Hembusan angin dingin menyapa wajah, sementara dinding tinggi berlumut hijau mengapit jalan setapak dari bambu. Di kedalaman hutan Jayagiri, Lembang, tersimpan lorong bersejarah yang kini menjadi destinasi wisata alam favorit. Lorong Lumut Jayagiri, sebuah peninggalan Belanda dari tahun 1936, menawarkan pengalaman berbeda bagi para pencinta alam yang berkunjung ke kawasan Genteng, Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (9/11/2025).
Dadang, Pengelola Lorong Lumut Jayagiri yang telah bertugas sejak destinasi ini mulai dikelola pada 2022, menjelaskan bahwa lorong ini awalnya merupakan galian pipa air milik Belanda untuk saluran PDAM.
"Ini dibangun tahun 1936 dengan membelah tebing untuk saluran pipa. Karena di sini lembab dan dingin, jadi tumbuh lumut di dinding-dindingnya," ujarnya.
Lorong sepanjang 200 meter dengan lebar 1 meter ini dulunya dikenal dengan sebutan Gupitan oleh masyarakat setempat. Nama tersebut merujuk pada istilah lokal untuk perbatasan tanah. Baru tiga tahun terakhir, tempat ini resmi diberi nama Lorong Lumut untuk menarik minat wisatawan dan mencerminkan keunikan alamnya yang dipenuhi lumut hijau tebal.
Sebelum dikelola secara resmi, kawasan ini merupakan jalur pendakian liar menuju Puncak Upas yang kerap membuat para pendaki tersesat.
"Dulu banyak yang nyasar, kadang masuk jam 6 sore, belum pulang sampai gelap. Malah nyasar di hutan. Makanya kasihan, mendingan dikelola aja sekalian," kenang Dadang.
Pengelolaan Lorong Lumut kini berada di bawah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Lembah Harapan Jaya yang bekerja sama dengan Perhutani. Sejak 2022, destinasi ini dilengkapi dengan fasilitas gapura, loket tiket, toilet, warung kecil, dan jalur pijakan bambu yang disusun rapi untuk keamanan pengunjung.
Akses menuju Lorong Lumut dimulai dari kawasan Orchid Forest Cikole. Pengunjung yang membawa kendaraan perlu membayar tiket masuk kawasan Orchid Forest sebesar Rp10.000 per orang, dengan biaya parkir motor Rp5.000 dan mobil Rp10.000. Setelah itu, tiket masuk Lorong Lumut dibanderol Rp10.000 per orang.
Lorong Lumut beroperasi setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Namun, pengunjung yang ingin menyaksikan sunrise dari Puncak Upas bisa datang lebih pagi dengan menghubungi pengelola terlebih dahulu melalui nomor WhatsApp +62 882-0022-06629.
Perjalanan menyusuri lorong ini tidak memakan waktu lama, hanya sekitar 10 hingga 20 menit untuk bolak-balik. Suhu di sekitar lorong berkisar antara 18 hingga 29 derajat Celsius, menciptakan suasana sejuk yang menenangkan. Bagi yang ingin melanjutkan pendakian ke Puncak Upas, dibutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 jam perjalanan dengan jarak tempuh 3,8 kilometer dari ujung lorong. Pengunjung yang ingin mendaki ke Puncak Upas wajib mengisi data dan nomor WhatsApp untuk keperluan keamanan.
Lorong Lumut Jayagiri merupakan salah satu dari lima jalur pendakian menuju Puncak Upas. Jalur ini terletak paling timur, sementara jalur lainnya adalah Jayagiri, Cikahuripan, Nyawangbandung, dan Trek 11 Sukawana yang melewati kebun teh. Meski ramah untuk pendaki pemula, penting untuk diperhatikan bahwa area puncak Upas bukan lokasi resmi untuk berkemah sehingga tidak diperkenankan mendirikan tenda di sana.
Keunikan lorong ini terletak pada kondisi alamnya yang masih sangat terjaga. Tidak ada instalasi listrik sama sekali di sepanjang jalur, sehingga pengunjung yang datang di pagi buta atau sore hari wajib membawa penerangan sendiri. Jalan setapak dari bambu yang telah diganti empat kali sejak pengelolaan dimulai membentang di atas pipa air yang tertanam sekitar satu meter di bawahnya. Pipa tersebut mengalirkan air secara alami dari mata air di atas tanpa menggunakan pompa.
Dinding lorong yang ditumbuhi lumut tebal menjadi daya tarik utama, menciptakan suasana yang cocok untuk spot foto Instagrammable. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu dingin khas pegunungan membuat lorong ini terasa sejuk bahkan di siang hari. Kondisi inilah yang membuat lumut tumbuh subur dan menjadi ciri khas tempat wisata ini, menawarkan latar foto estetis yang catchy bagi penikmat fotografi alam.
Bagi pengunjung yang khawatir tersesat saat mendaki ke Puncak Upas, pengelola telah menyiapkan sistem pendataan ketat. Setiap pengunjung wajib mencantumkan data diri dan nomor kontak yang bisa dihubungi. "Ada data pengunjung di sini. Yang udah pulang, dicoret. Jadi kelihatan yang belum pulang. Kalau ada apa-apa, bisa dihubungi," ujar Dadang mengenai sistem keamanan yang diterapkan.
Meski tidak sekondang destinasi wisata lain di Lembang, Lorong Lumut Jayagiri menawarkan pengalaman berbeda bagi para wisatawan yang mencari ketenangan dan ingin merasakan langsung jejak sejarah kolonial. Keberadaan lorong ini membuktikan bahwa tidak semua destinasi wisata membutuhkan fasilitas mewah untuk menarik pengunjung. Keaslian alam, nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, dan keindahan lumut yang tumbuh alami sudah cukup menjadi magnet tersendiri bagi para pencinta petualangan, sejarah, dan fotografi alam. (*)