Di Persimpangan Teknologi dan Iman, Masihkah Kita Mengenali Arah Pulang?

Taufik Hidayat
Ditulis oleh Taufik Hidayat diterbitkan Senin 11 Agu 2025, 11:51 WIB
Teknologi modern harus diarahkan sesuai nilai Islam, dengan maqasid syariah sebagai kompas etis. (Sumber: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan)

Teknologi modern harus diarahkan sesuai nilai Islam, dengan maqasid syariah sebagai kompas etis. (Sumber: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan)

Di era disrupsi digital yang bergerak eksponensial ini, umat manusia menghadapi tantangan eksistensial yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat telah menciptakan perubahan paradigmatik dalam hampir setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari bagaimana cara kita berkomunikasi, bekerja, belajar, hingga bagaimana beribadah.

Namun, di balik segala kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh kemajuan teknologi ini, muncul pertanyaan-pertanyaan mendasar yang menyentuh hakikat kemanusiaan kita bersama.

Apakah teknologi yang kita terus kembangkan ini benar-benar membawa kemaslahatan bagi semua umat manusia? Apakah kita telah kehilangan kendali atas ciptaan teknologi kita sendiri? Dan bagaimana kita dapat memastikan bahwa perkembangan teknologi ini tetap selaras dengan nilai-nilai spiritual dan moral yang menjadi fondasi peradaban?

Dalam konteks pembahasan inilah, pandangan dunia Islam menawarkan perspektif yang sangat unik dan holistik. Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh (syumul) tidak pernah menutup mata terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Sejarah panjang telah membuktikan bagaimana peradaban Islam pada masa kejayaannya menjadi pelopor dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, baik sains maupun teknologi.

Namun, yang membedakan adalah paradigma di balik pengembangan teknologi tersebut - bahwa semua kemajuan harus tetap berada dalam koridor nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan yang universal.

Fenomena Teknologi Kontemporer dan Dampaknya

Masyarakat modern saat ini hidup dalam dunia yang semakin terdigitalisasi. Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang sedemikian rupa sehingga mampu dapat menciptakan karya seni, menulis artikel, bahkan membuat keputusan-keputusan yang sebelumnya merupakan domain eksklusif manusia.

Media sosial telah menjadi ruang hidup alternatif yang membentuk bagaimana cara kita berpikir, berinteraksi, dan memandang diri sendiri. Bioteknologi telah mencapai tahap di mana manusia mulai "bermain-main" dengan kode genetik kehidupan itu sendiri.

Namun, perkembangan ini tidak datang tanpa konsekuensi. Kita telah menyaksikan bersama bagaimana teknologi digital telah menciptakan ketergantungan patologis, di mana banyak orang tidak bisa lepas dari gawainya bahkan untuk beberapa menit saja.

Media sosial telah melahirkan budaya "performative living" di mana nilai diri seseorang seringkali diukur dari jumlah like dan followers. Kecerdasan buatan mulai menggeser peran manusia dalam setiap bidang pekerjaan, menciptakan kekhawatiran akan masa depan lapangan kerja.

Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, perkembangan teknologi seringkali justru memperlebar kesenjangan sosial, di mana sebagian kecil perusahaan teknologi raksasa menguasai sebagian besar kekayaan dunia digital sementara banyak pekerja gig hidup dalam ketidakpastian ekonomi.

Maqasid Syariah sebagai Kompas Etis di Era Digital

Saluran digital islami kini telah jadi hal lumrah dan mudah ditemukan. (Sumber: Pexels/esralogy)
Saluran digital islami kini telah jadi hal lumrah dan mudah ditemukan. (Sumber: Pexels/esralogy)

Dalam menghadapi tantangan-tantangan ini, konsep maqasid syariah menawarkan kerangka berpikir yang komprehensif.

Lima prinsip dasar maqasid - hifz ad-din (perlindungan agama), hifz an-nafs (perlindungan jiwa), hifz al-'aql (perlindungan akal), hifz an-nasl (perlindungan keturunan), dan hifz al-mal (perlindungan harta) - tidak lagi sekadar teori fiqh klasik saja, melainkan dapat menjadi panduan etis yang sangat relevan di era digital saat ini.

Prinsip hifz al-'aql tentang perlindungan akal menjadi sangat penting di tengah banjir informasi dan disinformasi di dunia digital. Bagaimana kita bisa menjaga kemurnian dan kesehatan akal ketika algoritma media sosial didesain untuk menciptakan ketergantungan?

Bagaimana kita memastikan bahwa teknologi yang kita gunakan benar-benar memerdekakan pikiran manusia, bukan malah menjeratnya dalam pusaran konten yang dangkal dan manipulatif?

Demikian pula dengan prinsip hifz an-nasl yang menjadi sangat relevan dengan perkembangan bioteknologi terkini. Ketika teknologi reproduksi dan rekayasa genetika mulai menyentuh hakikat penciptaan manusia sendiri, di manakah batas-batas etika yang harus kita tegakkan?

Bagaimana kita menyikapi semua perkembangan teknologi bayi tabung, dan penyuntingan gen, atau bahkan kemungkinan kloning manusia di masa depan?

Revolusi digital telah melahirkan model ekonomi baru yang sama sekali berbeda dari era sebelumnya.

Munculnya ekonomi platform telah menciptakan kemakmuran bagi segelintir perusahaan teknologi, sementara banyak pekerja gig hidup dalam ketidakpastian tanpa jaminan sosial yang memadai.

Sistem algoritma yang seharusnya netral justru seringkali memperkuat bias dan ketidakadilan yang sudah ada.

Dalam konteks inilah, prinsip-prinsip ekonomi Islam menemukan relevansinya yang baru. Konsep keadilan distributif dalam Islam menawarkan alternatif terhadap ketimpangan yang diciptakan oleh ekonomi digital saat ini.

Fintech syariah dengan prinsip bagi hasil bisa menjadi model yang lebih adil dibanding sistem riba yang eksploitatif. Seperti konsep zakat dan wakaf bisa diadaptasi dalam bentuk baru untuk menciptakan pemerataan di dunia digital.

Yang menarik, blockchain - teknologi di balik cryptocurrency - sebenarnya memiliki banyak kesamaan dengan konsep-konsep dasar dalam sistem ekonomi Islam seperti transparansi, akuntabilitas, dan desentralisasi.

Tantangannya adalah bagaimana memanfaatkan teknologi ini untuk menciptakan sistem ekonomi yang benar-benar adil dan bermanfaat bagi semua, bukan hanya segelintir pemodal saja.

Pendidikan di Era Digital: Membangun Literasi yang Kritis

Salah satu tantangan terbesar juga yang kita hadapi adalah bagaimana mendidik generasi muda untuk bisa hidup bijak di dunia digital. Pendidikan saat ini tidak cukup hanya mengajarkan bagaimana menggunakan teknologi, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana dapat membekali mereka dengan kemampuan untuk memaknai teknologi secara kritis.

Kita membutuhkan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan tiga domain penting: penguasaan teknis terhadap teknologi digital, pemahaman kritis tentang dampak sosial dan psikologisnya, serta landasan nilai-nilai spiritual dan moral yang kuat.

Dalam konteks Islam, ini berarti menciptakan generasi yang tidak hanya melek digital, tetapi juga memiliki filter nilai yang kuat berdasarkan ajaran-ajaran agama.

Pendidikan agama di era digital tidak bisa lagi berjalan sendiri-sendiri dengan pendidikan teknologi. Keduanya harus terintegrasi secara organik. Pembelajaran Al-Qur'an dan Hadits misalnya, bisa diperkaya dengan pendekatan digital yang interaktif.

Sebaliknya, pelajaran coding dan teknologi informasi perlu disertai dengan diskusi-diskusi mendalam tentang etika dan dampak sosialnya.

Masa Depan Teknologi Islami: Peluang dan Tantangan

Melihat ke depan, ada beberapa area penting di mana nilai-nilai Islam bisa memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk perkembangan teknologi:

Pengembangan AI yang Beretika: Kecerdasan buatan perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip moral dan spiritual, bukan hanya efisiensi teknis semata. Ini termasuk memastikan bahwa AI tidak digunakan untuk manipulasi, penipuan, atau pelanggaran privasi.

Media Sosial yang Bermakna: Perlu dikembangkan platform media sosial alternatif yang didesain untuk mendorong diskusi bermutu, bukan sekadar mencari engagement semata. Platform semacam ini bisa menerapkan prinsip-prinsip dakwah bil hikmah dalam desain algoritmanya.

Selanjutnya ekonomi Digital yang Berkeadilan: Mengembangkan model bisnis digital yang benar-benar adil, baik bagi produsen maupun konsumen, berdasarkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dan terakhir bioteknologi yang Bertanggung Jawab: Menciptakan kerangka etika yang kuat dalam pengembangan bioteknologi, khususnya yang menyentuh hakikat kehidupan manusia.

Untuk mewujudkan semua ini, diperlukan kolaborasi erat antara berbagai pemangku kepentingan - ulama, ilmuwan, praktisi teknologi, regulator, dan masyarakat umum. Kita membutuhkan lembaga-lembaga baru yang khusus mempelajari dan mengembangkan etika teknologi Islam, serta mekanisme sertifikasi yang dapat menjamin bahwa produk-produk teknologi tertentu memenuhi standar nilai-nilai Islam.

Pada akhirnya, tantangan kita bukanlah menolak kemajuan teknologi, melainkan bagaimana kita mengarahkannya agar tetap menjadi alat yang melayani nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Sejarah telah membuktikan bahwa peradaban Islam di masa kejayaannya mampu menjadi pelopor dalam sains dan teknologi justru karena memiliki landasan nilai yang kuat.

Kini, di era disrupsi digital ini, kita dipanggil untuk menciptakan sintesis baru antara kemajuan teknologi dan kebijaksanaan spiritual - sebuah peradaban digital yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beradab; tidak hanya efisien, tetapi juga penuh makna. Inilah misi besar umat Islam di abad ke-21, dan dengan izin Allah, kita memiliki semua sumber daya yang diperlukan untuk dapat mewujudkannya.

Yang diperlukan sekarang adalah kesadaran kolektif, keberanian visioner, dan komitmen yang kuat untuk mewujudkan visi ini. Karena pada hakikatnya, teknologi hanyalah alat - baik atau buruknya tergantung pada nilai-nilai yang kita tanamkan padanya dan tujuan yang kita gunakan untuknya.

Dan sebagai Muslim, kita memiliki warisan nilai yang kaya untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi benar-benar membawa rahmat bagi seluruh alam. (*)

Artikel Rekomendasi Untuk Anda

Disclaimer

Tulisan ini merupakan artikel opini yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Pandangan yang disampaikan dalam artikel ini tidak mewakili pandangan atau kebijakan organisasi dan redaksi AyoBandung.id.

Taufik Hidayat
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nilai artikel ini
Klik bintang untuk menilai

Berita Terkait

News Update

Ayo Netizen 21 Nov 2025, 19:34 WIB

Pengetahuan dan Imajinasi

Ilmu pengetahuan bukan saja sangat siap menghadapi segala imajinasi manusia segila apa pun.
Setiap imajinasi muncul dari sebuah inspirasi yang dapat menembus khayalan “imajinasi jauh lebih penting dari Agama” menurut Albert Einstein. (Sumber: Pexels/Pixabay)
Ayo Biz 21 Nov 2025, 18:58 WIB

Langkah UMKM Jawa Barat Menggenggam Dunia Melalui Export Coaching Program 2025

UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global.
UMKM telah lama disebut sebagai tulang punggung ekonomi. Kini denyutnya tak lagi hanya berjualan di pasar domestik, tetapi berani melangkah ke panggung global. (Sumber: Bank Indonesia Jawa Barat)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 18:27 WIB

