Bandung dari Lensa Kamera: Sarae Hills dan Fenomena Wisata Instagrammable

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Minggu 07 Sep 2025, 14:14 WIB
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Bandung tak pernah kehabisan cara untuk memikat hati para pelancong. Di tengah geliat tren wisata kekinian, kawasan Punclut menjelma menjadi destinasi favorit bagi para pemburu spot foto estetik. Panorama alam yang memesona berpadu dengan kreativitas desain ruang menjadikan kawasan ini bukan sekadar tempat liburan, tapi juga panggung visual yang menggoda lensa kamera.

Dalam beberapa tahun terakhir, wisata swafoto telah menjadi fenomena sosial yang tak bisa diabaikan. Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, menjadikan estetika visual sebagai bagian penting dari pengalaman berwisata. Di sinilah Sarae Hills hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan destinasi yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable.

Terletak sekitar lima kilometer dari Jalan Ir. H. Djuanda (Dago), Sarae Hills menawarkan paket lengkap untuk berlibur, yakni kuliner, rekreasi, dan tentu saja, spot foto yang memanjakan mata. Kawasan ini merupakan hasil rebranding dari Lereng Anteng yang mulai beroperasi sejak 2016. Nama "Sarae" sendiri diambil dari bahasa Sunda yang berarti "bagus-bagus", menegaskan identitas lokal yang tetap dijaga.

“Cikal bakal Sarae Hills ini dari Lereng Anteng. Kami resmi rebranding pada Agustus 2019 karena ingin menunjukkan kedekatan dengan unsur Sunda dan menjaga nilai kelokalan,” ujar General Manager Sarae Hills, Krisyandi Nugraha Pratama.

Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Sarae Hills bukan sekadar satu tempat, melainkan kawasan wisata terpadu yang terdiri dari enam mitra usaha di antaranya Boda & Tafso Barn, Lereng Anteng Panoramic Coffee, De Blankon, Dago Bakery, Cakrawala Sparkling Nature Restaurant, dan d’Dieuland. Masing-masing memiliki karakter unik yang menjadikannya surga bagi para pencinta konten visual.

Dari segi desain, setiap venue di Sarae Hills mengusung konsep yang berbeda, mulai dari rustic, futuristik, hingga fantasi ala negeri dongeng. Cakrawala Sparkling Nature, misalnya, menghadirkan dinding biru terang dengan replika ikan yang tampak berenang, serta kolam air di atap yang memantulkan cahaya seolah berada di dalam ruangan bawah laut.

Tak kalah menarik, ada lorong bintang berupa koridor gelap bertabur lampu-lampu kecil yang menyerupai rasi bintang. Saat malam tiba, atap berlubang di area makan menyala dan menciptakan suasana magis yang sulit dilupakan. Spot ini menjadi favorit bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi makan malam di bawah galaksi.

Bagi yang menyukai nuansa dongeng, replika kastil dengan atap kerucut dan jembatan dramatis menjadi latar sempurna untuk berfoto. Desainnya yang megah dan detail membuat pengunjung merasa seperti berada di dunia fantasi, lengkap dengan sentuhan romantis dan mistis.

Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Krisyandi menyarankan waktu terbaik untuk berswafoto adalah pagi hari, saat suasana masih sepi dan cahaya alami mendukung hasil foto yang maksimal. Namun, bagi pencinta senja, sore hari juga menjadi waktu ideal karena lampu-lampu mulai menyala dan menciptakan efek visual yang memukau.

“View paling bagus itu ada di venue Galaxy (Cakrawala Sparkling Nature), Dago Bakery, dan Boda & Tafso Barn. Interior dan eksteriornya banyak bermain dengan konsep lighting. Jumlah kunjungan saat weekend bisa mencapai 1.000 kendaraan, mayoritas dari luar kota,” jelas Krisyandi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tren wisata kini tak lagi hanya soal relaksasi, tapi juga soal ekspresi diri. Spot foto menjadi daya tarik utama yang mampu mendongkrak kunjungan, terutama dari wisatawan muda yang menjadikan media sosial sebagai album perjalanan mereka.

Dari sisi bisnis, Sarae Hills membuktikan bahwa integrasi antara estetika, kuliner, dan rekreasi bisa menjadi formula sukses. Rencana pengembangan ke depan pun tak main-main, dari mulai hotel, amphitheater, glamping, jembatan kaca, hingga danau buatan siap melengkapi kawasan ini.

Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Sarae Hills destinasi wisata yang tidak hanya indah, tapi juga Instagrammable. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Dengan konsep “nonstop leisure”, Sarae Hills berambisi menjadi destinasi wisata yang tak hanya hits sesaat, tapi juga berkelanjutan. Keberadaan enam mitra usaha yang saling melengkapi menjadikan kawasan ini sebagai ekosistem wisata yang dinamis dan adaptif terhadap tren.

Di era digital, destinasi wisata seperti Sarae Hills menjadi bukti bahwa visual adalah segalanya. Bukan hanya soal keindahan, tapi juga soal bagaimana tempat itu bisa “bercerita” lewat foto. Dan Bandung, dengan segala kreativitasnya, terus menjadi panggung utama bagi tren wisata swafoto yang tak pernah padam.

“Kami ingin Sarae Hills menjadi tempat yang bisa dinikmati semua kalangan, dari keluarga hingga anak muda. Kami percaya, wisata bukan hanya soal tempat, tapi juga soal pengalaman dan cerita yang dibawa pulang,” tutup Krisyandi.

Informasi Sarae Hills

Instagram: https://www.instagram.com/sarae.hills

Alternatif kebutuhan berwisata dan produk UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/3Vag3s9U9h
  2. https://s.shopee.co.id/6AbREvDVG9
  3. https://s.shopee.co.id/8fImDbNtc1
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 23 Okt 2025, 19:34 WIB

Perelek, Kosakata Jadul yang Timbul Lagi

Perelek, sebuah kata jadul yang nyaris tenggelam ditelan zaman, belakangan ini ramai lagi dibicarakan di sosial media.
Dedi Mulyadi. (Sumber: Dok. DSDA Jabar)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 18:40 WIB

Sejarah Tol Cipularang, Jalan Cepat Pertama ke Bandung yang Dibangun dari Warisan Krisis

Sejarah Tol Cipularang dari proyek gagal era 1990-an hingga simbol konektivitas Jakarta–Bandung. Penuh kisah krisis, pembangunan, dan mitos Gunung Hejo.
Tol Cipularang. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 18:31 WIB

Diskriminasi Kelompok Minoritas oleh Muslim di Indonesia, Memahami Teori Identitas dan Persepsi Sosial

Membedah fenomena sosial ironis, yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat sosial Indonesia.
Ilustrasi ruangan dalam gereja. (Sumber: Unsplash/Kaja Sariwating)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 17:49 WIB

I'ie Sumirat Legenda Bulutangkis Indonesia dari Bandung

I’ie Sumirat lahir di Bandung pada 15 November 1950 dan mulai menekuni bulutangkis sejak masa remaja.
Pada tahun 1976, puncak karier I’ie Sumirat tercapai saat ia berhasil menjuarai All England bersama pasangannya. (Sumber: Instagram/Badminton Indonesia)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 16:18 WIB

Hikayat Komplotan Bandit Revolusi di Cileunyi, Sandiwara Berdarah Para Tentara Palsu

Kabut malam menutup jejak empat bandit berseragam. Dari Cileunyi hingga Rancaekek, tragedi itu jadi legenda kelam Bandung era revolusi tahun 1950-an.
Ilustrasi truk melintasi jalanan Cileunyi, Bandung, tahun 1950-an.
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 15:27 WIB

Dalam Budaya Ketimuran, Komunitas LGBT malah Berkembang, Apa Penyebabnya?

LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang?
LGBT sudah semakin banyak ditemui di dunia. Bagaimana bisa, hal yang pernah tabu itu menjadi normal di masa sekarang? (Sumber: Pexels/Alexander Grey)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 13:10 WIB

Bandung Menawan, Bandung Siaga: Belajar Hidup Selaras dengan Alam

Di balik keindahan dan kreativitasnya, Bandung belajar menata diri, bukan sekadar untuk tampil menawan.
Jalan Asia-Afrika, Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Raka Miftah)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 11:31 WIB

Hikayat Kaum Sarungan

Santri adalah peneguh nilai, penjaga moral bangsa, dan penggerak perubahan sosial.
Kampanye pakai sarung dengan fashion show di jalanan yang dilakukan oleh pecinta budaya di Semarang. Diperingati 3 Maret, sarung punya sejarah panjang. (Sumber: Ayo Semarang.com | Foto: Audrian Firhannusa)
Ayo Jelajah 23 Okt 2025, 11:21 WIB

Dari Barak Tentara ke Istana, Sejarah Mobil Maung Pindad Buatan Bandung

Dari bengkel kecil di Bandung hingga jadi mobil dinas pejabat, Maung buatan Pindad berubah dari kendaraan tempur jadi simbol nasionalisme baru.
Deretan kendaraan khusus Maung MV 3 Produksi PT Pindad di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 10:10 WIB

Seperti Surabaya, Bandung Harus Belajar Atasi Limbah Popok dan Pembalut

Surabaya telah berhasil menjadi kota berkelanjutan karena upayanya dalam menghijaukan lingkungan.
Ilustrasi popok bayi. (Sumber: Pexels/Emma Bauso)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 08:57 WIB

Sore: Istri Dari Masa Depan, Cinta yang Terjebak dalam Putaran Waktu

Yandy Laurens selaku sutradara mengemas film "Sore: Istri Dari Masa Depan" dengan konsep time loop atau perjalanan lintas waktu.
Poster film Sore: Istri dari Masa Depan. (Sumber: Instagram/sheiladaisha)
Ayo Netizen 23 Okt 2025, 07:50 WIB

Kliwon dan Komposisi Instrumen Sorawatu

Komposisi kliwon disepakati sebagai proses mengheningkan cipta pada semesta.
 (Foto: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 21:06 WIB

Setahun Pendidikan Bermakna, Menanam Peradaban Lewat Tindakan Nyata

Menyoroti langkah Kemendikdasmen dalam membangun peradaban melalui kebijakan yang berdampak nyata bagi generasi muda.
Foto mengajar di SD Tewang Kadamba, Kalteng. (Foto: Eka)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 20:30 WIB

Membangun Wisata yang Tak Merusak tapi Menghidupkan Alam dan Budaya Lokal

Di tengah tekanan kerja dan digitalisasi, banyak orang mencari pelarian ke alam. Tapi bukan sekadar alam liar, mereka menginginkan pula kenyamanan, estetika, dan pengalaman.
Di tengah gempuran wisata urban dan digital, LGE tetap mengusung semangat pelestarian budaya lokal Sunda, mulai dari nama tempat, makanan tradisional, hingga permainan rakyat. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 20:10 WIB

Enam Akar Asal-usul Agama

Jauh sebelum berdiri gereja, kuil, atau masjid, manusia telah lebih dulu menatap langit, gunung, petir, dan kematian dengan perasaan yang campur aduk.
The Histomap of Religion: The Story of Man’s Search for Spiritual Unity (John B. Sparks, 1952) (Sumber: UsefulCharts, https://www.youtube.com/watch?v=5EBVuToAaFI) | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 19:17 WIB

Gastrokolonialisme: Pelajaran Pangan dari Hawaii untuk Indonesia

Tanpa kita sadari justru kita masih dijajah secara halus lewat orientasi pangan lokal yang semakin tergantikan dengan kampanye makanan olahan
Mengutip dari Sebumi, sebab pada akhirnya  perjuangan melawan kelaparan bukan sekedar mengisi perut, melainkan mengembalikan martabak di meja makan kita sendiri (Sumber: Freepik)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 18:44 WIB

Pasar Syariah Belum Kompetitif? Begini Tantangan dan Solusi Investasi Islam di Indonesia

Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar.
Dengan mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, potensi pengembangan instrumen keuangan yang sesuai prinsip syariah dinilai sangat besar. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 17:04 WIB

Review Anime 'Chainsaw Man The Movie: Reze Arc', Romantisme dan Aksi dalam Visual Memukau

Film animasi produksi studio MAPPA yaitu "Chainsaw Man The Movie: Reze Arc" mengguncang layar lebar dengan cerita dan visual yang bagus.
Poster film Chainsaw Man The Movie: Reze Arc (Sumber: imdb.com)
Ayo Biz 22 Okt 2025, 16:31 WIB

Gowes Bukan Gaya-gayaan: Sepeda Bisa Jadi Solusi Urban Sustainability di Bandung

Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata.
Tren bersepeda yang semula dianggap gaya-gayaan kini mulai menunjukkan potensi sebagai solusi urban sustainability yang nyata. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 22 Okt 2025, 15:31 WIB

Bandung dan Paradoks Kota Hijau: Potensi Besar yang Belum Tergarap

Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau.
Bandung, kota kreatif dengan sejuta potensi, kini berhadapan dengan paradoks hijau. (Sumber: Unsplash/Ikhsan Assidiqie)