AYOBANDUNG.ID -- Ketika banyak pelaku kuliner berlomba menyajikan olahan ayam dan bebek, Warung Sangrai memilih jalur yang tak biasa dengan menjadikan burung puyuh sebagai menu utama. Keputusan ini bukan sekadar strategi diferensiasi, melainkan bentuk keberanian dalam memperkenalkan alternatif unggas yang lebih sehat dan kaya rasa kepada masyarakat Indonesia.
Didirikan pada tahun 2011, Warung Sangrai memproklamirkan diri sebagai pelopor hidangan burung puyuh di Bandung. Dengan mengusung konsep lokal yang inovatif, mereka menyajikan puyuh muda dalam berbagai olahan, lengkap dengan 16 pilihan sambal khas Nusantara yang menggugah selera.
Burung puyuh yang digunakan berasal dari dua jenis yakni puyuh lokal dan puyuh Perancis. Puyuh lokal dikenal dengan cita rasa gurihnya, sementara puyuh Perancis memiliki ukuran tubuh yang lebih besar, mencapai 120 gram per ekor.
“Kami sengaja memilih puyuh muda agar teksturnya tetap empuk dan tidak alot,” ujar Asep Ishak Wiranta, General Manager Warung Sangrai.
Proses pengolahan dilakukan secara terpusat di Kitchen Center mereka di Kiaracondong, Bandung. Setelah diterima dari pemasok, puyuh dibumbui dengan resep rahasia, lalu dikirim dalam bentuk beku ke sepuluh cabang Warung Sangrai.
“Cabang hanya tinggal menggoreng atau membakar sebelum disajikan,” jelas Ishak.
Salah satu menu andalan adalah Puyuh Original, yakni puyuh goreng yang disajikan dengan lalapan dan sambal. Meski ukurannya kecil, sensasi menggigit tulang muda yang gurih membuat pengalaman bersantap jadi tak terlupakan. Dagingnya yang tipis justru menambah kenikmatan, apalagi dengan kandungan kolesterol yang rendah.

Warung Sangrai tidak hanya menjual makanan, tetapi juga menyajikan edukasi gizi kepada konsumen. Di setiap meja tersedia pamflet informasi kandungan nutrisi burung puyuh, berdasarkan hasil uji dari Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Hasilnya menunjukkan bahwa daging puyuh memiliki kadar kolesterol lebih rendah dan protein lebih tinggi dibandingkan ayam dan bebek. Namun, memperkenalkan puyuh sebagai menu utama bukan perkara mudah. Di awal berdirinya, banyak konsumen yang salah paham.
“Dulu banyak yang mengira kami jual telur puyuh. Ada juga yang takut kolesterolnya tinggi karena terbiasa dengan stigma telur puyuh,” kenang Ishak.
Tantangan edukasi menjadi bagian penting dalam strategi bisnis mereka. Warung Sangrai harus meyakinkan masyarakat bahwa daging puyuh bukan hanya lezat, tetapi juga sehat.
“Kalau bicara puyuh, konsumen asumsinya pasti telur puyuh yang kolesterolnya tinggi, padahal dagingnya rendah,” tegas Ishak.
Untuk menjaga kualitas, Warung Sangrai bekerja sama dengan peternak puyuh lokal yang sudah menjadi mitra tetap. Konsistensi pasokan dan kualitas menjadi prioritas utama.
“Kami hanya pakai puyuh muda. Kalau terlalu tua, teksturnya jadi keras dan tidak cocok untuk sajian kami,” tambahnya.

Meski sudah memiliki sejumlah cabang, Warung Sangrai masih menghadapi tantangan dalam memperluas pasar. Konsumen Indonesia cenderung memilih unggas yang sudah populer. Namun, perlahan tapi pasti, puyuh mulai mendapat tempat di hati masyarakat.
“Kami terus edukasi. Sekarang sudah banyak yang tertarik bermitra karena dianggap unik dan anti-mainstream,” ujar Ishak.
Keunikan Warung Sangrai bukan hanya pada menunya, tapi juga pada pendekatan bisnisnya. Mereka menggabungkan inovasi kuliner dengan edukasi gizi, menciptakan pengalaman makan yang informatif dan menyenangkan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang mencari sesuatu yang berbeda.
Strategi branding Warung Sangrai juga terbilang cerdas. Dengan mengangkat puyuh sebagai ikon kuliner, mereka berhasil menciptakan identitas yang kuat di tengah persaingan bisnis makanan.
“Kami ingin jadi pilihan utama bagi mereka yang bosan ayam dan bebek,” kata Ishak.
Selain itu, Warung Sangrai membuka peluang kemitraan bagi pelaku UMKM yang ingin bergabung. Dengan sistem dapur pusat dan distribusi bahan baku yang efisien, mitra hanya perlu fokus pada pelayanan dan penyajian. Ini menjadi model bisnis yang menarik bagi banyak calon pengusaha kuliner.
Kini, Warung Sangrai bukan hanya dikenal di Bandung, tapi juga mulai merambah kota-kota lain. Dengan semangat inovasi dan komitmen terhadap kualitas, mereka membuktikan bahwa burung puyuh bisa menjadi primadona kuliner yang tak kalah menggoda.
“Memang kita masih punya tugas untuk mengedukasi kandungan dari puyuh ini, tapi lambat laun sudah mulai bisa diterima. Di banyak tempat, banyak yang ingin bermitra dengan kita. Dianggap bisnis yang unik, anti-mainstream,” tutup Ishak.
Informasi Warung Sangrai
Alamat di Jalan LLRE Martadinata St No.63, Citarum, Bandung Wetan, Bandung City, West Java 40115
Instagram: https://www.instagram.com/warungsangrai
Alternatif kuliner atau UMKM serupa: