AYOBANDUNG.ID -- Ketika bisnis keluarga bertemu dengan semangat generasi baru, lahirlah sesuatu yang lebih dari sekadar usaha kuliner.
Bagi Sensen Mutia, melanjutkan jejak ibunya bukan hanya soal meneruskan resep camilan khas Bandung, tapi tentang mengubah cara berjualan, membangun merek, dan menjangkau pasar yang lebih luas.
Dari dapur rumah hingga platform digital, Cemmata Carmine menjadi bukti bahwa warisan bisa tumbuh menjadi inovasi. Berbasis di Banjaran, Kabupaten Bandung, Cemmata Carmine menawarkan berbagai camilan khas Sunda seperti dorokdok, seblak kering, cilok, hingga bakso ikan.
Produk-produk ini bukan hanya menggugah selera, tapi juga membawa cerita tentang ketekunan dan adaptasi di tengah perubahan zaman.
Nama Cemmata Carmine resmi diperkenalkan pada akhir 2023, dengan tagline “Cemerlang Enaknya.” Meski baru berjalan sekitar dua tahun, brand ini sudah mulai dikenal di kalangan pecinta camilan lokal. Di balik nama yang unik, tersimpan harapan besar untuk membawa produk rumahan ke panggung yang lebih profesional.
“Sebenarnya saya cuma nerusin usaha ibu. Ibu saya sudah biasa jualan camilan, walaupun basic-nya di catering. Tapi karena pesanan hajatan itu jarang-jarang, saya pikir kenapa nggak dikembangkan aja,” jelas Sensen kepada Ayobandung.

Langkah awal Sensen dalam dunia UMKM dimulai setelah kontraknya di industri restoran berakhir. Pengalaman kerja di sektor F&B memberinya bekal tentang kualitas produk dan pelayanan, namun tantangan sesungguhnya datang saat ia harus membangun bisnis dari nol.
“Momennya pas banget. Habis kontrak kerja, dan saya memang udah kepikiran buat bantu ibu. Saya pengin bisnis ini nggak cuma jalan di pasar tradisional, tapi juga bisa dikenal di online,” katanya.
Pandemi Covid-19 menjadi titik refleksi bagi banyak orang, termasuk Sensen. Ia melihat UMKM sebagai sektor yang sedang naik daun dan penuh potensi.
"After Covid, saya mulai kepikiran. Kayaknya buka usaha tuh lagi dilirik banget. Awalnya coba-coba, tapi pas udah terjun, ternyata ketagihan,” ungkapnya.
Meski semangatnya tinggi, tantangan tetap datang silih berganti. Salah satu yang paling terasa adalah penurunan daya beli masyarakat. “Sekarang tuh tantangannya di daya beli. Banyak pengusaha baru yang bawa inovasi makanan, jadi persaingan makin ketat,” ujarnya.
Untuk menyiasati kondisi tersebut, Sensen aktif mempromosikan produknya lewat media sosial, mengikuti tren, dan memanfaatkan momen-momen spesial untuk branding.
"Kemarin pas Agustusan, saya adain lomba dan kasih hadiah. Sekalian ngenalin produk dan bangun brand,” jelasnya.
Strategi promosi yang dilakukan Sensen tak hanya soal menjual, tapi juga membangun kedekatan dengan pelanggan. Ia kerap memberikan gift kecil sebagai bentuk apresiasi dan menjaga loyalitas konsumen.
“Saya percaya, usaha itu bukan cuma soal jualan, tapi juga soal hubungan,” katanya.
Cemmata Carmine kini mulai dikenal di kalangan pecinta camilan khas Bandung. Produk-produk seperti seblak kering dan dorokdok menjadi favorit, terutama karena rasanya yang autentik dan kemasannya yang menarik.
"Saya pengin produk ini dikenal luas, bukan cuma di Banjaran, tapi juga di luar daerah,” harap Sensen.
Di balik setiap kemasan camilan, tersimpan cerita tentang perjuangan, adaptasi, dan cinta seorang anak terhadap warisan ibunya. Cemmata Carmine menjadi simbol keberlanjutan dan transformasi lokal.
Dengan semangat yang tak padam, Sensen terus melangkah, menghadapi tantangan dan merangkul peluang. Ia percaya bahwa UMKM bukanlah usaha kecil, melainkan fondasi ekonomi yang kuat jika dikelola dengan hati dan strategi.
“Harapan saya, semoga Cemmata Carmine makin dikenal, makin berkembang, dan daya beli masyarakat juga ikut meningkat seiring membaiknya ekonomi di situasi seperti saat ini,” tutup Sensen.
Altenatif produk kuliner dan UMKM serupa:
• https://s.shopee.co.id/5VLT9mWETh