Soul Release Art Bersama Ruang Therapeutic Bandung (Sumber: Ruang Therapeutic Bandung)

Ayo Netizen

Soul Release Art, Tangan yang Menari di Atas Lukisan Suara Jiwa

Selasa 12 Agu 2025, 05:02 WIB

Pernahkah kita merasa, suatu hari ketika sedang duduk atau sedang rebahan di kamar atau bahkan sedang melakukan aktivitas, tapi riuhnya dunia tiba-tiba datang tanpa di undang?

Begitu gaduh saling mengintervensi. Ada banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi, ada banyak teriakan yang tak bisa terejawantahkan, ada banyak keegoisan yang sebetulnya pantas kita ambil tapi rasa empati kita terlalu mendominasi, lantas membuat kita tersingkir dan penuh dengan kenaifan berkata, "gapapa asal orang lain bisa bahagia".

Betul membuat orang lain bahagia adalah perasaan paling melegakan dan membahagiakan. Rasanya kita seperti pahlawan dalam kehidupan seseorang. Perasaan merasa bisa diandalkan menjadi sebuah bentuk validasi bahwa kita hebat.

Tapi kadang kita lupa, kita adalah orang pertama yang berhak mendapatkan cinta dan kebahagiaan itu. Bagaimana bisa kita berbagi kebahagiaan kepada orang lain? sementara tangki cinta kita belum terpenuhi dengan baik. Sampai akhirnya kita memaksakan memberikan semua cinta, maka diri kitalah yang menjadi korban pertama kesakitan itu.

Sebetulnya permasalahan mengenai kesehatan mental sudah ada sejak zaman pra ilmiah. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Indra Aditiyawarman berjudul Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental menyimpulkan bahwa kesehatan mental sudah ada sejak orang primitif mempercayai adanya animisme hingga kemunculan naturalisme.

Sementara perkembangan gerakan kesehatan mental pada masa modern tidak lepas dari kebudayaan sebelumnya, yaitu kebudayaan islam yang menjadi transformator antara pengetahuan masa lampau, pengetahuan islam dan pengetahuan kekinian tentang kesehatan mental itu sendiri selama hampir lebih 13 abad hijriyah.

Kali ini Ruang Therapeutic Bandung mengadakan sebuah event yang berjudul Healing Hypno Nature Retreat "Soul Release Art" yang berlokasi di Kamakarsa Garden. Sebuah judul yang powerfull menurut saya karena memiliki beberapa makna yang mendalam dan merepresentasikan acara ini.

Melalui acara ini semesta seperti ingin menyampaikan bahwa kita perlu rehat/ jeda sejenak dari rutinitas sehari-hari dan riuhnya kehidupan kota untuk sementara waktu. Kita seperti diajak untuk sedikit rileks dan terhubung kembali dengan alam demi memulihkan diri baik secara fisik atau pun mental melalui salah satu media yaitu seni lukis.

Acara Pembukaan oleh Pemateri (Sumber: Ruang Therapeutic Bandung)

Selaras dengan apa yang disampaikan Santi Yuliany, S.Psi, M.Si,Ch,CHt,Ct sebagai pemateri dalam acara tersebut,

Adapun acara ini memiliki banyak manfaat diantaranya,

Rangkaian acara yang dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 12.00 ini diawali dari kegiatan grounding dengan alam, meditasi, hingga pelepasan emosi melalui seni lukisan. Berjalan tanpa alas kaki di atas rumput yang sedikit basah karena embun, cukup merelaksasikan otot-otot kaki.

Grounding Bersama Alam (Sumber: Ruang Therapeutic Bandung)

Melalui meditasi, pemateri mengajak peserta untuk menyatu dengan alam dan kembali memanggil masa lalu. Beberapa tahapan meditasi ternayata mampu membantu merilis emosi pada setiap diri.

Semilir angin yang datang menerpa wajah, alunan musik yang menentramkan jiwa juga harumnya aromaterapy yang melegakan dada. Seni lukis menjadi media yang dapat menyalurkan suara jiwa yang selama ini sulit untuk diungkapkan.

Setelah kegiatan melukis selesai, peserta diajak untuk sharing session menceritakan karya lukisan dan juga membagikan hasil journaling. Pemateri memberikan sedikit penjelasan mengenai hasil karya beberapa peserta. Ajaibnya apa yang dibaca pemateri melalui lukisan ternyata merefleksikan hasil journaling yang sudah ditulis para peserta.

Dalam sesi ini saya menyadari bahwa setiap orang punya lukanya masing-masing. Ada yang begitu merasa kesepian dan tidak merasakan kehadiran ibu dalam hidupnya.

Sosok yang seharusnya menjadi rumah saat tubuh membutuhkan pelukan. Sosok yang seharusnya menjadi pendengar di antara  riuhnya kehidupan. Sosok yang justru sangat dibutuhkan oleh seorang anak di tengah kerasnya kehidupan. Sosok yang seharusnya menjadi pijakan saat hancurnya dunia. Sosok yang seharusnya merangkul tanpa harus bertanya kamu kenapa? Tapi dalam dekapan ibu kamu aman.

Hebatnya tarian lukisan di atas kanvasnya berhasil menceritakan apa yang menjadi keresahan, ketakutan dan kebencian yang bercampur dengan rindu yang mendalam secara bersamaan.

Sementara disisi lain ada yang memiliki luka masa kecil yang ternyata ikut hadir dalam bertambahnya usia. Mungkin secara biologis tubuh akan mengalami pertumbuhan tapi apakah jiwa yang hadir pun bisa seleras dengan fisiknya.

Melalui peserta ini saya belajar bahwa kesehatan mental bukan masalah enteng yang bisa diabaikan. Ternyata seseorang yang tampak baik-baik saja diluar bisa menyimpan luka yang teramat dalam.

Maka dari itu rasa empati dan simpati perlu ditumbuhkan setiap orang saat melakukan interaksi sosial. Terlepas itu pertemuan pertama dengan stranger atau dengan orang terdekat kita.

Relaksasi Anggota Tubuh (Sumber: Ruang Therapeutic Bandung)

Acara di akhiri dengan pelepasan burung sebagai simbolisasi pelepasan emosi, hal-hal negatif atau luka yang sudah terkukung sejak lama. Selain itu juga peserta menuliskan beberapa harapan atau afirmasi positif dalam sebuah pita yang kemudian diikatkan pada sebuah pohon harapan.

Acara yang di support oleh Mie Berkah Abadi, Saan Store, Get Pome, Calmea, Granova, Nadifa Clinic Surapati, 95 Villas, YK The label dan RHX Skin memberikan beberapa keuntungan bagi peserta baik pemberian produk dalam bentuk fisik, potongan harga melalui voucher produk dan kesempatan menginap satu malam di salah satu villa yang berada di Parongpong.

Setiap dari diri kita pasti memiliki luka, entah yang berangkat dari masa kecil atau saat dewasa. Bisa berasal dari rumah yang disebut sebagai keluarga, lingkungan pekerjaan atau instansi seperti sekolahan. Bisa dari trauma sebuah kejadian atau dari tindakan baik verbal maupun non verbal.

Luka dan trauma tak selamanya bisa digenggam karena kita bisa hancur sendirian. Maka dari itu kita membutuhkan kegiatan yang bisa merilis emosi. Bahkan kita butuh bantuan profesional jika sudah tidak bisa mengendalikannya lagi.

Meditasi (Sumber: Ruang Therapeutic Bandung)

Ruang Therapeutic Bandung menjadi salah satu jalan bagi kamu agar tidak merasa berjalan sendirian. Seperti apa yang diungkapkan oleh pemateri bahwa kita adalah ibu bagi anak-anak dalam anggota tubuh kita. Mungkin mereka tidak bisa berbicara tapi setiap tindakan dan emosi kita menjadi penanda bahwa mungkin anggota tubuh kita sedang tidak baik-baik saja.

Terkait informasi kegiatan selanjutnya bisa dilihat melalui instagram @ruangtherapeutic.bdg. Bagi yang ingin berkonsultasi lebih intim lagi kalian juga bisa mendatangi Klinik Hipnoterapi Bandung di Jl. Sarimanah Blok 7 No.74 Bandung, Jawa Barat. 

Melalui acara ini saya berharap Bandung bisa lebih banyak menghadirkan acara sekeren ini. Semoga makin banyak lagi profesional khususnya dalam bidang kesehatan mental yang bisa turut berkontribusi bahkan bisa berdampak bagi masyarakat Indonesia. (*)

Tags:
Ruang Terapeutik BandungkomunitasSoul Release Art

Dias Ashari

Reporter

Aris Abdulsalam

Editor