Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Bandros Bandung, Wisata Kota yang Menghidupkan Cerita dan Ekonomi Lokal

Senin 06 Okt 2025, 20:33 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Kalau kamu berkunjung ke Bandung dan melihat sebuah bus berwarna cerah melintas pelan di tengah keramaian kota, jangan heran kalau anak-anak sekolah tiba-tiba berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangan penuh semangat. Warga pun ikut tersenyum, menyambut para penumpang yang duduk di dalam bus seperti tamu kehormatan. Itulah Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan.

Perjalanan bersama Bandros bukan sekadar naik kendaraan. Namu juga pengalaman menyusuri sejarah, budaya, dan denyut kehidupan Kota Bandung dari balik jendela yang terbuka lebar. Penumpang diajak melihat sisi lain kota yang mungkin tak sempat dijelajahi dengan kendaraan pribadi. Dari bangunan kolonial di Jalan Braga hingga taman-taman kota yang menyimpan jejak perjuangan, semuanya dikemas dalam satu jam perjalanan yang penuh warna.

Bandros, singkatan dari Bandung Tour on Bus, pertama kali diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung pada tahun 2014. Saat itu, bus ini hadir dengan desain double decker yang langsung mencuri perhatian wisatawan. Kini, meski hanya tersisa satu dek, semangat dan daya tariknya tetap utuh. Bahkan, jumlah penumpang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Nama Bandros sendiri diambil dari jajanan khas Sunda berbahan dasar kelapa. Pilihan nama ini bukan tanpa alasan. Selain mudah diingat, ia memberi sentuhan lokal yang hangat dan mengundang senyum. Bandros bukan hanya kendaraan, tapi juga simbol kreativitas dan keramahan Bandung sebagai kota wisata.

Setiap harinya, Bandros mengangkut wisatawan dari berbagai daerah. Rutenya meliputi titik-titik ikonik seperti Gedung Sate, Museum Geologi, Taman Dewi Sartika, hingga Jalan Asia Afrika. Sepanjang perjalanan, penumpang dipandu oleh pramuwisata yang tak pernah kehabisan cerita. Mereka membawakan sejarah kota dengan gaya santai, kadang diselingi lagu-lagu daerah yang membuat suasana makin meriah.

Seperti yang dialami oleh tiga sahabat asal Makassar yakni Ulfia, Tami, dan Widia, yang sengaja datang ke Bandung demi menjajal Bandros. “Awalnya, kita kepo karena setiap kali ke Bandung ada mobil yang kayak gini. Penasaran kan. Dan kebetulan sekarang lagi di Bandung jadi kita sengajain deh dateng buat naik Bandros,” seru Tami saat berbincang dengan Ayobandung.

Selama perjalanan, mereka larut dalam keseruan. “Tadi pas nyanyi-nyanyi itu seru banget. Meskipun ada beberapa lagu kita gak hafal karena pake bahasa Sunda tapi pas lagu 'Halo-Halo Bandung' kita ikut. Maklum bukan asli orang Sunda. Tapi pas udah naik ini kita jadi tau jalan-jalan kota Bandung, sejarahnya kayak gimana, terus ketemu warga-warga yang lain juga,” tambah Tami, yang dibenarkan oleh kedua temannya.

Momen-momen seperti ini menjadi daya tarik utama Bandros. Penumpang bukan hanya diajak melihat, tapi juga merasakan. Mereka berinteraksi dengan warga, bernyanyi bersama, bahkan kadang disambut dengan lambaian tangan dari anak-anak sekolah yang berdiri berjajar di pinggir jalan. Ada semacam koneksi emosional yang terbangun di sepanjang perjalanan.

Pramuwisata yang mendampingi pun punya peran penting. Dengan gaya tutur yang hangat dan penuh semangat, mereka membawakan kisah-kisah Bandung dari masa ke masa. Dari asal-usul nama jalan hingga cerita perjuangan di balik bangunan tua, semuanya disampaikan dengan cara yang membuat penumpang merasa seperti sedang diajak ngobrol oleh teman lama.

Bandros, bus wisata keliling kota yang sejak pertama kali hadir, selalu membawa cerita dan keceriaan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Di balik suasana riang itu, Bandros juga menyimpan cerita bisnis yang menarik. Dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung, Bandros menjadi contoh nyata kolaborasi antara pemerintah dan swasta dalam membangun ekosistem wisata kota. Skema ini memungkinkan operasional Bandros tetap berjalan tanpa membebani APBD secara penuh.

Dampaknya pun terasa hingga ke sektor ekonomi mikro. Pedagang kaki lima, toko oleh-oleh, dan destinasi yang dilewati Bandros ikut merasakan limpahan wisatawan. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, kunjungan wisatawan domestik meningkat 12% sejak Bandros aktif beroperasi di rute strategis. Data ini menunjukkan bahwa transportasi wisata bisa menjadi penggerak ekonomi lokal.

Bandros juga membuka peluang kerja kreatif. Pramuwisata yang bertugas bukan hanya pemandu, tapi juga storyteller yang membentuk pengalaman. Pemerintah kini tengah merancang pelatihan dan sertifikasi khusus bagi pramuwisata Bandros agar kualitas layanan semakin profesional. Ini menjadi langkah penting dalam membangun wisata berbasis pengalaman yang berkelanjutan.

Dengan tarif sangat terjangkau, Bandros menawarkan pengalaman yang terjangkau namun berkesan. Tak heran jika bus ini selalu penuh, terutama di akhir pekan dan musim liburan. Bahkan, pada perayaan HUT RI 17 Agustus 2025 lalu, Bandros mencatat rekor 1.962 penumpang dalam satu hari, angka yang menunjukkan betapa besarnya antusiasme masyarakat terhadap wisata keliling kota.

Namun, tantangan tetap ada. Perawatan armada, konsistensi layanan, dan kemacetan kota menjadi isu yang harus dihadapi. Pemerintah Kota Bandung terus berupaya memperluas rute dan meningkatkan kualitas layanan. Ada wacana integrasi Bandros dengan hotel-hotel dan platform digital agar bus ini bisa menjadi bagian dari paket tur terpadu.

Jika ini terwujud, Bandros bisa menjadi tulang punggung wisata urban yang ramah lingkungan dan edukatif. Sebuah langkah maju untuk menjadikan Bandung sebagai kota wisata yang inklusif dan berkelanjutan. Bahkan, potensi replikasi Bandros ke kota-kota lain di Indonesia mulai dilirik sebagai model transportasi wisata yang bisa diwaralabakan.

Bagi wisatawan, Bandros menawarkan sesuatu yang tak bisa digantikan oleh kendaraan pribadi, yakni interaksi sosial dan pengalaman kolektif. Di dalam bus, setiap penumpang menjadi bagian dari cerita. Mereka bukan hanya melihat Bandung, tapi juga merasakannya, dari lambaian tangan warga hingga nyanyian bersama pramuwisata.

Dan bagi Tami serta kedua rekannya, pengalaman ini begitu berkesan hingga mereka berjanji akan kembali. “Nanti pasti ke Bandung lagi. Kita bakal naik lagi Bandros. Tapi bukan cuman kita bertiga aja. Nanti bakal ajak keluarga yang lain juga. Biar lebih rame,” ujar Tami.

Alternatif kuliner Bandung atau produk UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/5L34vNw8j9
  2. https://s.shopee.co.id/2B639bgrMu
  3. https://s.shopee.co.id/8pcx5sz0Md
Tags:
ekosistem wisata kotawisatawanBandung Tour on BusBandrosbus wisata

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor