AYOBANDUNG.ID -- Di tengah geliat industri kopi Indonesia yang terus tumbuh, nama Cikopi Mang Eko muncul sebagai salah satu pelaku UMKM yang tak hanya bertahan, tapi juga berkembang dengan pendekatan unik dan penuh visi.
Di balik brand ini berdiri sosok Muchtar Koswara, atau yang lebih akrab disapa Mang Eko, seorang pengusaha kopi asal Bandung yang telah menekuni dunia kopi sejak 2016.
Namun, perjalanan Mang Eko jauh lebih panjang dari sekadar sembilan tahun membangun brand. Ia memulai kariernya di industri kopi sejak 2003 sebagai karyawan di salah satu perusahaan kopi terbesar di Indonesia.
“Saya kerja dari 2003 sampai 2011. Delapan tahun itu cukup untuk belajar banyak hal. Akhirnya saya putuskan untuk jalan sendiri,” kenangnya saat berbincang dengan Ayobandung.
Keputusan Mang Eko untuk terjun ke bisnis kopi bukan sekadar mengikuti tren. Ia melihat kopi sebagai komoditas yang tak lekang oleh waktu. “Kopi itu candu, tapi candu yang sehat. Dan karena kopi adalah komoditas, bisnisnya pasti aman. Mau diterjang pandemi pun tetap jalan,” ungkapnya.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Indonesia memiliki luas areal perkebunan kopi sebesar 1,2 juta hektare dengan produksi mencapai 789,6 ribu ton pada 2023. Meski produksi cenderung stagnan, ekspor kopi Indonesia justru meningkat, mencapai 417 ribu ton pada tahun yang sama.
Berbeda dari banyak pelaku UMKM kopi yang fokus pada penjualan langsung ke konsumen, Cikopi Mang Eko memilih jalur B2B. Ia menjadi supplier biji kopi untuk berbagai kafe di Bandung, beberapa kota lain di Indonesia, bahkan hingga Malaysia. “Alhamdulillah, buyer saya sudah lumayan banyak. Sepinya saja bisa satu ton sampai 1,5 ton per bulan,” ungkap Mang Eko.

Meski mayoritas pasarnya masih domestik, Mang Eko telah mulai merambah pasar internasional. Ia menyuplai biji kopi ke dua kafe di Kuala Lumpur dan Malaka dengan volume sekitar 30–40 kilogram per bulan. “Saya fokus dulu ke Asia Tenggara karena pengirimannya lebih mudah,” katanya.
Cikopi Mang Eko menawarkan dua jenis kopi utama yakni jenis Arabika dan Robusta. Keunggulan brand ini terletak pada kelengkapan koleksi biji kopi single origin dari Aceh hingga Papua.
“Kami punya beans lengkap dari seluruh Indonesia. Tapi yang paling laris tetap kopi Jawa Barat seperti Malabar, Halu, Manglayang, dan Palasari,” jelas Mang Eko.
Tak hanya menjual kopi reguler, Mang Eko juga menghadirkan produk eksklusif yang hanya tersedia saat event tertentu. Salah satunya adalah Nano Lot, kopi Arabika terbaik Indonesia tahun 2025. “Beans-nya sangat terbatas, jadi hanya dijual saat event. Kalau enggak ada event, enggak kita jual,” ujarnya.
Selain Nano Lot, Cikopi Mang Eko juga mengangkat kopi dari Gunung Sumbing, Wonoboyo, dan Robustanya dari Ismanggarai. Ia percaya bahwa kopi Jawa Barat memiliki kualitas yang tak kalah dari Gayo atau Toraja. “Dulu nama Jabar kalah pamor, tapi sekarang karena sering ikut event, nama Jabar mulai naik,” katanya optimis.
Harga kopi yang ditawarkan cukup bersaing. Untuk produk reguler, dibanderol antara Rp45.000 hingga Rp90.000 per 200 gram. Sedangkan kopi spesial event seperti Nano Lot dijual seharga Rp150.000 per 200 gram. “Kami tetap jaga kualitas, meski harganya masih terjangkau,” tambahnya.
Dalam hal suplai, Mang Eko menjalin kerja sama langsung dengan kelompok tani di Jawa Barat seperti Puntang, Papandayan, dan Cikurai. Untuk biji kopi dari luar Jawa Barat, ia mengambil dari supplier besar di Jakarta. “Kami pastikan kualitasnya tetap terjaga, baik dari petani langsung maupun supplier,” jelasnya.

Menariknya, Cikopi Mang Eko tidak mengandalkan iklan untuk promosi. Mang Eko memilih pendekatan edukatif sebagai strategi branding. “Saya membranding Cikopi Mang Eko sebagai tempat edukasi kopi gratis. Siapa pun bisa datang belajar manual brew, espresso, semua gratis,” tuturnya.
Dengan tiga mesin roasting dan kapasitas produksi hingga enam ton per bulan, Mang Eko masih memiliki ruang besar untuk ekspansi. Ia kini tengah belajar menembus pasar ekspor yang lebih luas. “Saya sempat ke Taiwan dan Singapura, bahkan ikut event di Texas, AS. Sekarang masih follow up buyer dari sana,” katanya.
Menurut data Kadin dan Kementerian Pertanian, konsumsi kopi domestik Indonesia diproyeksikan menurun dari 379 ribu ton pada 2022 menjadi 361 ribu ton pada 2026. Sebaliknya, ekspor kopi diprediksi meningkat hingga 427 ribu ton pada 2026, menunjukkan peluang besar bagi pelaku usaha seperti Mang Eko untuk menembus pasar global.
Meski 95 persen konsumennya adalah B2B, Mang Eko tetap membuka peluang untuk B2C meski porsinya kecil. Ia percaya bahwa edukasi adalah kunci untuk memperluas pasar dan meningkatkan apresiasi terhadap kopi lokal. “Masih banyak orang belum teredukasi tentang kopi. Itu yang ingin saya ubah,” ujarnya.
Ia juga aktif mengikuti berbagai event kopi, baik lokal maupun internasional, sebagai strategi untuk memperkenalkan kopi Jawa Barat ke dunia. “Saya ingin kopi Jabar dikenal lebih luas. Sekarang sudah mulai naik, tapi masih perlu dorongan,” katanya.
Perjalanan Mang Eko bersama Cikopi Mang Eko adalah bukti bahwa bisnis kopi bukan sekadar soal rasa, tapi juga tentang visi, edukasi, dan keberlanjutan. Ia berharap brand-nya bisa terus tumbuh dan memberi dampak positif bagi komunitas kopi di Indonesia.
“Harapannya, saya bisa lebih besar lagi dan bisa lebih mengedukasi lebih banyak orang tentang kopi,” pungkas Mang Eko.
Informasi Cikopi Mang Eko
Alamat Jalan Golf Dalam No.2 Blok G, Cisaranten Bina Harapan, Kec. Arcamanik, Kota Bandung
Instagram: https://www.instagram.com/cikopimangeko
Alternatif produk kopi dan UMKM Serupa: