Warga sekitar Podomoro Park harus merasakan rasa yang pahit atas pembangunan perumahan yang kian memberikan dampak merugikan bagi warga.
“Ini mah tiap kali hujan terus warga belakang pasti dapet kiriman banjir, ya minimal selutut (tinggi orang dewasa),” Ucap Warga Cikoneng yang menetap di Samping Podomoro Park, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
***
Podomoro Park merupakan kompleks perumahan elite yang juga diisikan tempat-tempat publik berluaskan 130 Hektare. Kawasan hunian ini dulunya merupakan persawahan hingga rawa-rawa yang menjadi ladang hijau bagi warga setempat.
Awal pembangunannya, warga serentak untuk menolak adanya pembangunan karena diyakini akan merusak lingkungan sekitar dan memberikan hasil yang negatif bagi warga sendiri. Namun, awal diskusi umum dengan warga pihak Podomoro menjanjikan akan adanya irigasi berupa sungai yang nantinya akan menjadi alur air persawahan warga.
Irigasi merupakan salah satu hal yang rentan untuk pengaliran sawah. Bila irigasi tidak terurus bahkan tidak ada, akan memberikan dampak yang cukup besar. Saat ini, bila curah hujan di Kabupaten Bandung tinggi, irigasi yang tidak terurus ini akan menguap dan memberikan bentuk banjir ke pemukiman warga. Banjir ini akan selalu merepotkan warga bila curah hujan yang tinggi.
Berjalannya waktu dan pembangunan terus berlanjut, Podomoro Park justru memberikan efek yang negatif bagi warga sekitar. Kemacetan yang tak teruraikan imbas keluar masuknya alat berat, hingga banjir kiriman ke warga dari irigasi yang tidak kian dikerjakan.
Banjir kiriman ini memberikan kesengsaraan kepada warga, mereka dipaksa untuk ikhlas atas musibah yang dialaminya. Namun, kemarin November 2025 Podomoro Park mengumpulkan warga sekitar yang terkena dari imbas kiriman banjir dari pembangunan Podomoro Park.
Alih-alih meminta maaf dan menyelesaikan janji awalnya berupa pembuatan sungai irigasi, Podomoro Park memberikan uang ke tiap Kepala Keluarga di Desa Cikoneng RT 1-4, Kecamatan Bojongsoang, Kabupaten Bandung.
“Ya warga sini mau ga mau diterima, karena sama saja (diterima juga terkena banjir, ga diterima ya tetap terkena banjir),” ucap seorang ibu yang enggan disebut namanya.
Apakah ini merupakan salah satu solusi agar warga tidak kembali melakukan ujuk rasa dan merugikan pembangunan Podomoro Park?
Pemberian uang ini perlu adanya keterangan yang jelas dari pihak Podomoro Park sendiri, atau janji-janji awal pembangunan itu digantikan dengan sejumlah uang yang tidak sebanding itu bagi masyarakat yang terkena dampaknya? (*)