Jeda Sejenak di Masjid Al Jabbar: Cerita Sore Mendung yang Damai

Syahiratul Maghfiroh
Ditulis oleh Syahiratul Maghfiroh diterbitkan Senin 10 Nov 2025, 09:38 WIB
Di tengah sore mendung yang adem, Masjid Al Jabbar menjadi ruang jeda, tempat jamaah larut dalam ketenangan, di bawah cahaya lembut dan arsitektur megah yang memeluk suasana dengan damai (Foto: Syahiratul Mghfiroh)

Di tengah sore mendung yang adem, Masjid Al Jabbar menjadi ruang jeda, tempat jamaah larut dalam ketenangan, di bawah cahaya lembut dan arsitektur megah yang memeluk suasana dengan damai (Foto: Syahiratul Mghfiroh)

Langit abu-abu dan awan mendung yang menandakan akan turunnya hujan menemani perjalanan saya menuju Masjid Al Jabbar. Bersama seorang teman, saya melaju pelan dengan sepeda motor dari Kampus Cibiru UIN Sunan Gunung Djati, membiarkan hembusan angin sore dan pemandangan sawah di pinggir jalan menjadi jeda singkat dari rutinitas harian.

Area parkir motor luar sudah hampir penuh ketika kami tiba. Beruntung, masih ada satu ruang kosong untuk kami. Kami bergegas menuju pintu terdekat karena waktu salat Asar sudah masuk. 

Di depan masjid, banyak pengunjung terlihat berswafoto, namun kami tak berhenti. Sepatu dititipkan, langkah dipercepat, dan kami langsung naik ke lantai atas.

Di Ruang salat cahaya lembut sore hari menembus kaca-kaca besar, memantulkan rona keemasan di lantai marmer memberikan suasana yang tenang. Dalam ketenangan itu, saya merasakan seolah waktu ikut melambat. 

Seusai salat, saya duduk sejenak, membiarkan diri bernapas dan menikmati jeda itu. 

Ruang utama masjid dipenuhi jamaah yang mulai beranjak, namun atmosfer khidmat masih tertinggal. Suara yang terdengar hanya langkah kaki pelan dan bisikan doa dari beberapa jamaah yang masih duduk menunduk. Sementara udara sejuk dari ruangan membuat semuanya terasa tenang, seakan waktu enggan beranjak lebih cepat

Ketika berjalan menuju pintu keluar, cahaya oranye redup membias di permukaan marmer, sementara angin sore yang lembap menerpa wajah saya. Dari lantai atas, saya melihat pelataran masjid yang ramai namun tetap terasa damai. Suasana mendung menjadikan sore itu lebih hangat dan lebih dekat.

Saat menuruni tangga, bertemu seorang ibu muda bercadar hitam yang sedang berjalan bersama ibunya. Namanya Rinda.

Ia datang dari Majalengka untuk mengajak orang tuanya melihat Masjid Al Jabbar. “Orang tua belum pernah ke sini,” ujarnya sambil memastikan ibunya tidak tertinggal. Angin menyibakkan cadarnya pelan, dan dari tatapannya, saya bisa merasakan ketulusan saat ia menikmati momen sederhana bersama keluarganya.

Baginya, Al Jabbar adalah tempat yang tenang, ruang untuk bernapas sejenak di tengah kesibukan.

Langkah kemudian membawa saya menuju area taman depan masjid, tempat pohon-pohon kurma berjajar rapi. Lantai yang masih lembap setelah hujan membuat udara terasa lebih segar. Di bawah salah satu pohon, sekelompok pelajar tengah bercengkerama.

Di antara mereka, saya berbincang dengan Mirnawati, siswi dari Maluku yang sedang mengikuti study tour. “Tenang banget, kayak bukan di Bandung,” katanya sambil memandang bangunan masjid yang menjulang. Baginya, barisan pohon kurma membuat suasana terasa seperti di Timur Tengah.

Ia juga sempat mengunjungi museum Al Jabbar yang membuatnya sangat terkesan. “Tadi waktu salat di atas… hampir nangis,” ujarnya lirih.

Sebelum keluar, saya kembali ke penitipan sepatu dan bertemu Risma, petugas berseragam hitam. Ia bercerita bahwa Al Jabbar selalu ramai sejak hari pertama dibuka. “Weekend mah lebih rame, teh,” katanya ramah.

Dalam keseharian yang padat, Risma adalah bagian dari ritme masjid, menjaga alurnya tetap teratur dari subuh hingga malam.

Masjid Raya Al Jabbar di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Masjid Raya Al Jabbar di Kota Bandung. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)

Setelah mengenakan sepatu, saya melewati jembatan yang menghubungkan pelataran masjid dengan area taman. Di sinilah saya bertemu Syarifuddin, seorang pengunjung yang sedang menikmati pemandangan waduk bersama saudaranya. 

Air yang tenang memantulkan langit abu-abu pucat, membuat suasana sore itu terasa syahdu.

Ia bercerita bahwa beribadah di Al Jabbar membuatnya merasa seperti berada di Makkah atau Madinah. “Tenang… adem… kayak di sana,” ucapnya sambil menatap bangunan raksasa di belakang kami dengan dinding-dinding kaca bersegi yang saling bertaut, memantulkan cahaya sore di permukaannya. Atap lengkungnya menjulang tinggi, dan seluruh strukturnya yang berwarna putih keperakan tampak tegas sekaligus anggun, seolah muncul dari permukaan air waduk yang mengelilinginya. Masjid al jabar yang megah.

Langit tetap mendung, tapi tidak menakutkan. Justru menjadi latar yang meneduhkan, seperti selimut raksasa yang menjaga suasana tetap lembut.

Sore itu, Al Jabbar bukan hanya tempat ibadah, ia menjadi ruang jeda. Tempat di mana langkah-langkah yang terburu bisa melambat, pikiran yang penuh bisa menjadi lega, dan pertemuan sekilas dengan orang-orang asing bisa terasa hangat.

Dalam kesejukan sore yang mendung namun adem, setiap percakapan terasa lebih dekat, setiap momen lebih berarti.

Sesaat saja berhenti di Al Jabbar, namun rasanya seperti mengisi ulang ruang tenang dalam diri. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Syahiratul Maghfiroh
Mahasiswa Aktif UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

Bandung Was Wes Wos

Ayo Netizen 09 Nov 2025, 18:01 WIB
Bandung Was Wes Wos

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:44 WIB

West Java Festival, Konser Musik atau Acara Budaya?

West Java Festival 2025 tak lagi sekadar konser. Mengusung tema 'Gapura Panca Waluya'.
West Java Festival 2025 (Foto: Demas Reyhan Adritama)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 11:06 WIB

Burayot, Camilan Legit Khas Priangan yang Tersimpan Rahasia Kuliner Sunda

Bagi orang Sunda, burayot bukan sekadar pengisi perut. Ia adalah bagian dari kehidupan sosial.
Burayot. (Foto: Dok. Ayobandung.com)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:45 WIB

Tak Pernah Takut Coba Hal Baru: Saskia Nuraini Sang Pemborong 3 Piala Nasional

Saskia Nuraini An Nazwa adalah siswi berprestasi tingkat Nasional yang menginspirasi banyak temannya dengan kata-kata.
Saskia Nuraini An Nazwa, Juara 2 lomba Baca Puisi, Juara 3 lomba unjuk bakat, juara terbaik lomba menulis puisi tingkat SMA/SMK tingkat Nasional oleh Lomba Seni sastra Indonesia dengan Tema BEBAS Jakarta. (Sumber: SMK Bakti Nusantara 666)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 10:41 WIB

Goyobod Legendaris Harga Kaki Lima Kualitasnya Bintang Lima

Goyobod Nandi sudah berjualan sejak 1997 yang tetap bertahan hingga sekarang.
Ilustrasi es goyobod. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Afrogindahood)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:47 WIB

Bandung Lautan Macet Saat Liburan Akhir Pekan

Bandung yang sering dielu-elukan karena memiliki beberapa spot yang bisa mendatangkan ketenangan.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Kota Bandung, Jumat 19 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)