Kehangatan Pagi Hari di Gerobak Bubur Ayam Pasor

Salsabiil Firdaus
Ditulis oleh Salsabiil Firdaus diterbitkan Senin 10 Nov 2025, 11:41 WIB
Gerobak Bubur Ayam Pasor Mang Opik yang berada di pinggir jalan Manisi, Kota Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Gerobak Bubur Ayam Pasor Mang Opik yang berada di pinggir jalan Manisi, Kota Bandung (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Kabut tipis masih menggantung di atas pasar kecil di kawasan Bandung timur. Jalan sempit yang becek karena sisa hujan semalam mulai ramai oleh pedagang sayur, tukang kue, dan motor-motor yang berhenti sebentar membeli sarapan. Di tengah hiruk pikuk itu, berdiri sebuah gerobak coklat muda dengan tulisan stiker yang agak mulai pudar “Bubur Ayam Pasor.” Dari sana, uap panas perlahan naik, membawa aroma kaldu ayam yang gurih dan bawang goreng yang baru diangkat dari wajan.

Mang Opik, lelaki asal Majalengka berusia empat puluhan, sudah bersiap sejak subuh. Tangannya cekatan mengaduk bubur dalam panci besar, sementara bahunya sesekali ia seka dengan handuk kecil. Ia tidak banyak bicara, tapi gerak tubuhnya menunjukkan kebiasaan yang terbangun dari bertahun-tahun rutinitas.

“Sudah lima belas tahun di sini, dari dulu ya di gerobak ini juga,” katanya pelan.

Nama Pasor ternyata muncul dari singkatan sederhana, yaitu pagi-sore. Dulu, Mang Opik memulai jualannya dari pagi sampai petang, sebelum akhirnya memilih berjualan hanya di pagi hari. Nama itu tetap dipertahankan, seperti kenangan dari masa-masa awal merintis. Awalnya, memang hari-hari sering sepi pembeli. Ada kalanya bubur tak laku hingga siang, tapi ia tetap bertahan.

“Kalau sepi, ya dijalani, namanya juga jualan,” ujarnya.

Mang Opik sedang menyiapkan semangkuk bubur ayam kepada pembeli (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Mang Opik sedang menyiapkan semangkuk bubur ayam kepada pembeli (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Gerobaknya kecil tapi rapi. Di sisi kiri, barisan sate usus, ati ampela, dan telur puyuh menunggu untuk disantap. Di sebelah kanan, toples-toples berisi kacang, bawang goreng, dan kerupuk teratur seperti barisan prajurit di pagi hari. Di dalam panci yang besar, bubur putih mengental perlahan. Tak boleh dibiarkan tanpa pengawasan.

“Kalau lagi masak, bubur nggak boleh ditinggal, apinya pun harus pas, benar-benar harus teliti,” ujarnya sambil mengaduk perlahan.

Rasa buburnya sederhana tapi mantap. Tanpa kuah tambahan, hanya lembutnya bubur gurih yang berpadu dengan suwiran ayam, cakwe gurih, dan sambal merah yang menantang. Favorit banyak pelanggan justru bukan di buburnya, melainkan pada sate pendampingnya yang punya cita rasa khas asin, manis, dan sedikit gosong di bagian tepinya.

“Satenya emang paling cepat habis, kadang sebelum jam delapan udah ludes,” katanya, sambil tertawa kecil.

Ia tak punya resep warisan atau rahasia besar dalam berjualan. Semua racikan ia ciptakan sendiri, dari pengalaman dan percobaan yang tidak terhitung. Tapi ada satu hal yang selalu dijaga, yakni kesabaran.

Bagi Mang Opik, membuat bubur ayam dan juga menghadapi hari-hari jualan memang membutuhkan napas panjang. Baginya, kunci dari ketekunan dan juga kesabaran ini berangkat dari kebutuhan untuk menafkahi anak dan istrinya, sehingga ia pun tetap semangat dalam berjualan.

Tampilan semangkuk bubur ayam Mang Opik yang ditemani toppingnya dengan semangkuk krupuk dan teh hangat (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)
Tampilan semangkuk bubur ayam Mang Opik yang ditemani toppingnya dengan semangkuk krupuk dan teh hangat (Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis | Foto: Salsabiil Firdaus)

Dari hasil jualannya itulah ia dapat menafkahi dan menghidupi kebutuhan keluarganya. Mungkin bagi banyak orang, gerobak bubur ayam hanyalah pemandangan biasa di pinggir jalan. Tetapi bagi Mang Opik, di sanalah seluruh hidupnya berputar, dimana tempat ia menakar rezeki, menakar rasa, dan juga menakar kesabaran, menjadikannya sebagai aktivitas yang rutin dilakukan setiap pagi di pinggir jalan.

Setiap pagi, sebelum matahari betul-betul naik, ia sudah menyiapkan panci besar berisi bubur ayam hangat. Tangan tuanya cekatan mengaduk, mencampur kaldu ayam dengan beras yang dimasak perlahan sejak subuh. Uap panas mengepul dari panci, bercampur dengan aroma gurih yang menembus udara pagi dan berbaur dengan aroma tanah basah di jalan. Sementara di sudut gerobak, kerupuk putih tersusun rapi di kantong plastik, menunggu dicelupkan ke dalam kuah.

Gerobak itu mungkin tampak sederhana, catnya mulai pudar, tetapi dari sanalah puluhan mangkuk bubur hangat berpindah tangan setiap hari. Ia bekerja dalam ritme yang sudah dihafalnya selama puluhan tahun. Setiap sendok bubur yang ia tuangkan bukan sekadar hidangan, melainkan cerita kecil tentang ketekunan. Kadang, di sela lengangnya pembeli, ia hanya duduk sambil menyeruput teh hangat, menatap jalan yang ramai dengan langkah orang-orang yang mengejar pagi.

“Hidup emang kayak bubur, kudu sabar diaduk biar rasanya pas,” katanya sambil tersenyum tipis. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Salsabiil Firdaus
Islamic Communication and Broadcasting Students
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 12 Nov 2025, 10:24 WIB

Bandung Macet, Udara Sesak: Bahaya Asap Kendaraan yang Kian Mengancam

Bandung yang dulu dikenal sejuk kini semakin diselimuti kabut polusi.
Kemacetan bukan sekadar gangguan lalu lintas, tapi cerminan tata kelola kota yang belum sepenuhnya adaptif terhadap lonjakan urbanisasi dan perubahan perilaku mobilitas warganya. (Sumber: Ayobandung.id)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:47 WIB

Ketika Integritas Diuji

Refleksi moral atas pemeriksaan Wakil Wali Kota Bandung.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin. (Sumber: Pemprov Jabar)
Ayo Netizen 12 Nov 2025, 09:36 WIB

Perpaduan Kenyal dan Lembut dari Donat Moci Viral di Bandung

Setiap gigitan Mave Douchi terasa lembut, manisnya tidak giung, tapi tetap memanjakan lidah.
Donat mochi lembut khas Mave Douchi dengan tekstur kenyal yang jadi favorit pelanggan (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Jelajah 12 Nov 2025, 08:39 WIB

Sejarah Letusan Krakatau 1883, Kiamat Kecil yang Guncang Iklim Bumi

Sejarah letusan Krakatau 1883 yang menewaskan puluhan ribu jiwa, mengubah iklim global, dan menorehkan bab baru sejarah bumi.
Erupsi Gunung Krakatau 1883. (Sumber: Dea Picture Library)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 21:04 WIB

Mama Inspiratif dan Perjuangan Kolektif Mengembalikan Sentuhan Nyata dalam Pengasuhan

Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar.
Ilustrasi. Tak sedikit orang tua yang merasa gamang menghadapi kenyataan bahwa anak-anak kini tumbuh dalam dunia yang tak bisa lepas dari layar. (Foto: Freepik)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 18:39 WIB

Dari Studio Kecil hingga Panggung Nasional, Bandung Bangkit Lewat Nada yang Tak Pernah Padam

Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an.
Bandung bukan hanya kota dengan udara sejuk dan arsitektur kolonial yang memesona tapi juga 'rahim' dari gelombang musik yang membentuk identitas Indonesia sejak era 1960-an. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Kavin Faza)
Ayo Jelajah 11 Nov 2025, 17:22 WIB

Hikayat Buahbatu, Gerbang Kunci Penghubung Bandung Selatan dan Utara

Pernah jadi simpul logistik kolonial dan medan tempur revolusi, Buahbatu kini menjelma gerbang vital Bandung Raya.
Suasana Buahbatu zaman baheula. (Sumber: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Ayo Biz 11 Nov 2025, 17:00 WIB

Proyeksi Ekonomi Jawa Barat 2025: Menakar Potensi dan Risiko Struktural

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2025 diproyeksikan tetap solid, meski dibayangi oleh dinamika global dan tantangan struktural domestik. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 15:20 WIB

Bakmi Tjo Kin Braga Jadi Ikon Kuliner yang Tak Lekang Waktu

Sejak 1920 Bakmi Tjo Kin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Bandung, sebuah warung tua yang bernuansa klasik ini terletak di Jalan Braga No. 20
Tampak Depan Warung Bakmi Tjo Kin (Foto: Desy Windayani Budi Artik)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:38 WIB

Bandung, Antara Heritage dan Hype

Bangunan heritage makin estetik, tapi maknanya makin pudar. Budaya Sunda tersisih di tengah tren kafe dan glamping.
Salah satu gedung terbengkalai di pusat Kota Bandung. (Sumber: Pexels/Muhamad Firdaus)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:21 WIB

Mengintip Cara Pengobatan Hikmah Therapy yang 'Nyentrik' di Bandung

Praktik pijat organ dalam di Bandung yang memadukan sentuhan, doa, dan ramuan herbal sebagai jalan pemulihan tubuh dan hati.
Ibu Mumut berada di ruang depan tempat praktik Hikmah Therapy. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Fira Amarin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 14:00 WIB

Potret Inspiratif Cipadung Kidul dari Sales Keliling hingga Kepala Seksi Kelurahan

Budi Angga Mulya, Kepala Seksi Pemerintahan Cipadung Kidul, memaknai pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian.
Kepala Seksi Pemerintah Kelurahan Cipadung Kidul, Budi Angga Mulya (Foto: Zahwa Rizkiana)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 13:05 WIB

Menapak Jejak Pandemi dalam Galeri Arsip Covid-19 Dispusipda Jawa Barat

Dispusipda Jawa Barat menghadirkan Galeri Arsip Covid-19 sebagai ruang refleksi dan edukasi bagi masyarakat.
Koleksi Manekin Alat Pelindung Diri (APD) dikenal dengan nama baju Hazmat yang mengenakan tenaga kesehatan dalam menangani Covid 19 (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Fereel Muhamad Irsyad A)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 11:25 WIB

ASN Frugal Living, Jalan Selamat ASN dari Jerat Cicilan dan Inflasi?

Dengan frugal living, ASN dapat menjaga integritas dan stabilitas keuanganny
Ilustrasi ASN. (Sumber: Pexels/Junior Developer)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 10:41 WIB

Goyobod Legendaris Harga Kaki Lima Kualitasnya Bintang Lima

Goyobod Nandi sudah berjualan sejak 1997 yang tetap bertahan hingga sekarang.
Ilustrasi es goyobod. (Sumber: Wikimedia Commons | Foto: Afrogindahood)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:47 WIB

Bandung Lautan Macet Saat Liburan Akhir Pekan

Bandung yang sering dielu-elukan karena memiliki beberapa spot yang bisa mendatangkan ketenangan.
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jembatan Layang Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Kota Bandung, Jumat 19 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Irfan Al-Faritsi)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 09:17 WIB

Air Mata Bahagia di Balik Toga, Kisah Keluarga yang Mengantar Mimpi ke Panggung Wisuda

Di balik gemuruh tepuk tangan dan toga yang melambai, tersimpan kisah haru sebuah keluarga sederhana.
Seorang wisudawan berpose bersama keluarganya di depan Fakultas, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Jajang Shofar Khoerudin)
Ayo Netizen 11 Nov 2025, 07:58 WIB

Berjuang itu Mudah, Bertahan itu Sulit: Kisah Sosok Santri yang Tangguh

Kisah inspiratif Defani Raspati yang Mendapatkan Juara 1 Lomba Membaca Kitab Kuning pada Hari Santri Nasional di Persiapan Waktu yang Singkat.
Pemberian Piala Juara 1 Membaca Kitab Kuning kepada Defani Raspati, salah satu Santri Yayasan Pondok Pesantren Sukamiskin. (Istimewa)
Ayo Biz 10 Nov 2025, 19:25 WIB

Jawa Barat Menuju 2029: Sinergi Ekonomi Biru, Industri 5.0, dan Pemerintahan Progresif untuk Pertumbuhan Inklusif

Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Arah pembangunan Jawa Barat kini difokuskan pada sinergi antara ekonomi biru dan industri 5.0 sebagai fondasi baru untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)