Museum Geologi Hidupkan Edukasi lewat 'Day and Night at The Museum'

Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian.
Museum Geologi Bandung menghadirkan program "Day and Night at The Museum" sebagai cara menarik minat masyarakat dengan edukasi kebumian. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 21 Nov 2025, 17:55 WIB

Blogger BDG Menjaga Semangat Kota Bandung Lewat Cerita dan Komunitas

Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta.
Komunitas Blogger BDG hadir sebagai wadah yang menampung semangat untuk merawat merawat memori kota dengan cara yang intim, personal, dan penuh cinta. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:27 WIB

Melihat Tuturan 'Arogan' dari Kacamata Linguistik

Esai ini membedah percakapan anggota DPR, Cucun Ahmad Syamsurijal, dengan peserta pada suatu forum SPPG di Bandung.
Jikapun ada masyarakat yang bersikap arogan pada pemerintah atau pejabat lantas memangnya kenapa? (Sumber: Ilustrasi oleh ChatGPT)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 17:02 WIB

Mewujudkan Kota Bandung yang Ramah bagi Wisata Pedestrian

Trotoar-trotoar yang seharusnya diperuntukkan bagi pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan, khususnya roda dua.
Pengerjaan revitalisasi trotoar di sepanjang Jalan Lombok Kota Bandung pada Jumat, 26 September 2025. (Sumber: ayobandung.id | Foto: Ikbal Tawakal)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:43 WIB

Sanghyang Kenit: Surga Wisata Alam Bandung Barat, Tawarkan Banyak Wahana dalam Satu Destinasi

Salah satu destinasi yang semakin populer adalah Sanghyang Kenit, sebuah kawasan wisata alam yang terletak di Cisameng, Kecamatan Cipatat.
tebing batu unik di Sanghyang Kenit yang dialiri arus sungai deras, menciptakan pemandangan alam yang khas dan menarik perhatian pengunjung (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Nada Ratu Nazzala)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:13 WIB

Bukan Sekadar Gaya Hidup, Work From Cafe jadi Penunjang Produktivitas Kalangan Muda

Work from Café (WFC) menawarkan suasana baru untuk mengatasi kejenuhan dalam bekerja.
Salah satu mahasiswa sedang mengerjakan tugas di salah satu Café di Kota Bandung (30/10/2025) (Foto: Syifa Givani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 16:04 WIB

Kisah Jajanan Sore 'Anget Sari' yang Dekat dengan Mahasiswa

Kisah Anget Sari, lapak gorengan di Sukapura yang dikenal karena mendoan hangat, bahan segar, dan pelayanan ramah.
Suasana hangat di lapak Anget Sari saat pemilik menyajikan gorengan untuk pelanggan, di Kampung Sukapura, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung, Selasa (28/10/2025) (Sumber: Nailah Qurratul Aini | Foto: Nailah Qurratul Aini)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:41 WIB

UMKM Tahura Bandung Tumbuh Bersama di Tengah Perubahan Kawasan Wisata

Mengkisahkan tentang seorang pedagang pentol kuah yang ikut tumbuh bersama dengan berkembangnya kawasan wisata alam Tahura
Seorang pedagang sedang menjaga warungnya di Kawasan wisata tahura, (25/10/25) (Foto: M. Hafidz Al Hakim)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:21 WIB

Fenomena Turisme Bandung: Pesona Edukatif dan Konservatif di Lembang Park & Zoo

Lembang Park & Zoo menghadirkan wisata edukatif dan konservatif di Bandung.
Siap berpetualang di Lembang Park & Zoo! Dari kampung satwa sampai istana reptil, semua seru buat dikunjungi bareng keluarga (Sumber: Dokumentasi Pribadi | Foto: Adil Rafsanjani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 15:10 WIB

Pengalaman Rasa yang Tidak Sesuai dengan Ekspektasi

Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis.
Hunting kuliner memang tidak selalu berbuah dengan rasa yang lezat, beberapa di antaranya rasa yang tidak sesuai dengan review dan harga yang sangat fantastis (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Dias Ashari)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 14:49 WIB

Scroll Boleh, Meniru Jangan, Waspada Memetic Violence!

Saatnya cerdas dan bijak bermedsos, karena satu unggahan kita hari ini bisa membawa pengaruh besar bagi seseorang di luar sana.
Ilustrasi asyiknya bermedia sosial. (Sumber: pixabay.com | Foto: Istimewa)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 13:02 WIB

Hangatnya Perpaduan Kopi dan Roti dari Kedai Tri Tangtu

Roti Macan dimulai dari ruang yang jauh lebih kecil dan jauh lebih sunyi, yaitu kedai kopi.
Kedai kecil itu menciptakan suasana hangat dari aroma Roti Macan pada hari Selasa (04/11/2025). (Sumber: Dokumentasi Penulis | Foto: Wafda Rindhiany)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:17 WIB

Sejarah Soreang dari Tapak Pengelana hingga jadi Pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung

Sejarah Soreang dari tempat persinggahan para pengelana hingga menjelma pusat pemerintahan modern Kabupaten Bandung.
Menara Sabilulunga, salah satu ikon baru Soreang. (Sumber: Wikimedia)
Ayo Jelajah 21 Nov 2025, 11:16 WIB

Sejarah Black Death, Wabah Kematian Perusak Tatanan Eropa Lama

Sejarah wabah Black Death yang menghancurkan Eropa pada awal abad ke-14, menewaskan sepertiga penduduk, dan memicu lahirnya tatanan baru.
Lukisan The Triumph of Death dari Pieter Bruegel (1562) yang terinspirasi dari Black Death. (Sumber: Wikipedia)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 10:17 WIB

History Cake Bermula dari Kos Kecil hingga Jadi Bagian 'Sejarah Manis' di Bandung

History Cake dimulai dari kos kecil pada 2016 dan berkembang lewat Instagram.
Tampilan area display dan kasir History Cake yang menampilkan beragam Korean cake dan dessert estetik di Jalan Cibadak, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. (30/10/2025) (Sumber: Naila Husna Ramadhani)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 09:29 WIB

Dari Tiktok ke Trotoar, ‘Iseng’ Ngumpulin Orang Sekota untuk Lari Bareng

Artikel ini menjelaskan sebuah komunitas lari yang tumbuh hanya iseng dari Tiktok.
Pelari berkumpul untuk melakukan persiapan di Jl. Cilaki No.61, Cihapit, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, pada Sabtu pagi 15 November 2025 sebelum memulai sesi lari bersama. (Sumber: Rafid Afrizal Pamungkas | Foto: Rafid Afrizal Pamungkas)
Ayo Netizen 21 Nov 2025, 08:06 WIB

Giri Purwa Seni Hadirkan Kecapi Suling sebagai Pelestarian Kesenian Tradisional Sunda

Giri Purwa Seni di Cigereleng menjaga warisan kecapi suling melalui produksi, pelatihan, dan pertunjukan.
Pengrajin Giri Purwa Seni menampilkan seperangkat alat musik tradisional berwarna keemasan di ruang pamer Giri Purwa Seni, Jl. Soekarno Hatta No. 425, Desa Cigereleng, Astana Anyar, Karasak, pada Senin, 10 November 2025. (Sumber: Dokumentasi Penulis)
Ayo Biz 20 Nov 2025, 21:19 WIB

Desa Wisata Jawa Barat Menumbuhkan Ekonomi Kreatif dengan Komitmen dan Kolaborasi

Desa wisata di Jawa Barat bukan sekadar destinasi yang indah, namun juga ruang ekonomi kreatif yang menuntut ketekunan, komitmen, dan keberanian untuk terus berinovasi.
Upacara Tutup Tahun Kampung Cireundeu, Merawat Tradisi dan Syukur Kepada Ibu Bumi. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Restu Nugraha)