Seni di Atas Sadel, Makna di Balik Pedal: "Saya Bersepeda Maka Saya...Bike-Bike"

Gilang Fathu Romadhan
Ditulis oleh Gilang Fathu Romadhan diterbitkan Sabtu 14 Jun 2025, 08:20 WIB
Pengunjung melihat karya yang dipamerkan di Orbital Dago, Jalan Ranca Kendal Luhur, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)

Pengunjung melihat karya yang dipamerkan di Orbital Dago, Jalan Ranca Kendal Luhur, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)

AYOBANDUNG.ID - René Descartes, seorang filsuf sekaligus seniman asal Prancis, pernah melontarkan kalimat yang menggugah zaman: Cogito ergo sum—aku berpikir, maka aku ada. Ujaran itu lahir pada awal abad ke-17, bukan sekadar untaian kata indah, tapi penanda lahirnya kesadaran modern tentang eksistensi manusia.

Ratusan tahun telah berlalu sejak kalimat itu menggema dari mulut Descartes. Namun, gaungnya masih terdengar. Kali ini dalam rupa yang berbeda. "Saya bersepeda maka saya...bike-bike," begitu judul sebuah pameran seni baru-baru ini. Nuansanya serupa: bermain dengan logika dan eksistensi, meski kata-katanya sengaja dibuat ringan dan menggelitik.

Pameran tersebut berada di Galeri Orbital Dago, Kota Bandung, berlangsung hingga 29 Juni 2025. Ada 17 seniman yang terlibat dalam pameran ini. Sebagian dari mereka memiliki hobi bersepeda.

Jumlah karya seni yang dipamerkan lebih dari 10 unit. Semuanya tentang sepeda. Ada yang menggunakan bagian sepeda, lukisan, foto, hingga handphone.

Setibanya di pintu galeri, pengunjung disuguhkan sepeda yang terparkir di tempatnya. Karya ini merupakan ciptaan Yuli Prayitno, seniman lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Bandung.

Jumlah karya seni yang dipamerkan lebih dari 10 unit. Semuanya tentang sepeda. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)
Jumlah karya seni yang dipamerkan lebih dari 10 unit. Semuanya tentang sepeda. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Lukman Hidayat)

Sepeda mengarah ke dalam ruangan, seakan hendak menunjukkan karya seni lainnya. Mata seperti terhipnotis untuk melirik setiap sudut pameran. 

Melalui berbagai karya visual, instalasi, dan interpretasi artistik, para seniman berusaha menangkap makna bersepeda yang lebih dalam. Bersepeda dimaknai bukan hanya sebagai hobi atau olahraga, tetapi juga sebagai identitas, pilihan hidup, bahkan sikap atas kondisi sosial dan lingkungan.

Pameran ini menampilkan karya Joni Ramlan, Wiyoga Muhardanto, Gabriel Aries Setiadi, Handiwirman Saputra, Sari Asih, Yuli Prayitno, Awan Simatupang, Unclejoy, Dewi Aditia, Budi Adi Nugroho, Eddi Prabandono, Tita Larasati, Iwan Effendi alias Papeyo, Rudi Hermawan, Satrio Yudho, Joko Avianto, Wilman Hermana.

"Judul Saya Bersepeda Maka Saya...", meminjam frase filsuf René Descartes; "Saya berpikir maka saya ada"yang menandai eksistensi individu manusia dalam zaman modern. Sepeda, kendaraan hasil penemuan manusia modern seperti mewakili perspektif atau bagaimana manusia modern memandang dunia. Salah satunya nilai kebebasan individu dalam mengendalikan arah tujuan yang mengendarainya atau menentukan kehidupan," ujar Rifky Effendy, kurator pameran, Jumat, 13 Juni 2025.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren bersepeda memang mengalami pasang surut. Selama masa pandemi Covid-19, sepeda sempat menjadi aktivitas populer.

Namun, menurut data dari Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo), sejak 2020 hingga 2024, yang didapat oleh kurator, pasar sepeda nasional justru mengalami penurunan tajam hingga 60-70 persen. Beberapa toko sepeda di Bandung pun terpaksa menutup usaha.

Meski demikian, sebagian masyarakat tetap mempertahankan gaya hidup bersepeda, baik sebagai kegiatan harian maupun sarana ekspresi komunitas. Di Bandung, misalnya, kegiatan Salasa Kahiji masih rutin digelar. Sementara di tingkat nasional, event seperti Audax tetap mengundang minat tinggi.

Pameran ini juga menyisipkan sejumlah kutipan inspiratif, seperti dari Albert Einstein, "Life is like riding a bicycle. To keep your balance, you must keep moving." Kutipan ini menjadi pengingat bahwa keseimbangan, baik dalam bersepeda maupun hidup, hanya bisa dicapai jika kita terus bergerak.

Pameran "Saya Bersepeda Maka Saya... Bika-Bike" sejak awal digelar untuk menunjukkan bagaimana aktivitas bersepeda dapat dimaknai secara beragam oleh para seniman maupun masyarakat.

Bagi sebagian orang, bersepeda bukan hanya sekadar hobi atau profesi sebagai atlet, tetapi juga menjadi bagian dari identitas, gaya hidup, dan inspirasi dalam berkarya. 

"Bersepeda salah satu solusi bertransportasi yang ramah bagi lingkungan, solusi untuk mengurangi emisi gas buang yang saat ini menjadi isu utama perubahan cuaca global bahkan keadilan sosial," ucapnya.

Melalui pameran "Saya Bersepeda Maka Saya Bike-Bike", para seniman ingin menunjukkan bahwa meskipun tren bisa berubah, makna yang melekat pada aktivitas bersepeda tetap abadi. Sepeda bukan hanya kendaraan, tetapi juga cerminan dari cara manusia menempuh kehidupan.(*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

News Update

Ayo Netizen 18 Des 2025, 18:30 WIB

Kondisi Kebersihan Pasar Induk Caringin makin Parah, Pencemaran Lingkungan di Depan Mata

Pasar Induk Caringin sangat kotor, banyak sampah menumpuk, bau menyengat, dan saluran air yang tidak terawat, penyebab pencemaran lingkungan.
Pasar Induk Caringin mengalami penumpukan sampah pada area saluran air yang berlokasi di Jln. Soekarno-Hatta, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung, pada awal Desember 2025 (Foto : Ratu Ghurofiljp)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:53 WIB

100 Tahun Pram, Apakah Sastra Masih Relevan?

Karya sastra Pramoedya yang akan selalu relevan dengan kondisi Indonesia yang kian memburuk.
Pramoedya Ananta Toer. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Lontar Foundation)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 17:42 WIB

Hikayat Jejak Kopi Jawa di Balik Bahasa Pemrograman Java

Bahasa pemrograman Java lahir dari budaya kopi dan kerja insinyur Sun Microsystems dengan jejak tak langsung Pulau Jawa.
Proses pemilahan bijih kopi dengan mulut di Priangan tahun 1910-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 17:21 WIB

Komunikasi Lintas Agama di Arcamanik: Merawat Harmoni di Tengah Tantangan

Komunikasi lintas agama menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas dan keharmonisan sosial di kawasan ini.
Monitoring para stakeholder di Kecamatan Arcamanik (Foto: Deni)
Ayo Jelajah 18 Des 2025, 16:40 WIB

Eksotisme Gunung Papandayan dalam Imajinasi Wisata Kolonial

Bagi pelancong Eropa Papandayan bukan gunung keramat melainkan pengalaman visual tanjakan berat dan kawah beracun yang memesona
Gunung Papandayan tahun 1920-an. (Sumber: KITLV)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 15:16 WIB

Warisan Gerak Sunda yang Tetap Hidup di Era Modern

Jaipong merupakan jati diri perempuan Sunda yang kuat namun tetap lembut.
Gambar 1.2 Lima penari Jaipong, termasuk Yosi Anisa Basnurullah, menampilkan formasi tari dengan busana tradisional Sunda berwarna cerah dalam pertunjukan budaya di Bandung, (08/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Satria)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 14:59 WIB

Warga Cicadas Ingin Wali Kota Bandung Pindahkan TPS ke Lokasi Lebih Layak

Warga Cicadas menghadapi masalah lingkungan akibat TPS Pasar Cicadas yang penuh dan tidak tertata.
Kondisi tumpukan sampah menutupi badan jalan di kawasan Pasar Cicadas pada siang hari, (30/11/2025), sehingga mengganggu aktivitas warga dan pedagang di sekitar lokasi. (Foto: Adinda Jenny A)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 13:31 WIB

Kebijakan Kenaikan Pajak: Kebutuhan Negara Vs Beban Masyarakat

Mengulas kebijakan kenaikan pajak di Indonesia dari sudut pandang pemerintah dan sudut pandang masyarakat Indonesianya sendiri.
Ilustrasi kebutuhan negara vs beban rakyat (Sumber: gemini.ai)
Beranda 18 Des 2025, 12:57 WIB

Upaya Kreator Lokal Menjaga Alam Lewat Garis Animasi

Ketiga film animasi tersebut membangun kesadaran kolektif penonton terhadap isu eksploitasi alam serta gambaran budaya, yang dikemas melalui pendekatan visual dan narasi yang berbeda dari kebiasaan.
Screening Film Animasi dan Diskusi Bersama di ITB Press (17/12/2025). (Sumber: ayobandung.id | Foto: Halwa Raudhatul)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:53 WIB

Dari Ciwidey Menembus India; Menaman dan Menjaga Kualitas Kopi Robusta

Seorang petani kopi asal Ciwidey berhasil menghasilkan kopi robusta berkualitas yang mampu menembus pasar India.
Mang Yaya, petani kopi tangguh dari Desa Lebak Muncang, Ciwidey—penjaga kualitas dan tradisi kopi terbaik yang menembus hingga mancanegara. (Sumber: Cantika Putri S.)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 12:12 WIB

Merawat Kampung Toleransi tanpa Basa-basi

Kehadiran Kampung Toleransi bukan sekadar retorika, basa-basi, melainkan wujud aksi nyata dan berkelanjutan untuk merawat (merayakan) keberagaman.
Seorang warga saat akan menjalankan ibadah salat di Masjid Al Amanah, Gang Ruhana, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. (Sumber: AyoBandung.com | Foto: Ramdhani)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 11:04 WIB

Manusia dan Tebing Citatah Bandung

Mari kita bicarakan tentang Citatah.
Salah satu tebing di wilayah Citatah. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 10:06 WIB

Satu Tangan Terakhir: Kisah Abah Alek, Pembuat Sikat Tradisional

Kampung Gudang Sikat tidak selalu identik dengan kerajinan sikat. Dahulu, kampung ini hanyalah hamparan kebun.
Abah Alek memotong papan kayu menggunakan gergaji tangan, proses awal pembuatan sikat. (Foto: Lamya Fatimatuzzahro)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 09:52 WIB

Wargi Bandung Sudah Tahu? Nomor Resmi Layanan Aduan 112

Nomor resmi aduan warga Bandung adalah 112. Layanan ini solusi cepat dan tepat hadapi situasi darurat.
Gambaran warga yang menunjukkan rasa frustasi mereka saat menunggu jawaban dari Call Center Pemkot Bandung yang tak kunjung direspons (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Netizen 18 Des 2025, 07:15 WIB

Akhir Tahun di Bandung: Saat Emas bagi Industri Resort dan Pariwisata Kreatif

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2026, lonjakan kunjungan ke Kota Bandung serta tren wisata tematik di resort membuat akhir tahun menjadi momentum emas bagi pertumbuhan industri resort dan pariwisata.
Salah satu faktor yang memperkuat posisi Bandung sebagai destinasi akhir tahun adalah kemunculan resort-resort dengan konsep menarik (Sumber: Instagram @chanaya.bandung)
Beranda 18 Des 2025, 07:09 WIB

Rumah Seni Ropiah: Bukan Hanya Tempat Memamerkan Karya Seni, tapi Ruang Hidup Nilai, Budaya, dan Sejarah Keluarga

Galeri seni lukis yang berlokasi di Jalan Braga, Kota Bandung ini menampilkan karya-karya seni yang seluruhnya merupakan hasil ciptaan keluarga besar Rumah Seni Ropih sendiri.
Puluhan lukisan yang dipamerkan dan untuk dijual di Rumah Seni Ropih di Jalan Braga, Kota Bandung. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Toni Hermawan)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 21:48 WIB

Dari Bunderan Cibiru hingga Cileunyi Macet Parah, Solusi Selalu Menguap di Udara

Kemacetan di Bunderan Cibiru harus segera ditangani oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan.
Pengendara Mengalami Kemacetan di Bunderan Cibiru, Kota Bandung, (1/12/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Sufia Putrani)
Beranda 17 Des 2025, 20:27 WIB

Pemkot Bandung Klarifikasi Isu Lambatnya Respons Call Center, Tegaskan Nomor Darurat Resmi 112 Aktif 24 Jam dan Gratis

Koordinator Bandung Command Center, Yusuf Cahyadi, menegaskan bahwa layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112.
Layanan kegawatdaruratan resmi Pemerintah Kota Bandung adalah Call Center 112
Ayo Netizen 17 Des 2025, 20:04 WIB

Jembatan Penyebrangan Usang Satu-satunya Harus Melayani Jalan Terpanjang di Kota Bandung

Jembatan penyeberangan tunggal di Jalan Soekarno-Hatta yang seharusnya menjadi penyelamat, kini rapuh dan berkarat.
Jembatan penyebrangan Soekarno-Hatta Bandung. Soekarno-Hatta Kelurahan Sekejati, Kecamatan Buahbatu Kota Bandung (26/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Azzahra Nadhira)
Ayo Netizen 17 Des 2025, 18:55 WIB

Petugas Kesal Banyak Pembuang Sampah Sembarangan di Kawasan Pasar Kiaracondong

Maraknya sampah ilegal di Pasar Kiaracondong, meskipun pengelolaan sampah sudah rutin berjalan.
Tumpukan sampah yang berada di TPS. Pasar Kiaracondong, Bandung, Sabtu 29/11/2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Nasywa Hanifah Alya' Al-Muchlisin)