Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

49 Tahun Bersama Canting, Kisah Hidup dalam Lembar Batik

Jumat 01 Agu 2025, 18:51 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Di tangan Sipon, malam panas yang menari di atas kain bukan sekadar teknik, melainkan warisan yang menyatu dengan detak hidupnya.

Corak yang ia lukis dengan canting bukan hanya gambar, namun juga sebuah cerita. Cerita yang ia wariskan lewat setiap lembar batik hasil karyanya.

Lahir dan besar di Klaten, Jawa Tengah, Poniyem yang lebih akrab disapa Sipon telah mengenal bau malam dan panas kompor sejak usia belia.

“Saya sudah 49 tahun jadi pembatik. Dari buruh, akhirnya buka usaha sendiri,” tuturnya saat ditemui Ayobandung.

Usaha itu ia beri nama Batik Retno Mulyo, lahir dari kecintaannya yang tak tergoyahkan pada seni batik.

Koleksi batik Retno Mulyo. (Sumber: Batik Retno Mulyo)

Batik bagi Sipon bukan sebatas kain bergambar. Di balik setiap goresan canting, ada filosofi. Ia memilih pakem batik Solo sebagai ruh motif batik Klaten yang ia angkat.

“Motifnya Klaten itu ikut pakem Solo, motif parang, babon angrem, daun kluweh, sekar jagat. Itu semua warisan nenek moyang kita,” ungkapnya.

Ia tak hanya mempertahankan tradisi. Seiring waktu, Sipon membaca selera zaman. Adaptasi ini menjadi jawaban atas dinamika pasar tanpa kehilangan jati diri batik Klaten.

“Sekarang pakai motif kontemporer juga supaya bisa dipadu pas pemakaiannya,” ujarnya.

Keunikan Batik Retno Mulyo juga terletak pada pilihan warnanya yakni soga dan dana radi, warna kuning keemasan yang khas. Soga membawa nuansa bumi, sedangkan dana radi memberi kesan megah yang tak berlebihan.

“Yang tahu pewarnaan dana radi pasti tahu itu ciri batik Klaten,” katanya.

Tren batik lawasan pun ia kuasai. Warna yang tampak telah berumur namun justru memancarkan keanggunan, terutama pada pewarnaan alami.

“Warna lawasan itu tampak sudah dipakai bertahun-tahun, tapi malah hidup dan anggun,” ujar Sipon.

Koleksi batik Retno Mulyo. (Sumber: Batik Retno Mulyo)

Ketekunan Sipon bukan hasil instan. Ia pernah mengikuti kursus batik di BLKI Solo sebelum membuka usaha. Teknik untuk proses pewarnaan pun dilakukannya langsung agar warna batiknya tetap bernyawa.

“Saya ngelotok ilmu karena lama jadi pembatik. Teknik pewarnaan saya pegang sendiri,” ucapnya.

Bukan sekadar kain, melainkan hasil seni yang tumbuh dari disiplin dan cinta. Prestasi pun menyapa. Tahun 2012, Sipon mengikutsertakan karyanya dalam lomba batik UNESCO di Srawak, Malaysia.

Usaha yang dirintis sejak 2010 itu kini menjadi penghidupan sekaligus warisan budaya. Batik buatannya dijual dari harga ratusan ribu hingga jutaan per lembar.

“Alhamdulillah jadi deretan batik dengan nilai tertinggi. Tahun berikutnya, masuk jajaran batik terbaik," ujarnya.

Informasi Batik Retno Mulyo

Instagram: https://www.instagram.com/batikretnomulyo6

Alternatif produk UMKM batik tulis Klaten:

  1. https://s.shopee.co.id/AUjTgMllG2
  2. https://s.shopee.co.id/40VzwRIYeq
  3. https://s.shopee.co.id/7fPIJGtRe0
Tags:
tren batikbatik Klatenseni batikBatik Retno Mulyopembatik

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor