AYOBANDUNG.ID -- Bandung, kota yang dikenal dengan kreativitas dan semangat komunitasnya, kini juga menjadi barometer gaya hidup sehat di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, geliat olahraga, khususnya lari, mengubah wajah kota menjadi lebih aktif dan sadar kesehatan. Dari taman kota hingga jalur pegunungan, warga Bandung semakin gemar bergerak, berlari, dan menjaga kebugaran.
Fenomena ini tak lepas dari peran teknologi wearable yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas olahraga. Smartwatch, fitness tracker, dan perangkat pemantau kesehatan lainnya bukan lagi sekadar aksesori, melainkan alat bantu yang mendukung transformasi gaya hidup.
Menurut data Garmin Connect, aktivitas lari di Indonesia meningkat lebih dari 65 persen sepanjang 2024. Bandung menjadi salah satu kota dengan pertumbuhan komunitas pelari tercepat, didorong oleh berbagai event seperti Pocari Sweat Run hingga puluhan fun run lokal yang digelar hampir setiap bulan. Sepanjang tahun lalu, tercatat lebih dari 257 event lari di Indonesia, dengan dominasi peserta dari kalangan Gen Z dan milenial.
Teknologi wearable hadir sebagai solusi praktis untuk memantau progres kesehatan secara real-time. Fitur seperti pemantauan detak jantung, VOâ‚‚ Max, kualitas tidur, dan skor stres menjadi daya tarik utama bagi pengguna yang ingin lebih memahami tubuh mereka.
“Dulu olahraga hanya soal keringat, sekarang semua bisa dipantau dan dianalisis,” ujar Chandrawidhi Desideriani dari Garmin Indonesia dalam laporan tren kebugaran 2024.
Di Bandung, tren ini semakin terasa. Komunitas pelari tumbuh pesat, dan gaya hidup aktif menjadi bagian dari identitas urban. Kehadiran berbagai brand wearable pun turut meramaikan ekosistem ini, termasuk Suunto, merek asal Finlandia yang baru saja membuka toko monobrand pertamanya di Bandung.
Meski Suunto dikenal sebagai produsen jam tangan outdoor dan perangkat olahraga, kehadirannya di Bandung lebih dari sekadar ekspansi bisnis. “Kami melihat antusiasme masyarakat Bandung terhadap gaya hidup aktif sangat tinggi. Komunitas pelari dan pecinta outdoor di sini sangat dinamis,” ujar Operational Manager Retail Suunto Indonesia, Beatrick.
Didirikan sejak 1936, Suunto memiliki sejarah panjang dalam mendukung eksplorasi dan aktivitas fisik. Dari kompas manual hingga jam tangan multisport, evolusi teknologi mereka mencerminkan semangat hidup sehat yang terus berkembang. Di Bandung, semangat itu bertemu dengan komunitas yang aktif dan terbuka terhadap inovasi.
Menurut Beatrick, wearable bukan hanya alat ukur, tapi juga motivator. “Saya pribadi pakai Suunto dan bandingkan dengan brand lain. Buat saya, ini motivasi. Saya harap pelanggan juga merasakan hal yang sama,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa data seperti heart rate dan VO₂ Max bukan sekadar angka, tapi cerminan komitmen terhadap kesehatan. “Mulai dulu dari niat sehat. Kalau kurus itu bonus, tapi sehat itu tujuan utama. Semua orang pasti ingin sehat,” tambahnya.
Pernyataan Beatrick ini sedianya mencerminkan semangat yang kini tumbuh di kalangan pengguna wearable, yang menjadikan teknologi sebagai pendamping, bukan pengganti, dalam perjalanan menuju hidup lebih baik.
Data dari BPS dan Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen masyarakat Indonesia kini rutin berolahraga, dengan lari sebagai pilihan utama. Di Bandung, tren ini diperkuat oleh dukungan komunitas, ruang publik yang ramah olahraga, dan akses terhadap teknologi yang relevan.
Kehadiran wearable juga membuka peluang kolaborasi antara brand dan komunitas. Beatrick menyebut bahwa Suunto terbuka terhadap berbagai event lokal, termasuk lari dan aktivitas outdoor lainnya.
“Kami ingin bisa engage dan approach semua komunitas pelari maupun outdoor activity. Brand DNA Suunto memang sangat outdoor dan sports-oriented,” jelasnya.
Meski Suunto memiliki produk dengan berbagai rentang harga, fokus utama mereka di Bandung adalah membangun koneksi dengan komunitas. Dalam acara pembukaan, mereka menghadirkan atlet triathlon dan renang sebagai simbol dukungan terhadap dunia olahraga Indonesia.
Namun, yang paling penting bukan siapa yang memakai, tapi bagaimana teknologi wearable membantu masyarakat menjaga konsistensi dan motivasi. Di tengah kesibukan urban, wearable menjadi pengingat untuk tetap bergerak, beristirahat cukup, dan memahami tubuh sendiri.
Bandung, dengan semangat komunitas dan kreativitasnya, menjadi tempat ideal bagi tumbuhnya tren ini. Teknologi wearable bukan hanya tren global yang mampir, tapi telah menjadi bagian dari gaya hidup lokal yang terus berkembang.
“Kami ingin jadi pendamping dalam setiap langkah menuju hidup sehat. Karena pada akhirnya, wearable bukan hanya soal teknologi, tapi soal komitmen untuk hidup lebih baik," pungkas Beatrick.
Link alternatif pembelian produk wearable atau smartwatch: