AYOBANDUNG.ID -- Hiruk pikuk lalu lintas di Kota Bandung tak lagi hanya didominasi oleh deru mesin mobil dan motor. Kini, sepeda turut meramaikan jalanan, menjadi simbol baru gaya hidup sehat yang tumbuh pesat pasca pandemi.
Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat. Di berbagai sudut kota, dari Dago hingga Cipakayang, sepeda menjadi bagian dari lanskap urban yang semakin ramah lingkungan. Masyarakat Bandung, yang dikenal dinamis dan kreatif, mulai menjadikan bersepeda sebagai bagian dari rutinitas harian.
Menurut publikasi Kota Bandung Dalam Angka 2025 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, mobilitas nonmotorik mengalami peningkatan sebesar 18,2% sejak 2020. Sementara itu, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) rumah tangga tercatat menurun sebesar 12,7% dalam lima tahun terakhir.
Meski data spesifik jumlah sepeda belum tersedia, tren ini mencerminkan pergeseran nyata menuju transportasi ramah lingkungan. Dewi Rahmawati, ibu tiga anak, adalah contoh nyata dari pesepeda “dadakan” yang terjun ke dunia gowes sejak pandemi.
“Saya kebetulan seneng gowes ini memang semenjak pandemi. Sekarang, kita biasanya sekeluarga ke Dago-Cipakayang setiap minggu,” ujarnya kepada Ayobandung.
Bagi Dewi, bersepeda bukanlah hanya soal kesehatan fisik, tetapi juga mental. Ia menyebut aktivitas ini sebagai cara bagi dirinya untuk “cuci mata” dan menghindari stres. “Pikirkan juga bisa jernih, cuci mata, supaya gak stres,” katanya.
Senada, Dedi Setiadi, penjual bahan bakar minyak (BBM) eceran bahkan mengaku telah rutin bersepeda sejak 2016 bersama sang istri. Bagi Dedi, sepeda adalah warisan gaya hidup sehat yang ingin ia tanamkan pada anak-anaknya.
Oleh karenanya, Dedi menekankan pentingnya memberi contoh kepada anak-anak. Ia percaya bahwa bersepeda bisa menjadi fondasi gaya hidup sehat keluarga. “Biar mereka tahu aja, hidup sehat itu kayak gimana, diajarin dari sekarang jadinya nanti terbiasa,” katanya.

Di balik cerita personal ini, ada peluang besar yang sedang tumbuh. Sepeda bukan hanya simbol gaya hidup, tapi juga pintu masuk bagi bisnis berkelanjutan. Di Bandung, industri sepeda lokal, perlengkapan gowes, hingga kafe ramah pesepeda mulai bermunculan.
Menurut data Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah trayek angkutan kota stagnan sejak 2020, sementara mobilitas pribadi terus meningkat, terutama di kawasan pemukiman dan pusat kota.
Strategi pemasaran dalam tren ini pun berubah. Produk sepeda tak lagi dijual sebagai alat olahraga semata, tapi sebagai bagian dari identitas urban. Brand yang mampu mengaitkan sepeda dengan kesehatan, kebersamaan keluarga, dan gaya hidup akan lebih mudah diterima.
Namun, tantangan tetap ada. Infrastruktur belum sepenuhnya mendukung. Dewi berharap pemerintah konsisten dan massif menyediakan jalur khusus sepeda. “Harapan saya dibuat jalur khusus untuk sepeda, dikontinyukan oleh pemerintah daerah, supaya menjadi nilai plus buat Jawa Barat,” ujarnya.
Bandung, dengan kontur geografis yang mendukung dan iklim sejuk, memiliki potensi besar menjadi kota sepeda. Jika dikelola dengan baik, potensi ini bisa menjadi daya tarik wisata olahraga sekaligus solusi kemacetan dan polusi.
Dari sisi ekonomi, tren ini membuka peluang bagi UMKM. Toko sepeda, bengkel, penyewaan, hingga produk lokal seperti helm dan jersey kini punya pasar yang jelas. Bahkan, beberapa komunitas pesepeda mulai menggagas event gowes tematik yang mendatangkan wisatawan.
Menurut data Open Data Jabar, jumlah sepeda motor di Kota Bandung mencapai 1 juta unit pada 2024, menjadikannya kota dengan kendaraan roda dua terbanyak keempat di Jawa Barat. Jika hanya 1% dari pengguna motor beralih ke sepeda, potensi pasarnya bisa mencapai 10.000 pengguna aktif, cukup untuk menopang ekosistem bisnis sepeda lokal.
Pemerintah daerah juga bisa berperan aktif dengan menyediakan insentif bagi pelaku usaha ramah pesepeda, seperti pengurangan pajak atau kemudahan izin usaha. Hal ini akan mempercepat pertumbuhan ekosistem sepeda di Bandung.
Di sisi lain, komunitas pesepeda terus mengedukasi masyarakat tentang keselamatan dan etika bersepeda. Mereka juga aktif mengadvokasi pembangunan jalur sepeda dan fasilitas pendukung.
Tren ini juga berdampak pada desain kota. Urban planner mulai mempertimbangkan integrasi jalur sepeda dalam perencanaan tata kota. Bandung bisa meniru kota-kota seperti Copenhagen atau Amsterdam yang sukses menjadikan sepeda sebagai moda utama.
Bersepeda juga menjadi simbol inklusivitas. Dari anak-anak hingga lansia, semua bisa menikmati manfaatnya. Tren ini untuk menjadikan sepeda sebagai alat pemersatu sosial yang efektif.
Dengan dukungan kebijakan, partisipasi masyarakat, dan inovasi bisnis, Bandung berpeluang menjadi kota sepeda pertama di Indonesia yang berkelanjutan. Karena, tren ini bukan hanya soal transportasi, tapi transformasi gaya hidup.
“Meski pandemi sudah cukup lama usai, kebiasaan sepedaan ini diteruskan aja, bagus kalau menurut saya. Jadi solusi banget untuk udara dan kemacetan," ujar Dewi.
Alternatif produk sepeda atau UMKM serupa: