis 21 Agu 2025, 16:38 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Bandung tak pernah kehabisan energi kreatif. Kota ini bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh.

Di antara komunitas streetwear yang makin berani tampil beda, muncul sosok Adi Wardana, seorang disk jockey asal Kota Bandung yang menjadikan sneaker sebagai bagian dari identitas dan narasi hidupnya.

“Sneaker itu bukan cuma soal gaya, tapi soal karakter. Gue DJ, jadi penampilan itu penting. Sepatu bisa jadi pembuka obrolan, bisa jadi statement," ujar Adi saat ditemui usai berburu sneaker.

Sejak mulai mengoleksi sneaker pada 2016, Adi telah mengumpulkan lebih dari 70 pasang sepatu dari berbagai merek ternama. Mulai dari Nike, Adidas, New Balance, hingga rilisan lokal seperti Sepatu Compass dan Saint Barkley. Ia tak hanya membeli, tapi juga mengkurasi, memilih sepatu berdasarkan desain, kenyamanan, dan cerita di baliknya.

Budaya sneaker di Bandung berkembang seiring dengan pengaruh tren global seperti hypebeast, yang mulai meresap ke komunitas musik, skate, dan fashion sejak pertengahan 2010-an. Menurut riset dari Universitas Telkom, tren ini dipicu oleh maraknya event musik, media sosial, dan kolaborasi antara brand lokal dengan figur publik.

“Dari dulu kalau ngincer sneaker terbaru itu sampai bisa ke Singapura, Hongkong, Cina. Buat dapetin artikel sepatu yang jarang keluar atau gak ada di Indonesia,” ungkap Adi.

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ia menyebut pengalaman berburu sneaker sebagai bagian dari petualangan personal yang tak tergantikan. Salah satu momen paling berkesan adalah saat ia berhasil mendapatkan Nike Air Jordan edisi monokrom.

“Rela antre panjang banget. Sepatu ini solnya kuat, bisa tahan lima tahun. Harganya Rp 1.450.000, itu harga retail. Tapi banyak yang jual lagi dua kali lipat,” jelasnya.

Fenomena resale sneaker memang menjadi bagian dari ekosistem hypebeast. Namun, Adi sendiri tidak terlalu memikirkan nilai jual kembali.

“Saya beli buat dipakai sendiri. Tapi kali ini beli buat istri. Emang udah niat mau beliin, biar nanti kalau mau nambah koleksi diizinin,” katanya sambil tersenyum.

Meski tak punya anggaran khusus, Adi selalu menyisihkan waktu dan tenaga untuk berburu sneaker. “Kadang harus nabung dulu, kadang nekat. Tapi kalau udah nemu yang cocok, rasanya puas banget,” tuturnya.

Baginya, sneaker bukan sekadar benda koleksi, tapi arsip perjalanan. Setiap pasang punya cerita, dari antrean panjang, perburuan daring, hingga momen saat sepatu itu pertama kali dipakai di panggung.

“Saya suka sepatu yang punya narasi. Misalnya rilisan yang terinspirasi dari budaya tertentu atau kolaborasi dengan musisi,” ujarnya.

Bandung sendiri menjadi rumah bagi brand lokal yang berani tampil beda. Mereka tak hanya menjual produk, tapi juga membangun komunitas dan gaya hidup yang resonan dengan generasi muda.

Kota Bandung bukan hanya rumah bagi musisi, seniman, dan desainer, tapi juga menjadi ekosistem subur bagi budaya sneaker yang terus tumbuh. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Adi pun melihat sneaker sebagai medium untuk menyampaikan karakter dan filosofi hidup. “Gue percaya gaya itu bukan soal mahal atau langka, tapi soal jujur sama diri sendiri. Sepatu yang gue pilih harus bisa mewakili itu,” katanya.

Ketika ditanya soal sepatu impian, Adi menyebut Nike SB Dunk “Paris” rilisan langka yang kini bernilai ratusan juta rupiah. “Itu sepatu seni. Kalau punya, gue simpan buat diwariskan,” ujarnya.

Di tengah tren yang terus berubah, Adi tetap konsisten dengan prinsipnya yakni memilih sepatu yang punya makna. Ia tak tertarik mengikuti hype semata, melainkan membangun koleksi yang bisa bercerita.

“Sneaker itu bukan soal gaya, tapi soal perjalanan. Setiap pasang punya cerita, dan gue ingin terus menulis cerita itu lewat langkah gue,” ujar Adi.

Alternatif link pembelian produk serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/3VaF623oPa
  2. https://s.shopee.co.id/VwdWhoWZe
  3. https://s.shopee.co.id/7fPo3ztGfR
Tags:
sepatuKota Bandunghypebeaststreetwearkomunitassneaker

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor