Bayar Seikhlasnya Tak Selalu Mulus, Pelajaran dari Me Time Cafe

Eneng Reni Nuraisyah Jamil
Ditulis oleh Eneng Reni Nuraisyah Jamil diterbitkan Selasa 26 Agu 2025, 17:07 WIB
Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Membawa semangat inklusif, eksperimen berani Me Time Cafe untuk menerapkan sistem “bayar seikhlasnya” jadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

AYOBANDUNG.ID -- Lia Ladjia Renasa tidak pernah membayangkan bahwa ide idealisnya akan menjadi batu sandungan dalam merintis bisnis kuliner.

Saat membuka Me Time Cafe pada Februari 2015, ia membawa semangat inklusif dan keberanian untuk berbeda. Salah satu eksperimen bisnis paling berani yang ia lakukan adalah menerapkan sistem buffet “bayar seikhlasnya”.

“Saya ingin semua orang bisa makan enak tanpa harus mikir dompet. Saya pikir, kalau kita kasih kebebasan, orang akan jujur dan merasa dihargai,” ujar perempuan yang akrab disapa Rena itu saat ditemui Ayobandung.

Namun, niat baik itu justru berbalik menjadi tantangan. Konsep yang awalnya dirancang untuk merangkul semua kalangan ternyata tidak berjalan mulus. Banyak pelanggan yang merasa bingung, bahkan tidak nyaman saat harus menentukan sendiri berapa yang harus mereka bayar.

Menu di Me Time Cafe. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Menu di Me Time Cafe. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

“Tahu sendiri mungkin ya, orang Indonesia itu punya sifat sungkan dan nggak enakan. Jadi mereka bingung untuk bayar berapa karena nggak jelas patokannya,” jelas Rena.

Fenomena ini sejalan dengan berbagai studi perilaku konsumen di Indonesia yang menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menghindari situasi yang menuntut keputusan terbuka, terutama jika menyangkut uang. Norma sosial seperti menjaga perasaan orang lain dan menghindari konflik membuat konsep “bayar seikhlasnya” menjadi jebakan psikologis.

Alih-alih menjadi solusi, konsep tersebut justru membuat pelanggan merasa tidak nyaman dan bahkan enggan kembali. Beberapa membayar terlalu mahal karena merasa bersalah, sementara yang lain memilih tidak datang lagi karena takut salah menilai.

“Banyak yang akhirnya nanya ke kasir, ‘Harus bayar berapa ya?’ Padahal konsepnya seikhlasnya. Tapi justru itu yang bikin mereka gak nyaman. Konsep itu akhirnya jadi bumerang buat kami,” kata Lia.

Setelah beberapa bulan mencoba, Rena akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sistem tersebut. Ia beralih ke konsep kafe konvensional dengan harga tetap. Keputusan ini membawa kelegaan, baik bagi pelanggan maupun tim operasional.

“Sekarang kita tetapkan harga, dan ternyata responsnya jauh lebih baik. Pengunjung jadi lebih tenang, dan kita juga bisa lebih rapi dalam mengelola dapur,” kata Rena.

Transformasi Me Time Cafe tidak hanya terjadi pada sistem pembayaran. Dari awalnya bergaya shabby chic & coffee shop, kini kafe ini tampil dengan desain industrial yang tegas dan modern. Ornamen kayu, kaca besar, serta meja dan kursi besi hitam menciptakan suasana yang cozy sekaligus edgy.

Suasan di Me Time Cafe. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Suasan di Me Time Cafe. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Menu yang ditawarkan pun beragam mulai dari western course, Indonesian, hingga oriental course. Selain itu, Me Time Cafe juga menyediakan buffet harga warteg mulai Rp20.000-an, menjadikannya tetap terjangkau tanpa mengorbankan kualitas.

Salah satu sudut favorit pengunjung adalah pastry dan bakery corner, dengan Pie Bread sebagai bintang utama. Roti ini disajikan hangat langsung dari oven, lembut dan harum menggoda.

“Kita rotinya langsung buat di sini. Untuk rasa InsyaAllah enak dan lembut. Banyak yang awalnya cuma makan, tapi akhirnya minta dibungkusin karena rasanya enak dan lembut,” ujar Rena.

Pie Bread pun sering dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Dengan harga bersahabat mulai harga Rp5000 dan rasa yang bersaing dengan brand besar, roti ini menjadi simbol keberhasilan Me Time Cafe dalam beradaptasi.

“Selain murah dan enak, tentunya roti-roti hangat ini bisa dibawa pulang untuk jadi oleh-oleh orang rumah,” ungkap Rena.

Bagi Rena, perjalanan Me Time Cafe sedianya menjadi refleksi dari keberanian untuk mencoba dan kepekaan terhadap realitas sosial. Dirinya kini belajar tak hanya membangun bisnis, tetapi juga belajar memahami masyarakat yang dilayaninya.

“Saya belajar bahwa niat baik harus dikemas dengan cara yang tepat. Kita tetap bisa berbagi, tapi harus tahu bagaimana caranya agar semua pihak merasa nyaman,” tutup Rena.

Informasi Me Time Cafe

Instagram: https://www.instagram.com/metimecafe

Alternatif produk kuliner dan UMKM Serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/50PAuCvpDW
  2. https://s.shopee.co.id/10t28sJitv
  3. https://s.shopee.co.id/1BCSLCx6i0
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Biz 11 Okt 2025, 19:27 WIB

Bandung dan Denyut Motorcross Indonesia yang Kian Menggeliat

Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia.
Di balik gemerlap urban dan sejuknya pegunungan, Bandung menyimpan potensi besar sebagai pusat olahraga motorcross di Indonesia. (Sumber: Ist)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 15:05 WIB

Ketika Mendaki Menjadi Gerakan Ekonomi dan Pelestarian: Menyatukan Langkah Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan

Di balik geliat pariwisata, muncul tantangan besar, bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi lokal secara berkelanjutan?
Digagas oleh Mahameru, Inisiatif seperti Hiking Fest 2025 menjadi ilustrasi bagaimana kegiatan wisata bisa dirancang untuk membawa dampak positif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Biz 11 Okt 2025, 13:45 WIB

Jejak Panjang Perjalanan Bisnis Opey: Membangun Dua Brand Lokal Ikonik Skaters dan Mahameru

Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru.
Muchammad Thofan atau akrab disapa Opey telah menorehkan jejak panjang sebagai founder sekaligus owner dua brand yang kini menjadi ikon yakni Skaters dan Mahameru. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 19:28 WIB

Program Makan Bergizi Gratis dan Ujian Tata Kelola Birokrasi

Insiden keracunan massal pelajar di Jawa Barat mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan bergizi gratis.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG). (Sumber: setneg.go.id)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 18:38 WIB

Bandung dalam Fiksi Sejarah

Boleh saja apabila tulisan ini diterima dengan rasa skeptis atau curiga. Karena pandangan dan pembacaan saya sangat mungkin terhalang bias selera.
Buku Melukis Jalan Astana. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 16:04 WIB

Mengamankan Momentum Akselerasi Manajemen Talenta ASN

Momentum akselerasi manajemen talenta ASN menjadi tonggak penting transformasi birokrasi Indonesia.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai roda penggerak jalannya pemerintahan diharuskan untuk memiliki kompetensi dan kinerja yang optimal. (Sumber: babelprov.go.id)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:56 WIB

Energi Hijau dan Oligarki: Dilema Transisi di Negeri Kaya Sumber Daya

Banyak daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan seperti air, angin, dan biomassa, namun terhambat oleh birokrasi dan minimnya insentif fiskal.
Pengamat Kebijakan Publik Universitas Padjadjaran, Yogi Suprayogi menyoroti lanskap kebijakan energi nasional. (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:36 WIB

Membongkar Potensi Energi Terbarukan di Jawa Barat: Antara Regulasi dan Kesadaran Sosial

Dengan lanskap bergunung-gunung, aliran sungai yang deras, dan sumber daya biomassa melimpah, Jawa Barat memiliki peluang untuk menjadi pionir dalam kemandirian energi bersih.
Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, Tri Yuswidjajanto Zaenuri Mengupas potensi Jawa Barat sebagai provinsi dengan potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan.
Ayo Biz 10 Okt 2025, 15:21 WIB

Setahun Pemerintahan Baru: Mampukah Indonesia Mandiri Energi?

Setahun setelah pemerintahan baru berjalan, isu kemandirian energi nasional kembali menjadi sorotan.
Diskusi bertajuk “Setahun Pemerintahan Baru, Bagaimana Kemandirian Energi Nasional?” yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Bandung, Jumat (10/10/2025). (Sumber: dok. IWEB)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 14:51 WIB

Islam Pemerintah: Menggeliat Berpotensi Mencederai Keragaman Umat

Inilah Islam Pemerintah selalu menjadi bahasa pengakuan tentang simbol muslim “sah” yang tidak radikal-teroris, tapi juga tidak liberal.
Berbagai Pakaian Muslimah, Pakaian Warga yang Jadi Penumpang Angkot (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 13:45 WIB

Stop Membandingkan karena Setiap Anak Punya Keunikan

Film Taare Zameen Par menjadi kritikan pedas bagi dunia pendidikan dan guru yang sering mengistimewakan dan memprioritaskan anak tertentu.
Setiap anak itu istimewa dan memiliki bakat unik (Sumber: Wikipedia)
Ayo Jelajah 10 Okt 2025, 11:44 WIB

Jejak Pembunuhan Sadis Sisca Yofie, Tragedi Brutal yang Gegerkan Bandung

Kasus pembunuhan Sisca Yofie pada 2013 mengguncang publik karena kekejamannya. Dua pelaku menyeret dan membacok korban hingga tewas di Bandung.
Ilustrasi. (Sumber: Freepik)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 11:30 WIB

Sapoe Sarebu ala Dedi Mulyadi, Gotong-royong atau Kebijakan Publik yang Perlu Pengawasan?

Gerakan Sapoe Sarebu mengajak warga menyisihkan seribu rupiah sehari untuk membantu sesama.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 10:12 WIB

Jamet Tetaplah Menyala!

Lebay, tapi manusiawi. Eksplorasi dunia rakyat pinggiran sebagai ekspresi identitas dan kreativitas.
Pemandangan Rumah Rakyat dari Balik Jendela Kereta Lokal Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Arfi Pandu Dinata)
Ayo Netizen 10 Okt 2025, 09:26 WIB

Buku dan Segala Kebermanfaatannya

Membaca adalah jendela dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya.
Membaca adalah Jendela Dunia, Menulis adalah jalan untuk mengubahnya. Dan Bangsa yang rendah dalam literasi akan selalu rendah dalam peradaban. Pramoedya Ananta Toer (Sumber: Freepik)
Beranda 10 Okt 2025, 08:17 WIB

Gerakan Warga Kota Bandung Mengubah Kebiasaan Buang Jelantah Sembarangan

Minyak yang telah berubah warna menjadi pekat itu dikenal sebagai jelantah. Banyak orang membuangnya begitu saja, tanpa menyadari dampaknya bagi tanah dan air.
Warga membuang minyak goreng bekas atau jelantah ke dalam tabung UCOllet di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria, Buahbatu, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 18:55 WIB

Menjaga Napas Bisnis Wisata Alam Lewat Inovasi dan Strategi Berkelanjutan

Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi.
Ketika industri pariwisata bergerak cepat mengikuti selera pasar, bisnis wisata alam menghadapi tantangan tak kalah kompleks untuk tetap relevan tanpa kehilangan esensi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Netizen 09 Okt 2025, 18:31 WIB

Belajar dari Nurhayati & Subakat, Bisnis bukan Tentang Viral tapi Sustainable

Bisnis bukan sekedar viral. Apalagi jika tidak memedulikan aspek keamanan pada konsumen demi kapitalisme semata.
Belajar Bisnis dari Nurhayati & Subakat (Sumber: Screenshoot | Youtube Wardah)
Ayo Biz 09 Okt 2025, 17:19 WIB

UMKM Bangkit, Ekonomi Bergerak: Festival sebagai Motor Perubahan

Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif.
Bukan sekadar penggerak sektor informal, UMKM dan pelaku ekonomi kreatif adalah pionir inovasi, penjaga warisan budaya, dan pencipta lapangan kerja yang adaptif. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Jelajah 09 Okt 2025, 17:18 WIB

Jejak Sejarah Cimahi jadi Pusat Tentara Hindia Belanda Sejak 1896

Cimahi dikenal sebagai kota tentara sejak masa kolonial Belanda. Sejak 1896, kota ini jadi pusat militer Hindia Belanda yang strategis.
Garinsun KNIL di Cimahi tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)