AYOBANDUNG.ID -- Kuliner nusantara tak pernah kehilangan tempat di hati masyarakat. Di tengah arus globalisasi rasa dan menjamurnya makanan asing, cita rasa lokal tetap bertahan, menyusup ke ruang-ruang makan, warung kaki lima, hingga restoran berdesain modern.
Dari rendang hingga rawon, dari soto hingga bebek goreng, kuliner Indonesia terus beregenerasi, menjawab selera zaman tanpa kehilangan identitas.
Salah satu brand kuliner yang turut hadir dalam narasi ini adalah Bebek Kaleyo. Berdiri sejak 2007, resto ini telah menjelma dari warung sederhana menjadi jaringan kuliner yang kini memiliki lebih dari 45 cabang di Jabodetabek, Karawang, dan Bandung.
Di Kota Bandung, Kaleyo bahkan menghadirkan flagship outletnya di Jalan Sumatera No. 5, sebuah langkah strategis yang mempertemukan tradisi dengan estetika kekinian.
“Outlet Jalan Sumatera ini dirancang untuk menciptakan pengalaman bersantap hidangan lezat dan menikmati interior estetik,” ujar Public Relations Bebek Kaleyo, Indah Andiyani saat ditemui Ayobandung.

Indah menyebut bahwa Bandung dipilih karena karakter kotanya yang kreatif, dinamis, dan terbuka terhadap inovasi kuliner. Oleh karenanya, interior resto ini mengusung nuansa summer vibes yang minimalis, dipadu dengan live plants di berbagai sudut.
Sentuhan hijau ini bukan sekadar dekorasi, tetapi bagian dari identitas Kaleyo yang ingin menghadirkan suasana segar dan instagrammable. “Suasana ini kami rancang memang untuk menjadikan outlet Jalan Sumatera ini sebagai flagship kami di Bandung,” tambah Indah.
Namun di balik estetika ruang, Kaleyo tetap setia pada jati dirinya yakni rasa bebek yang khas, sambal yang menggigit, dan kremesan yang renyah. Menu Bebek Muda Goreng kremes 1/2 ekor menjadi primadona, ditemani minuman seperti es cendol dawet, thai tea, es kelapa jeruk, dan es timun selasih. Kombinasi ini bukan sekadar sajian, tapi warisan rasa yang dirawat dengan konsistensi.
“Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas hidangan Bebek Kaleyo menjadi faktor utamanya, terbukti dari ramainya pengunjung,” kata Indah.
Ia menegaskan bahwa prinsip Kaleyo adalah mengutamakan kepuasan pelanggan, menjaga mutu hidangan, kebersihan, dan harga yang terjangkau.

Indah menyadari, Bandung bukan kota yang mudah ditaklukkan oleh brand kuliner. Dengan tingkat konsumsi makanan yang tinggi dan selera yang terus berevolusi, hanya mereka yang mampu beradaptasi tanpa kehilangan identitas yang bisa bertahan.
Kaleyo menjawab tantangan itu dengan pendekatan yang menyatukan tradisi dan tren. Selain Jalan Sumatera, Kaleyo juga hadir di Pasir Kaliki dan Buah Batu, memperluas jangkauan tanpa kehilangan sentuhan personal.
Menurut data BPS Kota Bandung tahun 2023, pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan minuman mencapai 38,2% dari total pengeluaran bulanan. Ini menunjukkan bahwa pasar kuliner di Bandung sangat potensial dan kompetitif.
Kaleyo memanfaatkan momentum ini dengan cerdas, menghadirkan ruang makan yang estetik, menu yang autentik, dan pelayanan yang humanis. Bahkan tren regenerasi kuliner lokalnya semakin menguat.
Data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan bahwa kuliner tradisional menyumbang 42% terhadap sektor ekonomi kreatif pada 2024. Kaleyo menjadi bagian dari gerakan ini, mengangkat warisan rasa Indonesia dengan pendekatan modern.

Salah satu kebijakan unik Kaleyo adalah tutup setiap hari Minggu. Kebijakan ini mencerminkan filosofi Kaleyo bahwa bisnis bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga soal keberlanjutan dan kesejahteraan.
“Hal ini dikarenakan Kaleyo ingin memberikan waktu luang pada para karyawannya yang bisa dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga,” pungkas Indah.
Alternatif produk kuliner nusantara atau UMKM serupa: