Pengunjung saat berlibur ke Bandung Zoo, Jalan Tamansari, Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung | Foto: Irfan Al Faritsi)

Ayo Netizen

Kebun Binatang dan Runtuhnya Kemanusiaan

Senin 10 Nov 2025, 12:00 WIB

Waktu saya kecil, di waktu-waktu senggang orangtua selalu mengajak saya ke Derentain. Selain melepas lelah, liburan, juga bisa belajar soal hewan. Disana bisa naik perahu, dan sejumlah mainan anak-anak. Tiketnya masih Rp. 350,-

Setelah dewasa, ternyata saya bisa sewa kios di pelataran parkir 3 Derentain atau terakhir dikenal sebagai Kebun Binatang. Kios yang kemudian saya namakan Kios Majelis Sastra Bandung, tak sendirian, saya bersama para seniman teater dari Laskar Panggung Bandung, penyair Dedi Koral, Yusep Muldiyana, Achyr Sukarya dan sejumlah para pelukis lainnya. Kios yang kami sewa melingkar dalam wadah bernama Kebun Seni.

Di sana kami bersama berkesenian, mulai dari diskusi, pementasan teater, pameran lukisan, sampai ronggeng gunung, menghadirkan banyak tokoh seniman. Sejak tahun 2010 hingga 2013 saya disana, berbagai perjalanan selama itu cukup membuat kami bersahabat dengan lingkungan yang ada. Baru cerita sampai disini rasanya dada saya sesak, betapa tidak, kebun seni diambang keruntuhan

Lama tak terdengar sampai akhirnya saya tahu Kebun Binatang ternyata awal dari keterancaman komunitas seniman disana. Ya, Kebun Binatang kisruh dan saya belum memahami kekisruhan itu berawal dari mana.

Tapi saya ingin cerita berdasar pengetahuan terbatas saya;

Kebun Binatang Bandung berdiri tahun 1930, didirikan oleh Bandung Zoological Park (BZP), dengan Direkturnya Bank Dennis, Hoogland. Kebun Binatang ini berdiri direstui Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam keputusan 12 April 1933 No.32.

Namun saat pendudukan Kebun Binatang ini tidak dikelola dengan baik. Raden Ema Bratakusumah,kemudian berinisiatif untuk mengganti Bandung Zoological Park Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1956/1957

Bandung Zoo lalu mendapatkan izin Lembaga Konservasi Ex-Situ dalam bentuk Kebun Binatang dari Menteri Kehutanan melalui Keputusan Menteri Kehutanan nomor 357/Kpts-Il/2003 tanggal 27 Oktober 2003, dengan masa berlaku 30 tahun, dan mendapatkan Predikat B Sertifikat Hasil Penilaian dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam tahun 2011.

Pada 5 Maret 2017 Raden Romly Bratakusumah (Putra Raden Ema Bratakusumah) yang menjabat Wakil Ketua PKBSI mengajak Sekjen PKBSI Tony Sumampau pemilik Taman Safari Indonesia (TSI) mengelolah Bandung Zoo bersama Sri Dewi (istri Romly) Dengan kuasa penuh. Disinilah malapetaka itu dimulai, Raden Romly Bratakusumah meninggal dunia, enam bulan kemudian.

Dan pada tahun 2025 terjadi perebutan hak atas Yayasan Margasatwa Tamansari pengelolah Bandung Zoo, John Sumampau (putera Tony Sumampau) vs Raden Bisma Bratakusumah (putera Raden Romly Bratakusumah), membuat Raden Bisma Bratakusumah dan Sri Demi (istri Raden Romly Bratakusumah) di vonis 7 tahun dengan alasan korupsi tidak membayar sewa lahan milik Pemkot Bandung atas lahan Bandung Zoo.

Dengan kasus ini, sebagian warga menduga Walikota Bandung dan BPN kota Bandung patut dicurigai. Dan meminta agar Komisi Pemberantas Korupsi (KPK), Komisi III dan Komisi IV DPR RI segera menangani kasus ini, kental dengan "permainan", entah permainan sirkus atau apa

Dua Kebun Binatang lain

Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoo. (Sumber: Ayobandung)

Ternyata kisah suram tak hanya dialami Kebun Binatang Bandung, dua kebun binatang lain telah bernasib sama. Sebut saja Kebun Binatang Surabay (KBS) dan Kebon Binatang Solo.

Kebun Binatang Surabaya (KBS) didirikan pada 31 Agustus 1916 oleh jurnalis H.F.K. Kommer dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Kebun Binatang Surabaya).

Di Surabaya, kemelut internal panjang terjadi tahun 2000 di kepengurusan Perkumpulan Kebun Binatang Surabaya, yang saat itu berganti nama Perkumpulan Taman Flora dan Satwa Kebun Binatang Surabaya (PTFSS). Yaz kementerian Kehutanan mencabut ijin Lembaga Konservasi dan membentuk Tim Pengelolah Sementara (TPS) yang terdiri dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jatim, Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia (PKBSI) dan Pemkot Surabaya.

Di Solo, pada bulan Juli 1901 ada kebun binatang di Taman Sriwedari yang didiikan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono X. Pada tahun 1976, koleksi hewan dipindahkan ke Taman Jurug dan dibuka kembali dengan nama Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Lalu TSTJ berganti nama menjadi Solo Safari dan perselihan masih terus berlangsung.

Kawan, jika manusia tidak lagi memperhatikan binatang dan mulai ribut soal dunia, maka kemanusiaan telah mati. Cag! (*)

Tags:
Kebun BinatangkemanusiaanBandung Zoo

Matdon

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor