AYOBANDUNG.ID -- Antusiasme anak muda Bandung terhadap boneka desainer bukan lagi sekadar hobi koleksi. Namun telah menjelma menjadi gaya hidup yang menggabungkan seni, estetika, dan dorongan psikologis untuk tidak ketinggalan tren.
Figur mungil seperti SKULLPANDA, Labubu, dan The Monsters kini menghiasi rak-rak pribadi, studio kreatif, hingga feed media sosial, menjadi simbol ekspresi diri yang tak terpisahkan dari generasi visual.
Tren ini semakin menguat dengan hadirnya POP MART secara resmi di Bandung pada akhir Agustus 2025 lalu. Brand asal Tiongkok yang dikenal sebagai pionir global dalam budaya mainan desainer itu membuka gerai barunya di 23 Paskal, menghadirkan pengalaman ritel imersif yang langsung menyulut gelombang perburuan koleksi.
Namun, lebih dari sekadar pembukaan toko, momen ini menandai titik balik tren koleksi di kota kreatif ini. FOMO alias Fear of Missing Out menjadi bahan bakar utama di balik euforia tersebut. Di era digital, di mana setiap rilisan terbatas bisa viral dalam hitungan menit, keinginan untuk āikut memilikiā menjadi dorongan yang kuat.
POP MART memanfaatkan dinamika ini dengan strategi rilisan eksklusif, blind box misterius, dan karakter-karakter yang memiliki narasi visual kuat. Bandung, dengan karakter masyarakatnya yang ekspresif dan terbuka terhadap tren global, menjadi ladang subur bagi budaya koleksi ini.

Gaya hidup estetik yang lekat dengan anak muda kota ini membuat boneka desainer bukan hanya dikoleksi, tapi juga dipamerkan sebagai bagian dari identitas visual. Setiap figur menjadi representasi emosi, gaya, dan bahkan alter ego pemiliknya.
āPOP MART bukan hanya menjual produk, tapi menghadirkan dunia karakter yang bisa dirasakan langsung. Kami melihat Bandung sebagai kota yang sangat cocok untuk tumbuh bersama komunitas kreatif," ungkap perwakilan POP MART Indonesia, Christin Natalia dalam pernyataan resminya saat peresmian toko Bandung.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. Instalasi SKULLPANDA The Paradox takeover yang digelar di 23 Paskal, menjadi bukti nyata pendekatan POP MART terhadap pengalaman. Pengunjung diajak menjelajahi dunia SKULLPANDA melalui aktivitas interaktif, showcase koleksi, dan spot foto estetik yang dirancang untuk memicu interaksi digital.
Strategi ini sejalan dengan perilaku konsumen muda yang menjadikan pengalaman sebagai bagian dari konsumsi. Mereka tidak hanya membeli, tapi juga mengabadikan, membagikan, dan membangun narasi personal dari setiap koleksi.
POP MART menjawab kebutuhan ini dengan menghadirkan rilisan seperti MEGA SKULLPANDA 1000% Van Gogh Museum Sunflowers dan THE MONSTERS Pin for Love Series Letter pendant blind box, dua item yang langsung menjadi incaran sejak hari pertama.

Boneka desainer kini bukan lagi produk niche. Ia telah menjadi bagian dari arus utama gaya hidup urban yang menggabungkan seni, komunitas, dan psikologi sosial. Di Bandung, tren ini menemukan ekosistemnya, mulai dari komunitas kreatif, ruang publik yang mendukung ekspresi visual, dan generasi muda yang menjadikan koleksi sebagai bentuk eksistensi.
āKami ingin terus mendukung komunitas kreatif di Bandung untuk tumbuh bersama kami," pungkas Christin.
Pernyataan itu sedianya menjadi sebuah komitmen yang membuka kemungkinan kolaborasi lokal, ekspansi karakter, dan penguatan budaya koleksi sebagai bagian dari identitas generasi baru.
Dengan ritme yang semakin cepat dan rilisan yang semakin eksklusif, tren berburu boneka desainer di Bandung diprediksi akan terus berkembang.
FOMO bukan lagi sekadar rasa takut ketinggalan, tapi telah menjadi gaya hidup yang mendorong kreativitas, koneksi sosial, dan pencarian makna dalam bentuk paling visual.
Informasi POP MART
Instagram: https://www.instagram.com/popmartid
Link pembelian koleksi resmi POP MART: