AYOBANDUNG.ID -- Langkah pertama Ida Nuraida dalam dunia usaha bukanlah hasil perencanaan matang, melainkan dorongan hati seorang ibu yang ingin membantu suami di tengah masa sulit.
Ketika sang suami jatuh sakit, Ida tak tinggal diam. Ia mulai mencari cara untuk menopang ekonomi keluarga, bermodal keterampilan membuat kue dan semangat yang tak pernah padam.
"“Saya senang bikin kue, dulu jualan di pinggir jalan. Tapi kalau jualan kue di pinggir jalan itu kan risiko ya kadang nggak laku,” kenang Ida saat berbincang dengan Ayobandung.
Kondisi itu membuat Ida berpikir ulang tentang arah usahanya. Inspirasi datang dari kebiasaan anaknya yang tak bisa makan tanpa bawang goreng. Dari situ, lahirlah ide sederhana namun penuh makna yakni membuat bawang goreng sendiri.
Awalnya Ida hanya membuat untuk konsumsi pribadi. Namun, ketika anaknya mulai menawarkan ke teman-teman sekolah, pesanan pun berdatangan.
“Anak saya waktu itu masih SMP. Saya coba tawarkan ke teman-teman, ternyata banyak yang mau, banyak pesanan. Jadilah jualan bawang goreng, ngurusin legalitas segala macam, semua Alhamdulillah udah lengkap,” ujarnya.
Dari dapur rumah, Kaida Bawang Goreng mulai dikenal. Nama Kaida diambil dari nama Ida sendiri, sebagai simbol personal dan komitmen terhadap kualitas.

Produk pertamanya adalah bawang goreng original, dibuat dengan bahan yang biasa digunakan ibu-ibu di rumah. Namun, Ida tak berhenti di situ. Ia mulai memperhatikan kompetitor dan mencari celah untuk berinovasi.
“Saya lihat banyak yang punya variasi. Akhirnya saya coba bikin bawang goreng teri pedas, dan itu jadi unggulan,” katanya.
Varian tersebut kini menjadi best seller, bersanding dengan versi original yang tetap digemari pelanggan setia.
Kaida tak hanya menawarkan rasa, tapi juga ketahanan produk. Ida telah melakukan uji mutu untuk memastikan bawang gorengnya tetap renyah dan awet.
“Saya pengen bikin yang tahan lama, sudah diuji mutunya. Sekarang lagi cari inovasi baru,” tuturnya.
Eksperimen terbaru selanjutnya dari Ida melibatkan bahan rempah yakni sereh. Ia ingin menciptakan varian yang memiliki aroma khas dan rempah yang kuat.
“Kemarin ada yang saranin pakai sereh. Saya lagi coba eksperimen, siapa tahu bisa jadi ciri khas Kaida,” ujarnya penuh harap.
Meski usaha ini bukan sumber penghasilan utama, Ida menjadikannya ruang untuk berkarya dan menyalurkan kreativitas. Ia aktif mengikuti bazar dan memperluas jaringan pelanggan.
“Alhamdulillah sekarang banyak yang tahu merek Kaida. Kalau ada yang pesan, tinggal telpon aja,” katanya.
Pengiriman produk pun dilakukan secara personal. Jika lokasi pelanggan masih terjangkau, Ida tak segan mengantarkan sendiri.
“Kadang saya kirim sendiri. Kalau dekat, saya anterin,” ujarnya, menunjukkan komitmen terhadap pelayanan.
Produksi Kaida masih dilakukan di rumah Ida yang berlokasi di Cigadung, Kota Bandung. Ia dibantu oleh orang tua, anak, dan suaminya, menjadikan usaha ini sebagai proyek keluarga yang penuh kehangatan.
“Yang bantu cuma keluarga. Harapan saya pengen punya rumah produksi sendiri,” ungkapnya.
Semangat Ida tak hanya terletak pada produk, tapi juga pada proses membangun sesuatu dari nol. Ia percaya bahwa keberhasilan bukan soal besar kecilnya usaha, tapi tentang ketulusan dan konsistensi. “Saya pengen bikin sesuatu yang beda, yang khas Kaida,” katanya.
Perjalanan Kaida Bawang Goreng adalah cerminan dari keteguhan hati seorang perempuan yang tak menyerah pada keadaan. Dari dapur rumah, Ida membuktikan bahwa usaha kecil bisa tumbuh besar jika dijalankan dengan cinta dan ketekunan.
“Yang penting jangan takut mencoba. Kalau gagal, ya coba lagi. Saya percaya, kalau kita niatnya baik, pasti ada jalannya,” tutup Ida Nuraida.
Informasi pemesanan Kaida Bawang Goreng
WhatsApp: 085861662708
Instagram: https://www.instagram.com/kaidabawanggoreng
Altenatif produk kuliner dan UMKM serupa: