Produk UMKM asal Bandung, Bechips yang bersukses diekspor ke pasar Jepang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Ayo Biz

Fundamental Dulu, Ekspor Kemudian: Strategi UMKM Sukses ala Bechips

Senin 29 Sep 2025, 19:29 WIB

AYOBANDUNG.ID -- Setiap lembar keripik Bechips yang mendarat di rak-rak toko Jepang membawa cerita panjang tentang ketekunan, strategi, dan mimpi besar seorang pelaku UMKM asal Bandung. Niko Saputra, sang pemilik brand, tak hanya menjual camilan tapi juga menunjukkan keyakinan bahwa produk lokal bisa bersaing di panggung internasional.

Sembilan kali ekspor ke Jepang bukanlah pencapaian yang datang begitu saja. Di balik keberhasilan itu, ada fondasi usaha yang dibangun dengan disiplin, relasi yang dijalin dengan cermat, dan keberanian untuk mencoba cara-cara baru yang halal dan efisien.

Bagi Niko, ekspor bukan sekadar pengiriman barang, melainkan proses transformasi UMKM menjadi entitas bisnis yang siap bersaing secara global.

“Yang perlu disiapkan kalau menurut saya tetap fundamental. Apa sih fundamental? Pertama, kita catatan keuangan, itu harus jelas,” kata Niko.

Niko menjelaskan menuju ekspor bukanlah soal kemasan atau rasa, melainkan soal keuangan. Ia menekankan pentingnya pencatatan yang rapi dan pemisahan antara uang pribadi dan uang usaha.

“UKM kita pasti masih banyak yang kowoi istilahnya. Dalam arti, yaudah nih duit pribadi, dipakai usaha. Hasil usahanya digulung di rekening sendiri. Nah itu udah mulai harus dipisahkan. Usaha untuk usaha,” lanjutnya.

Dengan keuangan yang tertata, UMKM bisa menunjukkan eksistensi dan pertumbuhan usaha secara konkret. Ini penting ketika mengajukan pembiayaan ke bank. “Misalkan tahun ini labanya sekian, tahun depan naik. Itu bisa jadi bukti bahwa perusahaan kita benar-benar berkembang,” jelas Niko.

Ia juga menyarankan pelaku UMKM untuk mulai berpikir strategis soal modal. Ketika usaha sudah menunjukkan tren positif, pinjaman bank bisa menjadi alat untuk memperluas kapasitas produksi, hingga menambah tenaga kerja.

"(Laporan keuangan) Ini nanti ketika kita ajuin untuk ke bank itu kepake. Karena itu kan sebenarnya faktor penentu untuk kita nanti bisa ngajuin pinjaman ke bank sewaktu-waktu," lanjutnya.

Produk UMKM asal Bandung, Bechips yang bersukses diekspor ke pasar Jepang. (Sumber: Ayobandung.id | Foto: Eneng Reni Nuraisyah Jamil)

Niko juga mengungkapkan bahwa UMKM sebenarnya punya peluang besar untuk melakukan maklon produk, yakni memproduksi barang dengan merek sendiri melalui pihak ketiga. “Karena sebenarnya, kalau ngomongin fasilitas, kita tuh bisa maklun produk, pake brand kita untuk UMKM asal kita modalnya ada," katanya.

Namun, banyak UMKM belum menyadari bahwa sistem maklon bisa menjadi solusi ekspor yang efisien. Niko juga mendorong pelaku usaha untuk melakukan riset pasar dan melihat tren produk yang sedang berkembang. Sebab, riset pasar menjadi kunci untuk memahami tren dan preferensi konsumen global.

“Masalahnya, UMKM kita masih ada yang belum tahu, bahwa kita tuh bisa begitu. Saya rasa pelaku UMKM juga perlu jalan-jalan, riset ada produk apa, kalau misalkan produknya related mungkin bisa ditiru secara kualitas rasa atau misalkan secara desainnya,” lanjutnya.

Selain riset, membangun relasi antar pengusaha juga menjadi kunci. Menurut Niko, dari obrolan santai pun bisa muncul peluang kerja sama, seperti jasa pengemasan atau produksi. Apalgi membangun jejaring antar pelaku usaha juga sangat penting. “Siapa tahu dari ngobrol, ternyata dia bisa buka jasa pengemasan atau mungkin bisa bikinin,” tuturnya.

Ia mencontohkan skenario ketika legalitas usaha belum memadai, namun peluang ekspor datang. “Misal saya PIRT masih kelas rumahan, tapi dapet tender dari Eropa. Kalau kenal UMKM lain yang kapasitasnya lebih tinggi, kita bisa minta dia yang buatin pakai brand kita. Itu nggak masalah,” jelasnya.

Meski begitu, Niko tetap mendorong kemandirian usaha. Menurutnya, idealnya UMKM bisa memproduksi sendiri. Namun ia juga realistis melihat kondisi ekonomi saat ini. “Kalau bisa pakai modal sendiri untuk upgrade perusahaan, mangga. Tapi kalau nggak bisa, jangan dipaksain,” katanya.

Ia menyarankan pelaku UMKM untuk mencari cara-cara halal yang efisien, seperti sistem maklon atau kerja sama produksi. “Cara kayak maklum-maklum, itu gak masalah. Selama sesuai kriterianya untuk ekspor, itu nggak masalah,” ujarnya.

Kisah Bechips ini menunjukkan bahwa ekspor bukan hanya milik perusahaan besar. Dengan strategi yang tepat, UMKM pun bisa menembus pasar global. Mulai dari pencatatan keuangan, riset pasar, membangun relasi, hingga memanfaatkan sistem produksi bersama, semua bisa menjadi jalan menuju ekspor.

Bagi pelaku UMKM yang baru memulai atau tengah merintis, kisah Niko bisa menjadi inspirasi sekaligus panduan praktis. Ia membuktikan bahwa ekspor bukanlah mimpi yang jauh, melainkan peluang yang bisa diraih dengan persiapan matang.

“Selama kita tahu caranya dan berani mencoba, ekspor itu bukan mimpi. Itu bisa jadi kenyataan,” pungkas Niko.

Link pembelian produk UMKM Kuliner dari Bechips:

  1. https://s.shopee.co.id/5AjLExxgdJ
  2. https://s.shopee.co.id/2qLQShVo8O
  3. https://s.shopee.co.id/70AzQOOy5U
Tags:
strategiJepangeksporproduk lokalUMKM Bechips

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Reporter

Eneng Reni Nuraisyah Jamil

Editor