AYOBANDUNG.ID -- Andri Ganamurti bersama istrinya mulai membangun bisnis sambal sejak 2017. Sambal dengan brand Daimata ini dikenal dengan level-level yang unik yang memiliki cita rasa khas.
Andri menuturkan, ide usaha sambal berawal dari kebiasaan mereka makan sambal goang. Kala itu mereka baru menikah dan tinggal di Tasikmalaya.
“Dulu pas dinas di Tasik, kami sering makan di rumah makan yang ada tutug oncom dan sambal goang. Akhirnya istri coba bikin sendiri di rumah. Kalau ada tamu datang, biasanya disajikan sambal goang, dan ternyata banyak yang suka,” ungkap Andri pada Ayobandung.id.
Keputusan serius menekuni bisnis kuliner datang setelah Andri berhenti bekerja pada 2016. Ia mulai meracik sambal bawang sebagai produk perdana. Menurutnya, pemilihan sambal bawang bukan tanpa alasan.
“Awalnya kami buat sambal bawang karena lebih aman untuk kedaluwarsa. Kalau ada tambahan bahan lain, khawatir mengurangi masa simpannya. Dari uji mutu, sambal kami bisa bertahan enam bulan,” jelasnya.
Namun, setelah mengikuti sejumlah pameran, Andri banyak menerima masukan dari pengunjung. Ada yang menilai sambalnya terlalu pedas, ada pula yang menganggap kurang menantang.
Dari situ ia kemudian memutuskan membuat sambal dengan tingkat kepedasan berbeda. Ia dan istri memberikan tingkat kepedasan berdasarkan level.
“Akhirnya kami bikin sambal dengan level. Ada yang level satu untuk yang tidak tahan pedas, lalu level dua sambal goang dengan sentuhan cita rasa Padang karena istri memang ada keturunan Minang, dan level tiga sambal ngoprot dengan cabai domba,” terangnya.
Saat ini Sambal Daimata dipasarkan dengan harga Rp35 ribu per botol kaca berisi 160 gram. Andri mengaku penggunaan botol kaca dipilih karena lebih tahan lama.
“Kami sempat coba pakai plastik, tapi cepat basi. Kalau botol kaca, setelah ditutup ada proses penguapan yang membuat bakteri mati, jadi lebih awet,” katanya.
Meski begitu, perjalanan bisnis ini tidak lepas dari tantangan, terutama fluktuasi harga cabai. Andri bahkan pernah merasakan dampak ketika harga cabai melonjak hingga Rp150 ribu per kilogram.

“Kalau harga cabai naik, kami ambil harga pokok produksi di tengah-tengah saja, supaya konsumen tetap bisa beli dan kami juga tidak rugi,” jelasnya.
Sistem pemasaran yang diterapkan Sambal Daimata saat ini berbasis pre-order. Sistem ini dipilih karena dinilai lebih aman.
“Kalau titip produk ke orang lain ada risikonya. Kalau tidak laku harus ditarik lagi, jadi agak repot. Makanya kami pilih produksi sesuai pesanan,” tutur Andri.
Produksi sambal dilakukan sepenuhnya oleh Andri dan sang istri, mulai dari pengolahan bahan, memasak, hingga pengemasan. Untuk pemasaran, mereka mengandalkan media sosial serta platform e-commerce.
“Kami berdua yang mengurus semua. Walaupun skala usaha masih rumahan, tapi kami ingin menjaga kualitas supaya pelanggan tetap puas,” pungkas Andri.
Informasi Umum Sambal Daimata
Alamat: Pinus Regency blok andes no 56, Babakan Penghulu, Kec. Cinambo, Kota Bandung, Jawa Barat 40294
Jam Operasional: 09.00 - 22.00 WIB
Telepon: 0878-2522-2838
Instagram: @daimata.sambal
Link Pembelian Produk Serupa
1. https://s.shopee.co.id/6Ab9PfONPm
2. https://s.shopee.co.id/40Weph61r9
3. https://s.shopee.co.id/10t3GBhmNV