Tren bersepeda di Bandung menunjukkan pergeseran pola pikir masyarakat terhadap mobilitas dan gaya hidup hingga mencatatkan partisipasi yang terus meningkat. (Sumber: dok. Humas Setda Kota Bandung)

Ayo Biz

Bandung Mengayuh Peluang, dari Gaya Hidup Sehat Menuju Bisnis Berkelanjutan

Selasa 21 Okt 2025, 15:39 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Wini Andriani tak pernah merasa terburu-buru saat berangkat kerja. Meski jarak tempuhnya mencapai 15 kilometer dari Wastu Kencana ke Gedebage, ia memilih sepeda sebagai moda transportasi utama. Dua hingga tiga kali seminggu, ia mengayuh pedal dengan semangat, bukan untuk gaya-gayaan, melainkan demi kebugaran dan ketenangan batin.

Setiap malam sebelum berangkat, Wini menyiapkan segalanya mulai dari sepeda, helm, pakaian ganti, hingga teh manis untuk sarapan ringan. Ia tahu betul bahwa bersepeda dengan perut penuh bukanlah ide baik. “Kalau mau berangkat sepeda itu saya pasti siapin dari malam. Karena nanti berkeringat, jadi sampai di kantor mandi dulu, baru ganti pakaian kerja,” tuturnya kepada Ayobandung.

Di sudut lain Kota Bandung, Satiya Adi Wasana atau akrab disapa Tiyo menjalani rutinitas serupa. Seorang penggiat bersepeda dari komunitas Bike to Work Bandung, Tiyo telah menjadikan sepeda sebagai bagian dari hidupnya sejak 2007. Meski kini jarak rumah ke kantor cukup jauh, ia tetap menyempatkan diri bersepeda ke kafe miliknya di Kopo setiap sore.

“Karena sudah mendarah daging sebagai hobi dan suka, jadi tetap aja pengin cari-cari celah buat bersepeda,” ujarnya.

Ia menyebut sepeda sebagai kendaraan utama dalam hidupnya, bukan hanya untuk olahraga, tapi juga untuk bekerja dan beraktivitas harian.

Baik Wini maupun Tiyo sepakat bahwa bersepeda bukan hanya soal efisiensi, tetapi juga tentang kesehatan mental. Mereka merasakan langsung bagaimana endorfin dan dopamin yang dilepaskan saat bersepeda membuat suasana hati lebih stabil dan tubuh lebih segar.

“Happy cycling, happy me. Kalau kita senang dulu, nanti jadi kebiasaan. Saya ajak teman-teman yang baru mulai supaya tahu bahwa bersepeda itu menyenangkan," kata Wini.

Tiyo pun melihat hal serupa di komunitasnya. Ia menyebut bahwa kampanye Bike to Work bukan hanya soal ajakan, tapi juga soal membangun budaya. “Kami ajak, kami rangkul. Ternyata mereka antusias. Di saat antusiasnya sedang tinggi, itu kesempatan kami dari komunitas,” katanya.

Namun, keduanya juga menyadari bahwa infrastruktur di Bandung belum sepenuhnya mendukung. Jalur sepeda yang tersedia masih minim dan sering disalahgunakan sebagai tempat parkir mobil. “Masih jauh dari harapan. Jalur sepeda malah dipakai parkir mobil,” keluh Wini.

Tiyo menambahkan bahwa jalur sepeda yang ada lebih cocok untuk pesepeda rekreasi di pusat kota, bukan untuk komuter harian. “Kita masa untuk kerja harus muter dulu ke tengah kota. Tapi sejak 2015, Dishub mulai menambah jalur. Itu sudah langkah maju,” ujarnya.

Pemerintah Kota Bandung sendiri telah menyatakan komitmennya untuk memasyarakatkan budaya bersepeda. Dalam kegiatan Fun Bike Budaya Gerakan Bersepeda Series sebagai gerakan yang harus dibangun dengan ketelatenan dan konsistensi.

Apalagi beragamnya kepentingan masyarakat membuat perubahan gaya hidup tidak mudah. Namun ia optimis, dengan dukungan komunitas dan penggemar sepeda, budaya bersepeda akan semakin familiar di kalangan warga Bandung.

Wini dan Tiyo berharap pemerintah lebih serius membangun ekosistem bersepeda yang aman dan inklusif. Bukan hanya jalur, tapi juga fasilitas pendukung seperti ruang bilas dan parkir sepeda di kantor-kantor dan tempat umum.

“Di kantor saya nggak ada parkir sepeda. Untung saya pakai sepeda lipat, jadi bisa dibawa ke ruangan,” kata Wini. Ia juga berharap ada kamar mandi khusus untuk pesepeda agar bisa berganti pakaian dengan nyaman.

Tiyo menilai bahwa kota yang humanis adalah kota yang aman bagi pejalan kaki dan pesepeda. Ia berharap pembangunan tidak hanya berfokus pada kendaraan bermotor, tetapi juga pada moda transportasi ramah lingkungan.

“Kalau fasilitas sudah mendukung, masyarakat akan menggunakannya. Bukan hanya di waktu weekend, tapi juga untuk kerja dan aktivitas harian,” katanya.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sektor transportasi menyumbang lebih dari 30% emisi karbon di kota-kota besar. Sepeda, sebagai moda bebas emisi, menjadi jawaban konkret untuk memperbaiki kualitas udara dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Tiyo menyebut bahwa sepeda juga dapat mengatasi kemacetan. Ukurannya yang ramping membuat jalanan lebih longgar dan risiko kecelakaan lebih kecil. “Kalau kita pakai sepeda, jalanan lowong-lowong aja. Kita juga lebih hati-hati karena kita kendaraan terkecil di jalan,” ujarnya.

Tren bersepeda di Bandung menunjukkan pergeseran pola pikir masyarakat terhadap mobilitas dan gaya hidup. Pemerintah Kota Bandung mencatat bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan bersepeda meningkat, terutama sejak pandemi.

Sektor bisnis pun mulai melirik peluang ini. Produk seperti sepeda lipat, helm pintar, pakaian anti-keringat, hingga layanan pendukung seperti aplikasi rute sepeda dan bengkel keliling mulai bermunculan.

Pariwisata berbasis sepeda juga mulai berkembang sebagai daya tarik baru. Beberapa komunitas telah menginisiasi tur sepeda keliling kota, menyusuri jalur heritage dan ruang terbuka hijau yang tersebar di Bandung.

Wini dan Tiyo percaya bahwa membangun budaya bersepeda membutuhkan dukungan konkret dari pemerintah. Bukan hanya fasilitas fisik, tetapi juga regulasi dan edukasi keselamatan berlalu lintas.

“Saya harap bukan hanya dibuat fasilitasnya, tapi juga payung hukumnya. Supaya kita di jalan merasa aman,” kata Tiyo. Ia berharap materi soal jalur sepeda bisa dimasukkan dalam uji SIM sebagai bentuk edukasi formal.

Mereka juga berharap euforia bersepeda ini tidak berhenti sebagai tren sesaat, melainkan menjadi kebiasaan baru yang mengakar. “Kalau nanti lihat anak sekolah ‘ngabring’ pakai sepeda, pasti seneng banget,” tutup Wini.

Alternatif produk sepeda atau UMKM serupa:

  1. https://s.shopee.co.id/6KvyQl3eHi
  2. https://s.shopee.co.id/4q7AdyR4wF
  3. https://s.shopee.co.id/VyBTomUXG
  4. https://s.shopee.co.id/1BDsH988Ne
  5. https://s.shopee.co.id/1qTZ4PnKra
Tags:
komunitasperubahan gaya hidupbudaya bersepedajalur sepedamoda transportasi

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor